Dalam Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi, dan menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat. Rasulullah SAW bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Al-Qur’an menyebut ilmu sebagai sumber petunjuk dan jalan menuju kebenaran. Tanpa ilmu, seseorang akan mudah tersesat dan melakukan tindakan tanpa dasar. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra: 36).
Amal ibadah harus dilandasi ilmu agar sah dan diterima oleh Allah SWT. Tanpa ilmu, amal bisa menjadi sia-sia atau bahkan menjerumuskan. Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya ilmu untuk memastikan niat dan praktik ibadah sesuai dengan syariat.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tidak hanya disimpan, tetapi juga diamalkan untuk kebaikan diri sendiri dan masyarakat. Ilmu tanpa amal diibaratkan seperti pohon tak berbuah, memiliki wujud tetapi tidak memberi manfaat.
مَثَلُ الَّذِي يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ ثُمَّ لَا يُحَدِّثُ بِهِ كَمَثَلِ الَّذِي يَكْنِزُ الْكَنْزَ فَلَا يُنْفِقُ مِنْهُ
“Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu kemudian tidak mengajarkannya, seperti orang yang menyimpan harta namun tidak membelanjakannya.” (HR. Ahmad).
Amal, adalah tujuan dari kita belajar. Ilmu yang tak membuahkan amal, menunjukkan perjuangan menuntut ilmu yang dia lalui selama ini, gagal, tak berbuah. Kata pepatah,
ألعلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
“Ilmu tanpa amal, ibarat pohon tanpa buah.”
Ada pesan menarik dari Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah, saat menjelaskan hadis,
من يرد الله به خيرا يفقه في الدين
“Siapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya, maka akan Allah pahamkan tentang agama.”
Islam mengajarkan keseimbangan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Ilmu dunia diperlukan untuk memperbaiki kehidupan, sedangkan ilmu agama dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Dengan ilmu, seorang muslim dapat mengelola kehidupan secara bijak dan tidak melalaikan kewajiban akhirat.
Semakin dalam ilmu seorang muslim, semakin kuat rasa takut dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Ini selaras dengan firman Allah:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir: 28).
Hikmah dan Motivasi dalam Menuntut Ilmu
- Menghidupkan Tradisi Keilmuan: Menuntut ilmu adalah bentuk ibadah, dan setiap langkah dalam mencarinya dicatat sebagai pahala.
- Mendapatkan Doa Malaikat: Dalam hadits, disebutkan bahwa malaikat mendoakan kebaikan bagi orang yang menuntut ilmu.
- Menjadi Sumber Inspirasi dan Kebaikan: Ilmu yang diamalkan akan membuka jalan bagi banyak solusi dan manfaat bagi orang lain.
Ilmu dalam Islam bukan hanya untuk memenuhi pengetahuan pribadi tetapi juga sebagai sarana memperbaiki diri dan masyarakat. Ilmu tanpa amal hanya akan menjadi beban di akhirat, sedangkan ilmu yang diamalkan akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.
—000—
*Akademisi UINSA Surabaya dan Pengasuh Pesantren Urban Miftahul Ula Surabaya
Tinggalkan Balasan