
Jakarta (Trigger.id) – Fenomena unik mewarnai gelombang aksi protes yang melibatkan anak muda di berbagai negara. Dari Jakarta hingga Kathmandu dan Paris, bendera bajak laut One Piece berkibar di tengah massa, menjelma simbol kemarahan generasi muda terhadap pemerintah yang dianggap gagal menghadirkan keadilan.
Ikon Jolly Roger dan topi jerami khas Monkey D. Luffy, tokoh utama dalam manga karya Eiichiro Oda, menjadi representasi sederhana sekaligus kuat. “Budaya pop menjadi jembatan antara kemarahan mereka dengan bentuk ekspresi yang bisa dipahami semua orang,” kata sosiolog sekaligus sastrawan Okky Madasari, Kamis (11/9), kepada BBC News Indonesia.
Menurut Okky, dengan mengangkat bendera One Piece, pesan yang ingin disampaikan anak muda sangat jelas: “Kami muak, kami melawan.”
Pop Culture sebagai Bahasa Perlawanan
Fenomena ini bukan yang pertama. Sebelumnya, salam tiga jari dari film Hunger Games dipakai dalam aksi pro-demokrasi di Thailand pada 2020. Sementara itu, di Korea Selatan, ribuan demonstran mengibarkan lightstick khas konser K-Pop saat menuntut pemakzulan presiden pada 2024.
“Persoalan yang memantik anak muda bergerak hampir selalu sama: kesenjangan ekonomi, kebebasan sipil yang ditekan, serta elite politik yang sulit tersentuh,” jelas Okky.
Kisah One Piece yang sarat perlawanan terhadap kekuatan opresif dianggap sangat relevan dengan realitas sosial-politik saat ini—mulai dari korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kesenjangan ekonomi, hingga gejala otoritarianisme.
Indonesia: Aksi Meluas Setelah Isu Privilege DPR
Di Indonesia, kemarahan publik memuncak setelah terungkap gaji dan tunjangan anggota DPR yang menembus lebih dari Rp100 juta per bulan, di tengah situasi sulit mencari kerja dan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Alih-alih menghadirkan solusi, beberapa pejabat justru melontarkan pernyataan yang dinilai menyakitkan. Kebijakan populis, kenaikan pajak hingga ratusan persen, serta efisiensi anggaran yang berlarut-larut menambah daftar keluhan.
Kondisi ini diperparah dengan jatuhnya 10 korban jiwa, penangkapan aktivis, dan sejumlah orang yang dilaporkan hilang. Gelombang aksi pun melebar ke berbagai kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Medan, Makassar, Bali, Semarang, Bandung, hingga Padang.
Respon Pemerintah Dinilai Minim
Hingga kini, pemerintah hanya merespons dengan permintaan maaf dan keputusan mengurangi tunjangan anggota DPR. Namun, deretan tuntutan lain dari para demonstran belum mendapatkan jawaban konkret.
Di tengah kekecewaan itu, simbol One Piece terus berkibar, menjadi bahasa perlawanan baru yang dimengerti lintas batas negara, seolah para “nakama” dari Indonesia, Nepal, hingga Prancis bersatu dalam semangat yang sama: melawan ketidakadilan. (ian)
Sumber: BBC
Tinggalkan Balasan