
New York (Trigger.id) – Dalam peringatan serius yang disampaikan langsung oleh CEO Anthropic, Dario Amodei, dunia diminta bersiap menghadapi gelombang pengangguran besar-besaran akibat kemajuan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI). Dalam wawancaranya bersama CNN, Amodei mengungkapkan bahwa AI kini berkembang sangat cepat dan mampu melampaui kemampuan manusia dalam berbagai tugas intelektual.
“AI mulai melampaui manusia dalam hampir semua tugas intelektual, termasuk pekerjaan yang saya lakukan, bahkan pekerjaan para CEO lainnya,” ujar Amodei.
Menurutnya, dalam waktu satu hingga lima tahun ke depan, AI berpotensi menghapus hingga setengah dari pekerjaan entry-level di sektor white-collar (kantoran). Dampaknya, angka pengangguran di Amerika Serikat bisa melonjak hingga 20%, lima kali lipat dari tingkat saat ini—angka yang terakhir kali tercapai hanya pada puncak pandemi COVID-19.
Perubahan Ekonomi yang Tak Pernah Terjadi Sebelumnya
Amodei menekankan bahwa prediksi ini bukan isapan jempol. Berbeda dari narasi klasik bahwa teknologi akan menggantikan pekerjaan berupah rendah dan menciptakan lapangan kerja baru yang lebih canggih, AI justru bisa menargetkan posisi yang selama ini dianggap stabil dan memerlukan pendidikan tinggi, seperti analis keuangan, pengacara muda, hingga programmer.
“Kita menghadapi perubahan yang lebih cepat, lebih luas, dan jauh lebih sulit untuk diadaptasi dibandingkan revolusi teknologi sebelumnya,” katanya.
Bahkan, para pemimpin perusahaan besar seperti CEO Meta Mark Zuckerberg dan CEO Microsoft Satya Nadella telah mengakui bahwa AI kini menulis sebagian besar kode di perusahaan mereka—dan jumlahnya terus meningkat.
Solusi: Pajak AI dan Adaptasi Masyarakat
Sebagai langkah antisipatif, Amodei menyarankan agar pemerintah mulai mempertimbangkan penerapan pajak pada perusahaan AI guna menyeimbangkan distribusi kekayaan yang tercipta. Menurutnya, secara alami, keuntungan dari AI akan banyak mengalir ke perusahaan pengembang, bukan ke masyarakat umum.
“Saya sadar itu bukan menguntungkan secara ekonomi bagi saya untuk mengatakan ini, tetapi kita perlu mempertimbangkannya. Ini seharusnya bukan isu partisan,” tegasnya.
Amodei juga menyebut bahwa masyarakat biasa perlu mulai membekali diri dengan keterampilan menggunakan AI, bukan hanya agar tidak tertinggal, tetapi juga untuk bertahan di tengah transformasi besar ini.
AI Tidak Hanya Ancaman, Tapi Juga Peluang
Meski penuh peringatan, Amodei tetap melihat sisi positif dari teknologi yang ia kembangkan. Ia percaya bahwa AI juga bisa membawa manfaat besar bagi umat manusia, seperti membantu menemukan obat bagi penyakit-penyakit mematikan.
Namun, ia menekankan pentingnya transparansi dan tanggung jawab di antara pelaku industri. “Saya tidak berpikir kita bisa menghentikan laju perkembangan ini. Tapi dari posisi saya, saya bisa berupaya sedikit untuk mengarahkan teknologi ini ke arah yang memperhatikan dampak negatif dan tetap mengupayakan manfaatnya.”
Pernyataan Amodei bukan hanya peringatan, tapi juga strategi untuk membangun citra sebagai pemimpin teknologi yang bertanggung jawab. Di tengah sorotan terhadap perusahaan AI, reputasi sebagai pihak yang peduli dampak sosial bisa menjadi aset penting.
Seperti yang dikatakan oleh futuris teknologi Tracey Follows, “Pesannya bukan sekadar peringatan. Ini juga bagian dari manajemen reputasi, posisi pasar, dan pengaruh kebijakan. Jika Amodei sudah memperingatkan dan tidak ada yang bertindak, maka tanggung jawab tak bisa dibebankan sepenuhnya kepadanya.”
Dengan kata lain, waktu untuk bertindak adalah sekarang — sebelum perubahan besar itu benar-benar tiba. (bin)
Tinggalkan Balasan