• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Derita Sunyi di Tanah Sumatera: Ketika Tata Kelola Lingkungan Gagal Melindungi Indonesia

6 Desember 2025 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: Singky Soewadji*

Indonesia adalah negeri megabiodiversitas yang diakui dunia. Namun di balik julukan itu, Sumatera kini memanggul luka ekologis yang kian menganga. Hutan menyusut, satwa mati berguguran, dan bencana ekologis menjadi rutinitas tahunan. Pertanyaan serius mengemuka: Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?

Penyatuan Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Kehutanan di era Presiden Jokowi menciptakan simpul birokrasi yang rumit: satu institusi harus mengurusi dua mandat besar yang sebenarnya saling bertentangan.

Kehutanan modern menekankan pemanfaatan hutan:

  • Produksi kayu dan hasil hutan.
  • Penyediaan habitat satwa.
  • Pengelolaan air dan rekreasi.
  • Lapangan kerja dan kepentingan ekonomi.
    Fokus ini dekat dengan utilization dan management.

Sebaliknya, KLH bertugas menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui:

  • Regulasi, pengawasan, dan penegakan hukum.
  • Pencegahan pencemaran.
  • Kebijakan perubahan iklim.
  • Ekonomi hijau dan mitigasi bencana ekologis.
    Ini lebih dekat dengan proteksi dan governance.

Ketika dua orientasi itu digabungkan, arah kebijakan menjadi tumpang-tindih—dan celah pengawasan melebar.

Hasilnya terlihat jelas: pada 2016–2025 Aceh kehilangan 1,4 juta hektar hutan, sementara deforestasi besar juga terjadi di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Pada periode yang sama, puluhan gajah, harimau, dan satwa dilindungi lainnya mati sia-sia.

Derita Gajah Sumatera: Sunyi, Tragis, dan Terlupakan

Di tengah keheningan publik, Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) menjadi simbol paling menyayat dari runtuhnya tata kelola konservasi. Dalam tiga tahun terakhir saja, puluhan gajah mati—rata-rata satu ekor setiap bulan.
Beberapa di antaranya:

  • Dargo, jantan 50 tahun — 25/09/2022
  • Fitrie, betina muda 4 tahun — 17/10/2022
  • Kery, betina 45 tahun — 18/12/2022
  • Dwiki, jantan 35 tahun — 14/02/2023

Hingga akhir 2024 dan 2025, kematian terus berlanjut di Aceh, Riau, Bengkulu, dan Lampung. Banyak yang mati diracun, tersengat listrik, atau kehilangan habitat akibat pembukaan lahan.

Di Way Kambas, empat gajah mati sepanjang 2024 saja, termasuk anak gajah Rubado dan gajah jantan Dugul yang mati dalam kondisi mengenaskan.

Angka Hitam dari Balik Data

BBKSDA Riau mencatat 23 individu gajah mati di Tesso Nilo sejak 2015 hingga 2025. Tahun 2025 saja, sudah 5 gajah mati, dua di antaranya anak gajah. Di Aceh, 10 gajah mati sepanjang 2024, dan dua lagi menyusul pada awal 2025.

Data ini hanyalah puncak gunung es: banyak kematian tidak pernah terlaporkan. Setiap gajah yang mati bukan sekadar kabar duka ekologis, tetapi indikasi kegagalan sistemik. Akar masalahnya jelas:

  • Deforestasi masif untuk kebun kelapa sawit dan HTI.
  • Pemasangan jerat dan pagar listrik ilegal di sekitar kebun rakyat dan konsesi.
  • Perburuan liar dan perdagangan gading.
  • Timpangnya penegakan hukum.
  • Koordinasi antarinstansi yang lemah.

Ketika ruang jelajah satwa menyempit, konflik dengan manusia tak terhindarkan.

Setelah Pemisahan KLH dan Kehutanan: Masalah Belum Selesai

Di era Presiden Prabowo, kementerian ini memang kembali dipisah. Namun masalah tidak selesai pada struktur, karena:

  • Menteri yang ditunjuk bukan ahli di bidangnya.
  • Kapasitas kelembagaan belum dibenahi.
  • Instrumen pengawasan hutan tetap lemah.

Tanpa pemimpin yang memahami kompleksitas ekologi, hasilnya: kebijakan maju di atas kertas, tetapi gagal di lapangan.

Fakta Pahit: Izin Dilepas, Hutan Pun Lenyap

Sejak reformasi hingga kini, praktik pelepasan kawasan hutan terus terjadi:

  • Zulkifli Hasan melepas 1,64 juta hektar kawasan hutan.
  • Siti Nurbaya melepas 1,4 juta hektar hanya di Aceh.

Menjelang akhir masa jabatan, Presiden Jokowi bahkan membuka pintu izin tambang untuk ormas keagamaan — langkah yang memicu kontroversi luas.

Masyarakat bertanya-tanya:
Masih bisakah publik berharap APH mengusut semua ini secara adil dan transparan?
Jawabannya menggantung di udara. Wallahualam.

Seperti kata almarhum Prof. J.E. Sahetapy:, “Ikan busuk mulai dari kepala.”

Catatan Moral: Dari Kepedulian Menuju Aksi

Tragedi ekologis di Sumatera adalah cermin rapuhnya kepedulian bangsa. Ini bukan semata persoalan kementerian atau pejabat tertentu—tetapi soal etika lingkungan seluruh bangsa.

Kerusakan ini hanya dapat dihentikan jika:

  • Pemerintah membenahi tata kelola secara serius.
  • Penegakan hukum tidak tebang pilih.
  • Akademisi kembali menjadi suara kritis, bukan sekadar konsultan proyek.
  • Masyarakat berani bersuara dan menuntut transparansi.
  • Dunia usaha menghentikan ekspansi tanpa batas.

Kelestarian tidak lahir dari slogan, tetapi komitmen nyata. Gajah, harimau, badak, orangutan, dan satwa-satwa yang tersisa adalah penjaga ekosistem kita. Ketika mereka mati, bagian dari kita ikut mati.

Jika negara tidak segera bertindak, sejarah akan mencatat bahwa kita adalah generasi yang menyaksikan kehancuran alam—dan tidak melakukan apa-apa. “Kau Peduli, Aku Lestari.” Salam Lestari!

000—000

*Pemerhati Lingkungan dan Satwa, tinggal di Surabaya


Share This :

Ditempatkan di bawah: update, wawasan Ditag dengan:Derita, Gagal, Melindungi Indonesia, Sunyi, Tanah Sumatera, Tata Kelola Lingkungan

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Dirjen Bina Haji: Kartu Nusuk Dibagikan di Asrama Haji sebelum Keberangkatan

27 Desember 2025 By admin

Forkopimda Banda Aceh Imbau Warga Tak Rayakan Tahun Baru 2026

27 Desember 2025 By admin

Tangis dan Imunitas di Tengah Bencana

26 Desember 2025 By admin

Senja Keemasan di Kerandangan, Saat Lombok Berbisik Lewat Cahaya

26 Desember 2025 By admin

Paus Leo XIV Soroti Krisis Kemanusiaan Gaza dalam Pesan Natal

26 Desember 2025 By admin

Rais Aam dan Ketum PBNU Sepakat Islah, Muktamar Digelar Bersama

26 Desember 2025 By admin

“Code Blue” Bencana Sumatera

25 Desember 2025 By admin

Kapal yang Menantang Waktu: Restorasi Kapal Firaun Khufu di Grand Egyptian Museum

25 Desember 2025 By admin

China Harap AS Berlaku Adil dalam Transaksi TikTok

25 Desember 2025 By admin

Belgia Ajukan Intervensi di Kasus Gaza di ICJ

24 Desember 2025 By admin

Arsenal Lolos Dramatis ke Semifinal Carabao Cup

24 Desember 2025 By admin

Kaleidoskop Media Massa 2025: Perlu Intervensi Negara Menjaga Eksistensi Media

24 Desember 2025 By admin

UGM Bentuk Tujuh Pokja Tanggulangi Bencana Hidrometeorologi di Sumatra

24 Desember 2025 By admin

Stok Pangan Surabaya Aman Delapan Bulan Jelang Nataru

24 Desember 2025 By admin

Mentan Tegaskan Impor Pangan Ilegal Tak Ditoleransi

24 Desember 2025 By admin

4 Kebiasaan Dokter Onkologi untuk Menurunkan Risiko Kanker

23 Desember 2025 By admin

Iran Tegaskan Program Rudal Tak Bisa Dirundingkan

23 Desember 2025 By admin

Hantam Bologna 2-0, Napoli Juarai Piala Super Italia

23 Desember 2025 By admin

Albanese Minta Maaf, Australia Siapkan Reformasi Pascapenembakan Bondi

23 Desember 2025 By admin

Menghayati Kasih Sayang Ibu, Perspektif Genetika-Imunologi

22 Desember 2025 By admin

Pemerintah Siapkan PP Atur Jabatan Sipil Anggota Polri

22 Desember 2025 By zam

Gus Yahya Tegaskan Patuh Putusan Musyawarah Kubro dan Dorong Islah PBNU

22 Desember 2025 By zam

Barca Perlebar Jarak dari Real Usai Tekuk Villarreal 2-0

22 Desember 2025 By zam

MU Tumbang 1-2 dari Aston Villa di Villa Park

22 Desember 2025 By zam

Mayoritas Tapi Tak Berbobot: Tafsir Sabda Nabi tentang Umat Akhir Zaman

21 Desember 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Desember 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« Nov    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Menambang Kehidupan, Bukan Sekadar Emas: Jejak Hijau Martabe di Jantung Sumatra

21 Oktober 2025 Oleh admin

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Unesa Kukuhkan 11 Guru Besar dari Beragam Kepakaran
  • Permintaan Tiket Piala Dunia 2026 Cetak Rekor Baru
  • Samudra Api di Balik Gurun: Pesona Ajaib Laut Merah Mesir
  • Gol Lautaro Martinez Antar Inter Milan ke Puncak Klasemen Serie A
  • Trump Sindir PBB, Klaim AS Kini Berperan sebagai Penentu Perdamaian Dunia

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.