Surabaya (Trigger.id) – Saat ini lagi-lagi negara tetangga, Malaysia memncoba mempengaruhi opini dunia agar Unesco mengakui Reog sebagai kebudayaan asli negara tersebut.
Saat memberikan apresiasi kepada 1.000 Seniman dan 240 Juru Pelihara Cagar Budaya Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Jumat (8/4), secara khusus Gubernur Khofifah juga mengajak semua pihak untuk memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang dimiliki.
Hal tersebut saat ini nampak pada upaya Pemerintah Indonesia dan khususnya Kab. Ponorogo untuk mengajukan Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda milik Kabupaten Ponorogo, milik Jawa Timur dan tentu milik Indonesia ke UNESCO. Namun ditengah upaya ini, ada negara tetangga yang juga sedang mengupayakan hal yang sama.
“Ini menjadi momentum sekaligus pengingat bagi pemerintah Indonesia dan Jawa Timur khususnya Bupati Ponorogo untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang bisa memberikan penguatan kepada UNESCO bahwa reog memang adalah warisan budaya tak benda dari Ponorogo Jawa Timur Indonesia,” ucapnya.
Sehingga Mantan Mensos RI menegaskan pentingnya pendokumentasian dan penelusuran sejarah untuk setiap warisan budaya yang dimiliki. Karena untuk mengakui hal tersebut sebagai bagian dari kekayaan kita diperlukan hal-hal administratif sebagai bukti autentik.
“Ini waktunya memang sangat pendek maksimalisasi untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang terkait dari keabsahan bahwa Reog Ponorogo itu memang terlahir dari Ponorogo Jawa Timur Indonesia menjadi penting,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Sinarto mengatakan persoalan pendokumentasian sejarah masih menjadi kelemahan.
Sesuai arahan Gubernur Khofifah ia secara intensif melakukan koordinasi dengan Kabupaten Ponorogo untuk mencoba menerjemahkan beberapa persyaratan yang nantinya oleh Kemendikbud itu dipersyaratkan dalam rangka pemenuhan pengajuan reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia ke UNESCO.
“Seperti yang disampaikan oleh Gubernur, bahwa soal sejarah memang kita punya kelemahan, kadang-kadang telat menulis daripada perjalanan kebudayaan, Nah inilah yang harus diperhatikan dan menjadi lebih serius,” pungkasnya. (ian)
Tinggalkan Balasan