
Mesir (Trigger.id) – Di antara hamparan gurun yang kering dan sejarah ribuan tahun peradaban Mesir, terbentang sebuah keajaiban alam yang seolah berbisik lirih kepada para penjelajah: Laut Merah. Perairan ini bukan sekadar jalur pelayaran kuno atau batas geografis Afrika dan Asia, melainkan sebuah dunia lain—sebuah “samudra kehidupan” yang menyimpan keindahan bawah laut kelas dunia.
Laut Merah dikenal sebagai salah satu ekosistem laut paling kaya dan terjaga di planet ini. Airnya yang jernih, hangat sepanjang tahun, serta minim sedimentasi sungai menjadikan terumbu karangnya tumbuh subur dengan warna-warna yang nyaris tak masuk akal. Merah, biru, ungu, hingga kuning keemasan berpadu membentuk taman bawah laut yang hidup dan dinamis.
Keunikan Laut Merah terletak pada tingginya tingkat endemisme. Banyak spesies ikan dan biota laut yang hanya bisa ditemukan di perairan ini. Ikan badut yang lincah, napoleon wrasse berukuran raksasa, penyu hijau, pari elang, hingga hiu karang berenang bebas di antara labirin karang keras dan lunak. Bagi penyelam, setiap turun ke kedalaman adalah perjalanan spiritual—seolah menyelami lukisan alam yang terus bergerak.
Salah satu permata Laut Merah adalah Taman Nasional Ras Mohammed, di ujung selatan Semenanjung Sinai. Lokasi ini sering disebut sebagai “katedral bawah laut” karena dinding karangnya yang menjulang dan arus lautnya yang membawa nutrisi melimpah. Sementara itu, kawasan Sharm El-Sheikh, Hurghada, dan Marsa Alam menjadi gerbang populer bagi wisatawan dunia untuk snorkeling dan diving, baik pemula maupun profesional.
Namun pesona Laut Merah tidak berhenti di bawah permukaan. Saat matahari terbenam, cahaya jingga memantul di permukaan laut yang tenang, menciptakan panorama dramatis yang kontras dengan siluet pegunungan gurun. Malam hari, langitnya yang bersih menghadirkan taburan bintang, seakan laut dan langit saling bertukar rahasia keabadian.
Menariknya, Laut Merah juga dikenal sebagai laboratorium alam perubahan iklim. Terumbu karangnya terbukti lebih tahan terhadap kenaikan suhu dibanding banyak wilayah lain di dunia. Hal ini menjadikannya harapan sekaligus pengingat pentingnya konservasi laut global.
Laut Merah Mesir bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah pertemuan antara sains, keindahan, dan ketenangan batin. Sebuah ruang hening di mana manusia diingatkan bahwa di balik gurun yang keras, Tuhan menyimpan kehidupan yang lembut dan memesona. Siapa pun yang pernah menyelaminya akan pulang dengan satu kesadaran: sebagian keajaiban terbesar dunia justru tersembunyi di kedalaman yang sunyi. (bin)



Tinggalkan Balasan