
“Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku.”
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar (Pendiri dan pengasuh Pesantren Darut Tauhid Bandung)

Manusia hidup pasti ada masalah dan menemukan masalah. Tatapi yakinlah bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Karena Allah menurunkan ujian berupa masalah sudah lengkap dengan kunci jawabannya. Tinggal manusianya, bisa mencari kunci tersebut atau tidak.
Jika ia mencari kuncinya pada sesama mahluk, pasti akan kecewa ketika tidak didapatkan kunci tersebut. Mencari kunci masalah harusnya minta kepada yang memberi masalah atau ujian yakni Allah SWT.
Jangan sekali-kali putus harapan kepada Allah. Berprasangka baiklah kepada Allah. Karena prasangka Allah kepada hambanya sesuai dengan prasangka hambanya kepada Tuhannya.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Kita harus yakin juga bahwa Allah menurunkan ujian atau masalah kepada setiap mahluk sebatas kemampuannya. Allah tidak akan memberikan ujian yang melebihi kapasitas umatnya. Karenanya jangan berhenti untuk berharap hanya kepada Allah semata. Dan mulai sekarang kita harus belajar berhenti berharap kepada mahluk.
Allah yang paling tahu dan paling mengerti kebutuhan kita. Karena Allah yang Maha mencukupi dan Maha mengetahui kebutuhan setiap mahluknya.
Contoh, jika rumah kontrakan kita mau habis, berharapnya jangan kepada manusia. Boleh saja kita sampaikan kondisi rumah kontrakan kita yang mau habis kepada sesama mahluk tetapi hanya sebatas di lisan saja. Di hati kita hanya berharap kepada Allah, dan Allah pasti yang akan memberikan jalan keluar menurut caranya Allah sendiri.
Jika kita ceritakan nasib rumah kontrakan yang mau habis kepada orang lain dan berharap orang lain tersebut menolong kita, siap-siap saja kecewa. Mungkin orang yang kita mintai tolong tersebut kontrakannya juga mau habis. Ya jadilah kita berkeluh kesah kepada sesama kontraktor (pengontrak rumah)
Kita juga harus berhenti merasa iri dan berhenti ingin memiliki apa yang ada di tangan orang lain. Karena jika kita minta bagian dari apa yang ada di tangan orang lain, yakinlah kita akan menjadi sebagai mahluk paling hina di dunia ini karena tidak memiliki harga diri.
Setinggi apapun kedudukan dan jabatan kita, kita tetap menjadi orang paling hina di mata orang lain terlebih lagi di mata Allah karena meminta-minta kepada orang lain. Jangan korbankan harga diri kita untuk hal-hal yang sifatnya duniawi. Berharaplah hanya kepada Allah semata, menangislah kepada Allah dan mintalah pertolongan kepada Allah.
Ketika semua masalah kita pasrahkan kepada Allah, semuanya akan membawa ketenangan dan kebahagiakan. Kita bekerja, kita bercerita tentang kondisi kita kepada orang lain, hal tersebut hanya sebagai bentuk ikhtiar dan amal sholeh saja. Jangan sekali-kali berharap hasilnya kepada mahluk, dan pasrahkan hasilnya kepada Allah.
Jika kita butuhnya sepuluh sementara Allah hanya memberikan separohnya, berarti yang separoh lagi itu berupa kenikmatan dan kepuasan yang diberikan Allah kepada kita.
Jangan lupa, bahwa yang paling membahagiakan kita ketika Allah memberikan atau mengabulkan apa yang kita butuhkan dan bukan apa yang kita inginkan.
Tinggalkan Balasan