
Surabaya (Trigger.id) – Saat seorang mukmin melihat kembali dan merenungi penciptaan makhluk yang ada dan alam semesta ini, serta bagaimana rumitnya semua pengaturannya, tak dapat dipungkiri lagi kesemuanya itu merupakan bukti akan keberadaan Allah Ta’ala, kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, dan hikmah-Nya yang tak dapat digambarkan oleh lisan kita.
Segala sesuatu yang tercipta dan ada di alam semesta ini, maka semuanya adalah bukti adanya Sang Pencipta Yang Mahakuasa, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS. Al-Imran: 190)
Apa yang kita rasakan hari-hari ini dari nikmat turunnya hujan, terpenuhinya sungai-sungai dengan air yang mengalir, terpenuhinya danau-danau dan penampungan air dengan air yang melimpah, kesemuanya itu adalah bukti tak terbantahkan akan keberadaan Allah Ta’ala dan kesemuanya itu merupakan kenikmatan dari Allah yang wajib kita syukuri.
Jemaah yang semoga senantiasa dalam lindungan Allah Ta’ala,
Apa yang terjadi sebelum turunnya hujan dari pendahuluan-pendahuluan, seperti guntur dan kilat yang ditakuti namun juga didambakan, sesungguhnya semuanya itu menunjukkan betapa kasih sayang Allah ini menyeluruh dan mencakup seluruh makhluk, menunjukkan juga bahwa ilmu-Nya itu meliputi segala sesuatu, sebagaimana Allah Ta’ala hidupkan bumi yang mati dengan turunnya hujan maka Allah juga mampu menghidupkan kembali manusia setelah kematiannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.” (QS. Ar-Rum: 24)
Bahkan, dalam peristiwa turunnya hujan di sebuah daerah dan tertahannya dari daerah yang lain terdapat pelajaran untuk mereka yang benar-benar berakal, dan menjadi pengingat bagi mereka yang bermaksiat dan berbuat dosa terhadap Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا * لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا * وَلَقَدْ صَرَّفْنٰهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوْاۖ فَاَبٰىٓ اَكْثَرُ النَّاسِ اِلَّا كُفُوْرًا
“Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak. Dan sungguh, Kami telah mempergilirkan (hujan) itu di antara mereka agar mereka mengambil pelajaran; tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat).” (QS. Al-Furqan: 48-50)
Allah Ta’ala adalah satu-satunya Zat yang mampu menurunkan dan menahan air hujan. Tidak ada satu pun dari makhluk yang bisa melakukannya dan mempersekutukan-Nya suatu apa pun dalam hal ini. Sayangnya, ada sebagian muslim yang terkadang terjatuh dalam kesalahan fatal saat menisbatkan turunnya hujan ini kepada selain Allah Ta’ala, baik itu menisbatkannya kepada bintang-bintang, tekanan udara atau bahkan menisbatkan turunnya hujan kepada ritual-ritual pemanggil hujan yang tersebar di beberapa penjuru dunia.
Seorang mukmin harus berhati-hati dan menjaga ucapannya, sehingga ia tidak mudah terjatuh ke dalam kesyirikan pada hal-hal semacam ini. Dalam sebuah riwayat dari Zaid bin Khalid Al-Juhany radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita,
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ فِي إِثْرِ السَّمَاءِ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ:«هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟».قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:«قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ»
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami kami pada salat subuh di Hudaibiyah setelah semalam turun hujan. Ketika selesai melaksanakan salat, beliau balik menghadap kepada manusia (jemaah). Kemudian beliau bersabda, ‘Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Rabb kalian?’ Mereka berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’. Beliau bersabda, ‘(Allah berfirman) Di pagi ini ada hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Orang yang berkata, ‘Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya’, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, ‘Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu’, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.’” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71)
(kai)
Sumber: Muslim.or.id
Tinggalkan Balasan