
Surabaya (Trigger.id) – Tunjungan Fashion Week (TFW) yang sedang ramai disorot sebenarnya bukan mutlak kesalahan anak muda Surabaya menunjukkan kreatifitasnya. DR. Suko Widodo MA, pakar komunikasi Universitas Airlangga (Unair) bilang, Tunjungan Fashion Week yang terinspirasi dari Citayam Fashion Week itu bagus sekali menunjukkan bahwa anak-anak muda Surabaya itu kreatif.
“Jangan bilang siapa-siapa bahwa selama ini anak-anak muda tidak dikasih space atau tempat. Kalau dikasih tempat seperti itu bayangkan semua pada datang, ada orang jualan, ekonomi bergerak,” sorot Suko.
Dia juga mengatakan, selama ini Tunjungan gitu-gitu aja. Nah jika ada itu (Tunjungan Fahsion Week), momentum nya akan menarik maka ekonomi akan bergerak. “Bahwa itu mengganggu lalu lintas atau kendaraan yang melintas, ya diatur lah, karena pemerintah itu tujuannya untuk mengatur,” tegas Suko.
Suko Widodo menuturkan, kreasi anak muda harus diapresiasi. Surabaya itu meeting pont dari banyak orang yang datang dari manapun. “Bayangkan kalau itu dikembangkan, batik dari Madura datang lalu fashion, Sidoarjo dengan busana muslimahnya, gresik dengan ikannya, kopyah sarung dan itu ciamik betul,” tandas Suko.
Baca juga: Tunjungan Fashion Week Dibubarkan, Ini Komentar Wali Kota Surabaya
Sebelumnya, Wali Koat Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan alasan dihentikannya “Tunjungan Fashion Week” di jalan Tunjungan Kota Pahlawan tersebut, demi kenyamanan para pengguna jalan dan agar tidak menimbulkan kemacetan.
Ini bukan soal tidak pro kreasi atau pro kreasi khas anak muda. Tapi ini soal kebaikan bersama: kenyamanan pengguna jalan, dan aktivitas yang tidak menimbulkan kemacetan,” jelas Eri Cahyadi lewat akun IG-nya.
Menurut Eri, program serupa bisa dilakukan, misalnya ketika car free day, sebagai unjuk kreasi fashion anak-anak muda Surabaya. Juga bisa digelar di Balai Pemuda dan berbagai ruang terbuka hijau, dengan tetap jaga kebersihan dan tidak merusak taman. Atau di pedestrian dengan konsep terjadwal dan berizin supaya bisa diatur agar tidak mengurangi kenyamanan masyarakat luas.
“Soal konsep outfitnya, silakan berkreasi. Namun, harus tetap menginspirasi, ojok pating pecotot dan sing gak karu-karuan, juga harus mencerminkan karakter khas arek Suroboyo,” lanjut Wali Kota Surabaya tersebut.
Eri melanjutkan, di Jalan Tunjungan sendiri, sejak November 2021 telah diluncurkan konsep “Tunjungan Romansa” sebagai ruang kreasi seni, budaya, dan ekonomi kreatif. Musik, fashion, kuliner, dan beragam kreasi melebur di Tunjungan Romansa. Sebagian dikonsep di area pedestrian, namun teratur dan tidak mengganggu pengguna jalan. (ian)
Tinggalkan Balasan