
Tapanuli Selatan (Trigger.id) – Di sebuah desa di Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, pagi itu tampak sekelompok anak mengenakan seragam putih-biru. Mereka tersenyum lebar meski menapaki jalan tanah menuju sekolah. Bagi sebagian orang kota, pemandangan ini mungkin biasa saja. Namun, di mata Siti Aisyah (13), pelajar kelas VIII, perjalanan ini adalah bukti nyata bagaimana sebuah tambang emas bisa membuka jalan emas bagi masa depannya.
“Dulu sekolah kami sempit, bangku tidak cukup, buku pelajaran terbatas. Tapi sejak ada bantuan dari Martabe, kelas jadi lebih layak, bahkan ada beasiswa. Saya jadi semangat belajar, ingin jadi bidan,” ujar Aisyah, matanya berbinar.
Pendidikan Sebagai Warisan Emas
PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama ESG (Environmental, Social, Governance) mereka. Data dari laporan keberlanjutan perusahaan (2023) mencatat lebih dari 6.000 siswa di Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal telah menerima manfaat program pendidikan berupa beasiswa, pelatihan guru, hingga pembangunan sarana sekolah.
Ahli pendidikan dari Universitas Sumatera Utara, Prof. Dra. Rosmauli, M.Pd., menilai bahwa pendekatan ini strategis.
“Investasi tambang bersifat sementara, tetapi investasi pendidikan melahirkan sumber daya manusia yang akan bertahan lintas generasi. Ini bukti bahwa praktik ESG bukan jargon, melainkan jalan menuju keberlanjutan sosial,” tegasnya.
Pemberdayaan Perempuan dan Pemuda
Tidak hanya anak-anak, perempuan dan pemuda juga mendapat ruang untuk tumbuh. Melalui program Martabe Empowerment, lebih dari 500 perempuan lokal telah dilatih dalam bidang kewirausahaan, mulai dari pengolahan hasil pertanian, kerajinan tangan, hingga literasi keuangan.
Rina Marpaung (32), seorang ibu rumah tangga, mengaku hidupnya berubah sejak mengikuti pelatihan tersebut.
“Saya belajar cara membuat abon ikan dan memasarkan lewat media sosial. Dulu suami saya saja yang menanggung biaya rumah. Sekarang saya bisa bantu, bahkan uang hasil usaha bisa dipakai untuk biaya sekolah anak,” tuturnya sambil tersenyum.
Pemuda lokal pun tidak tertinggal. Program pelatihan keterampilan seperti las, otomotif, dan teknologi informasi telah menjangkau ratusan pemuda. Data dari laporan internal Agincourt menunjukkan 70% lulusan pelatihan berhasil bekerja atau membuka usaha sendiri dalam kurun 1–2 tahun.
Kesehatan: Menjaga Napas Kehidupan
Sehat adalah fondasi kualitas hidup. Di daerah terpencil, akses kesehatan sering kali menjadi tantangan utama. Martabe hadir dengan mobil klinik keliling yang melayani ribuan warga setiap tahunnya. Menurut catatan Dinas Kesehatan Tapanuli Selatan (2024), program ini berhasil menurunkan angka kasus ISPA pada anak hingga 15% dalam tiga tahun terakhir.
Salah satu penerima manfaat, Pak Sabaruddin (54), menceritakan bagaimana istrinya yang menderita diabetes terbantu.
“Dulu kami harus naik motor 2 jam ke rumah sakit. Sekarang cukup tunggu mobil klinik datang, istri bisa kontrol rutin. Biaya pun jauh lebih ringan,” ujarnya dengan suara bergetar.
Selain layanan dasar, Martabe juga bekerja sama dengan puskesmas setempat dalam program gizi. Hasilnya, prevalensi stunting di desa dampingan turun dari 38% pada 2019 menjadi 25% pada 2023, sejalan dengan target nasional.
ESG yang Menghidupkan Harmoni
Konsep ESG dalam aksi tidak hanya sebatas laporan tahunan. Menurut Dr. R. Yuliana, pakar tata kelola lingkungan dari LIPI, pendekatan Martabe patut diapresiasi.
“Ketika perusahaan tambang mampu menghadirkan harmoni antara bisnis, masyarakat, dan lingkungan, maka keberlanjutan bukan lagi utopia. Martabe memberi contoh bahwa pertambangan bisa bersuara manusiawi,” ujarnya.
Bukti lain terlihat dari meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tapanuli Selatan yang naik dari 69,53 (2018) menjadi 71,92 (2023), menurut BPS. Meski faktor peningkatan IPM bersifat multivariat, kontribusi sektor swasta seperti Martabe sangat signifikan.
Harapan yang Tak Pernah Padam
Kisah Aisyah, Rina, dan Sabaruddin hanyalah tiga dari ribuan cerita yang lahir dari perut bumi Martabe. Emas yang ditambang di sana tidak hanya mengalir ke pasar dunia, tetapi juga kembali dalam wujud buku, ruang kelas, keterampilan, hingga layanan kesehatan.
Di sebuah sore, Aisyah kembali menulis di buku catatannya. Ia menuliskan sebuah kalimat sederhana:
“Sekolahku lebih baik, hidup keluargaku lebih sehat. Aku yakin, masa depanku akan lebih cerah. Terima kasih, Martabe.”
Kalimat itu mungkin sederhana, tetapi menyimpan makna mendalam tentang bagaimana sebuah tambang emas bisa melahirkan emas kehidupan. (ian)
Sumber: PT Agincourt Resources, BPS dan lainnya
Tinggalkan Balasan