
Surabaya (Trigger.id) – Di dunia musik, hanya sedikit nama yang mampu melintasi batas-batas genre dan zaman seperti Herbie Hancock. Di usia 85 tahun, ia tetap tampil enerjik dan relevan, menjelajahi dunia suara yang luas dengan semangat kebebasan dan inovasi yang luar biasa. Dengan 14 Grammy Awards, kolaborasi dengan para legenda seperti Miles Davis, serta keterlibatannya dalam soundtrack film-film pemenang Oscar, Herbie Hancock telah menjadi sosok sentral dalam sejarah musik modern selama lebih dari enam dekade.
Jejak Awal dan Inovasi Sejak 1960-an
Herbie Hancock pertama kali dikenal publik luas ketika bergabung dengan Miles Davis Quintet pada pertengahan 1960-an. Di sana, ia ikut menjadi pionir dalam transformasi jazz ke arah yang lebih modern dan elektris. Salah satu karya awalnya yang fenomenal, “Watermelon Man”, dirilis tahun 1962 dan menjadi tonggak pergeseran jazz ke ranah soul dan funk.
Namun, kejeniusan Hancock bukan hanya terletak pada teknik bermain piano atau komposisi, tetapi juga pada kemampuannya menangkap semangat zaman. Di era 1970-an, ia menciptakan album visioner seperti “Head Hunters” (1973), yang menjadi salah satu album jazz fusion paling laris sepanjang masa. Di album ini, Hancock memperkenalkan sintesis antara jazz, funk, dan teknologi elektronik, membuka jalan bagi banyak musisi lain untuk bereksperimen dengan suara baru.
Penjelajahan Lintas Genre
Hancock tidak pernah merasa cukup dengan satu jenis musik. Ia telah menjelajah jazz, funk, R&B, rock, soul, hip hop, hingga pop yang paling canggih. Dalam proyek Future Shock (1983), ia merilis “Rockit”, sebuah lagu revolusioner dengan elemen turntablism dan breakdance, yang menjadi lagu instrumental pertama yang menampilkan scratching dan sukses besar di MTV. Lagu ini dianggap sebagai pintu masuk jazz ke dalam budaya urban dan hip hop.
Sosok Global dan Advokat Nilai Universal
Lebih dari sekadar musisi, Herbie Hancock juga dikenal sebagai duta budaya global. Ia ditunjuk sebagai UNESCO Goodwill Ambassador for Intercultural Dialogue dan menjadi penggagas International Jazz Day, yang diperingati setiap tanggal 30 April. Hari ini dirancang untuk merayakan nilai-nilai universal jazz: kebebasan berekspresi, inklusivitas, kerja sama lintas budaya, dan perdamaian.
Lewat perannya di UNESCO, Hancock menekankan bahwa jazz bukan sekadar aliran musik, melainkan sarana diplomasi budaya yang menyatukan bangsa-bangsa melalui harmoni.
“Jazz has always been about freedom and dialogue. It’s not just notes – it’s about listening, responding, and building something beautiful together,” — Herbie Hancock.
Karya Film dan Penghargaan Oscar
Kontribusi Hancock di dunia film juga tidak kalah mengagumkan. Ia meraih Academy Award for Best Original Score untuk film “‘Round Midnight” (1986), sebuah drama tentang kehidupan musisi jazz. Musik dalam film ini tidak hanya memperkuat narasi, tetapi juga menjadi roh yang menghidupkan karakter.
Legacy dan Pengaruh
Tidak sedikit musisi generasi baru yang mengaku terinspirasi oleh Herbie Hancock. Dari Robert Glasper, Thundercat, hingga Esperanza Spalding, banyak yang mengutip Hancock sebagai pelopor dalam menyatukan dunia akustik dan digital, tradisi dan eksperimentasi.
Pada tahun-tahun terakhir, Hancock terus tampil di panggung-panggung besar dunia, termasuk di Montreux Jazz Festival, Tokyo Jazz, hingga Java Jazz Festival di Indonesia. Ia juga terus berinovasi dengan kolaborasi lintas genre, termasuk proyek bersama Flying Lotus, Kendrick Lamar, dan Kamasi Washington.
Herbie Hancock bukan hanya musisi – dia adalah arsitek suara abad ke-20 dan 21, simbol perubahan, inovasi, dan jembatan antar budaya. Melalui karya dan dedikasinya, ia mengajarkan bahwa musik sejati tak pernah terikat waktu, tak pernah usang, dan selalu punya kekuatan untuk menyatukan umat manusia. Sebagai legenda hidup yang terus menginspirasi, warisan Herbie Hancock akan terus bergema lintas generasi dan lintas dunia. (bin)
Tinggalkan Balasan