
“Makanya jika ada orang yang menyatakan cinta, biarkan pikiranmu yang membukanya dan jangan izinkan hatimu.”
Oleh: Prof. Yahya Zainul Ma’arif, Lc., M.A., Ph.D. (Buya Yahya)

Cinta monyet dalam istilah lain cinta yang masih mentah, dan cinta yang seperti ini biasa dialami anak-anak pubertas, atau mereka yang memasuki masa puber. Cinta monyet itu sebenarnya bukan cinta sebenarnya, antar remaja yang terlibat cinta monyet sebenarnya hanya sebatas suka atau kagum saja.
Ia melihat lawan jenisnya ganteng, atau paling cantik, cara bicaranya bagus, tutur katanya lembut dan sebagainya sehingga muncul kekaguman dan saling suka atas diri mereka. Kalau ini diteruskan mereka akan jadi ‘monyet’ karena diperbudak oleh rasa cinta yang sebenarnya hanya sebatas kagum atau suka saja.
Biasanya cinta monyet menghinggapi anak-anak usia belasan yang belum matang psikologinya. Mereka tak pernah berpikir akibat dari cinta yang menghinggapinya apalagi berpikir tentang konsekuensi sebuah pernikahan.
Cinta yang mentah itu belum merupakan cinta yang sebenarnya. Antara keduanya timbul rasa suka dan hati mereka mulai terpikat (ta’alluq) satu sama lain. Sampai disini orang tua harus hati-hati jika melihat putra putrinya sudah ada keterpikatan satu sama lain. Kalau dipisahkan begitu saja, mereka akan berontak karena yang ada dalam hati mereka adalah pasangannya. Ditawari atau dijodohkan dengan yang lain pasti menolak.
Langkah yang harus dilakukan orang tua bukan langsung memisahkan kedua, tetapi mencari tahu tentang pasangan tersebut (ihtisab). Karena jika kita larang anak yang mulai jatuh cinta, maka yang timbul adalah penolakan. Karena sesuatu yang sudah terlanjur menancap lalu kita cabut, maka yang terjadi menancapnya akan lebih dalam lagi.
Cara mencari tahu atau ihtisab bisa dimulai dari mengajak anak untuk berdiskusi. Dari ranah akal menjadi ranah hati. Orang tua harus membuka diri dan menjelaskan tentang apa saja kriteria pasangan hidup yang baik.
“Nak jika kamu mulai ada ketertarikan dengan lawan jenismu, jika hatimu selalu berdebar ketika ada orang lain menyebut nama pasanganmu, jangan buru-buru memutuskan untuk jatuh hati atau jatuh cinta. Cari tahu dahulu siapa dia, bagaimana latar belakangnya, seperti apa keluarganya”.
Pada zaman saat ini, anak-anak remaja gampang sekali terbujuk rayuan pasangannya. Dan yang terjadi banyak diantara mereka sudah berani melakukan layaknya suami istri. Ini sungguh menyedihkan dan harus kita cegah. Ini akibat orang jatuh cinta. Kalau yang tidak jatuh cinta aman mereka.
Makanya, saya katakan cinta itu rasional. Cinta itu urusan akal bukan urusan hati. “Makanya jika ada orang yang menyatakan cinta, biarkan pikiranmu yang membukanya dan jangan izinkan hatimu’.”
Maka ketika ada getaran-getaran yang mulai terasa, para remaja harus berpikir rasional. Benarkah ia pasangan yang baik, pantaskah aku bersanding dengannya. Logikanya harus jalan dulu dan jangan langsung jatuh cinta, karena hal itu sangat berbahaya.
Jika ada remaja yang terlanjur jatuh cinta, maka apapun tentang pasangannya itu yang paling baik, yang paling benar dan seterusnya. Inilah yang kemudian remaja jadi bucin (budak cinta).
Sumber: Al-Bahjah TV
Tinggalkan Balasan