
Surabaya (Trigger.id) – Ali bin Abi Thalib RA pernah berkata,
“Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjagamu, sedangkan engkau harus menjaga harta. Ilmu bertambah dengan diamalkan, sedangkan harta berkurang dengan dibelanjakan.”
Kalimat ini sederhana, tetapi mengandung kedalaman makna yang luar biasa. Di tengah dunia yang kian mengagungkan kekayaan materi, Sayyidina Ali seolah mengingatkan kita bahwa nilai sejati manusia bukan diukur dari banyaknya harta yang dimiliki, melainkan dari seberapa dalam pengetahuannya dan seberapa bermanfaat ilmunya bagi sesama.
Harta memang bisa memberikan kenyamanan hidup, tetapi hanya sementara. Ia membutuhkan penjagaan, bisa hilang dalam sekejap, dan seringkali justru menjadi sumber kekhawatiran. Namun ilmu—terutama ilmu yang membawa seseorang semakin dekat kepada Allah—adalah penjaga yang abadi. Ia menerangi hati, mengarahkan langkah, dan menjadi pelindung dari kesesatan.
Ketika seseorang kehilangan harta, ia masih bisa bertahan dengan ilmunya. Tetapi ketika seseorang kehilangan ilmu, ia akan mudah terjerumus dalam kebodohan dan kesalahan yang membuat hartanya pun sirna. Itulah mengapa Sayyidina Ali menegaskan bahwa ilmu tidak hanya bernilai duniawi, melainkan juga menjadi bekal menuju akhirat.
Ilmu tidak berkurang ketika dibagikan, justru bertambah nilainya ketika diamalkan. Ia ibarat cahaya yang semakin terang ketika dinyalakan di banyak hati. Sedangkan harta, sebesar apa pun jumlahnya, akan berkurang jika terus digunakan tanpa keberkahan.
Hikmah ini mengajarkan keseimbangan:
Carilah harta, tetapi jangan lupakan ilmu yang menuntun cara memperolehnya. Milikilah ilmu, tetapi jangan jadikan ia sekadar kebanggaan diri. Karena ilmu tanpa amal hanya menjadi beban, dan harta tanpa ilmu hanya menjadi fitnah.
Pada akhirnya, yang menjaga kita bukanlah isi dompet, tetapi isi kepala dan isi hati. Maka seperti pesan Sayyidina Ali, jadikan ilmu sebagai penjagamu, dan bukan sebaliknya. (bin)



Tinggalkan Balasan