

Dalam Alquran, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan gambaran tentang sifat dan keutamaan orang-orang yang bertakwa, salah satunya melalui doa yang mereka panjatkan. Doa ini bukan hanya menjadi amalan mulia, tetapi juga menjadi ciri khas hamba yang bertakwa dan mendapat pujian langsung dari Allah SWT.
Doa tersebut terdapat dalam Surah Ali Imran ayat 16, yang berbunyi:
ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَآ إِنَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
“Rabbanaa innanaa aamannaa faghfirlanaa dzunuubanaa wa qinaa ‘adzaaban naar.”
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran: 16)
Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan jalan masuk menuju derajat takwa, yaitu dengan iman dan kesadaran akan dosa. Mereka yang bertakwa memulai doanya dengan menyebut “Tuhan kami” secara langsung, tanpa seruan tambahan seperti “Ya” atau “Wahai”, sebagai bentuk kedekatan dan pengakuan akan hubungan hamba dan Rabb-nya.
Doa tersebut menunjukkan keikhlasan dan pengakuan bahwa meskipun telah beriman, mereka masih memiliki kelemahan yang menyebabkan mereka jatuh dalam dosa karena dorongan hawa nafsu dan godaan setan. Maka mereka memohon ampunan, penutupan aib, dan perlindungan dari siksa neraka.
Dosa Tak Menghilangkan Ketakwaan
Allah SWT menegaskan bahwa dosa yang dilakukan seorang mukmin tidak secara otomatis menghapuskan sifat ketakwaan selama ia menyadari kesalahan dan memohon ampun kepada Allah dengan tulus. Hal ini diperkuat oleh Surah Ali Imran ayat 135:
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka—dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?—dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(QS Ali Imran: 135)
Ayat ini menegaskan bahwa ciri orang bertakwa adalah mereka tidak terus-menerus dalam dosa. Ketika tergelincir, mereka segera sadar, bertaubat, dan tidak mengulangi perbuatannya.
Sifat-Sifat Orang Bertakwa
Lebih lanjut, Ali Imran ayat 17 menjabarkan sifat-sifat orang bertakwa:
ٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْمُنفِقِينَ وَٱلْمُسْتَغْفِرِينَ بِٱلْأَسْحَارِ
“(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.”
(QS Ali Imran: 17)
Ayat ini menyebut lima karakter utama:
- Sabar dalam menghadapi ujian hidup.
- Jujur dan benar dalam ucapan dan perbuatan.
- Taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.
- Dermawan, menginfakkan harta demi kebaikan.
- Istighfar di waktu sahur, menunjukkan kepekaan spiritual yang tinggi.
Kandungan Surah Ali Imran
Surah Ali Imran terdiri atas 200 ayat dan tergolong surat Madaniyah. Surat ini dinamai berdasarkan kisah keluarga Imran yang diabadikan di dalamnya. Di antara isinya adalah kisah kelahiran Maryam, Nabi Isa ‘Alaihissalam, serta persamaan penciptaan Nabi Isa dan Nabi Adam. Surat ini juga mengandung pembahasan tentang keimanan, hukum Islam, dan respons terhadap penyimpangan ahli kitab.
Surah ini, bersama Surah Al-Baqarah, dikenal sebagai Az-Zahrawani atau “dua cahaya yang gemilang” karena mengungkap berbagai kebenaran yang disembunyikan oleh ahli kitab, termasuk kabar kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Doa orang-orang bertakwa yang diabadikan dalam Surah Ali Imran ayat 16 bukan sekadar permintaan ampun, melainkan cerminan iman yang mendalam, kesadaran akan kelemahan diri, dan harapan akan rahmat Allah. Ketakwaan bukan berarti tanpa cela, namun keberanian untuk segera bertaubat dan memperbaiki diri. Inilah hamba yang dipuji oleh Allah dan dijanjikan surga sebagai balasan terbaik.
—000—
*Pengash Pesantren Al-Quran Nurul Falah Surabaya
Tinggalkan Balasan