

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)
Ayat ini bukan sekadar peringatan, tapi kenyataan yang akan menghampiri setiap manusia tanpa terkecuali. Kematian bukan akhir, melainkan awal dari kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, bersiap menghadapi kematian bukanlah pilihan, tapi kewajiban.
Kematian: Janji yang Pasti
Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Ankabut: 57)
Tak seorang pun tahu kapan ajal akan datang. Kematian tidak menunggu tobat, tidak menunggu kaya, tidak menunggu tua. Ia datang sesuai ketetapan Allah. Maka, manusia bijak adalah mereka yang senantiasa mempersiapkan bekal terbaik untuk menghadapinya.
Apa Bekal Terbaik Itu?
Bekal terbaik menghadapi kematian bukanlah harta, pangkat, atau ketenaran. Bekal itu adalah ketaqwaan, amal salih, dan hati yang bersih. Allah SWT berfirman:
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“Berbekallah kalian, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal!”
(QS. Al-Baqarah: 197)
Takwa mencakup segala amal kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah, menjauhi maksiat, dan menanamkan rasa takut dan harap hanya kepada-Nya.
Nasihat Emas dari Salafus Shalih
Para ulama salaf telah memberi banyak pelajaran berharga tentang bagaimana mempersiapkan diri menghadapi kematian:
1. Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu harimu berlalu, maka sebagian dari dirimu pun turut hilang.”
Hasan Al-Bashri mengingatkan bahwa waktu adalah nyawa. Maka jangan habiskan usia dalam kelalaian, sebab setiap detik yang berlalu adalah kesempatan yang takkan kembali.
2. Imam Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata:
“Aku tidak mengetahui setelah kenabian satu derajat yang lebih utama dari menyebarkan ilmu, kecuali mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian.”
Bekal itu tidak lain adalah amal yang berkualitas dan ikhlas. Ilmu yang diamalkan, sedekah yang tersembunyi, zikir yang terus hidup di hati.
3. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, khalifah yang zuhud, sering menangis saat mendengar ayat kematian. Ia pernah berkata:
“Setiap malam aku memikirkan alam kubur, gelapnya, sempitnya, dan pertanyaannya. Maka aku tidak menemukan tempat istirahat kecuali amal yang ikhlas kepada Allah.”
Amal-amal yang Disarankan Sebagai Bekal
- Shalat tepat waktu dan khusyuk
Rasulullah SAW bersabda: “Amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat.”
(HR. Abu Dawud) - Istighfar dan tobat terus-menerus “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga…”
(QS. Ali Imran: 133) - Sedekah diam-diam dan rutin
Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.”
(HR. Tirmidzi) - Membaca dan merenungi Al-Qur’an “Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat memberi syafaat bagi orang yang membacanya.”
(HR. Muslim) - Menjaga lisan dan hati “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Penutup: Jadilah Penghuni Akhirat
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Siapa orang yang paling cerdas?” Beliau menjawab:
أَكْيَسُ النَّاسِ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ هُمُ الأَكْيَاسُ، ذَهَبُوا بِشَرَفِ الدُّنْيَا وَكَرَامَةِ الآخِرَةِ
“Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian. Merekalah orang-orang yang cerdas.”
(HR. Ibnu Majah)
Maka, marilah kita mempersiapkan bekal terbaik—bekal yang tidak akan usang, tidak bisa dibeli saat sakaratul maut tiba. Jadikan setiap amal sebagai pelita menuju kubur yang terang, dan hari-hari kita sebagai tabungan abadi untuk negeri akhirat.
Kematian bukan untuk ditakuti, tapi untuk dipersiapkan.
Dan sebaik-baik bekal adalah hati yang bertemu Allah dalam keadaan bersih.
إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Kecuali orang-orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.”
(QS. Asy-Syu’ara: 89).
—000—
*Pemimpin Redaksi Trigger.id
Tinggalkan Balasan