

Siapakah sosok yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala? Pertanyaan ini telah banyak menjadi bahan perenungan di berbagai majelis ilmu. Bahkan, pada masa Rasulullah ﷺ, seorang sahabat pernah menanyakan hal serupa kepada beliau.
Nabi Muhammad ﷺ pun memberikan jawaban yang penuh makna:
“Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah rasa bahagia yang engkau tanamkan di hati seorang Muslim, atau engkau hilangkan satu kesulitan darinya, atau engkau lunasi utangnya, atau engkau hilangkan rasa laparnya.”
(HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir)
Hadis ini menunjukkan bahwa cinta Allah bukan hanya untuk mereka yang rajin beribadah secara individual, tetapi juga untuk mereka yang menebar manfaat dan meringankan beban sesama. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial.
Menjadi Manusia yang Bermanfaat
Orang yang paling dicintai oleh Allah bukanlah yang sekadar banyak ibadah ritual, namun juga mereka yang memperjuangkan kebahagiaan dan kebaikan untuk orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, bentuk manfaat itu bisa hadir dalam banyak hal: memberi makan orang lapar, membantu orang yang sedang dalam kesulitan ekonomi, atau bahkan sekadar menghibur hati orang yang sedang dirundung duka.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis lain:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)
Dalil Al-Qur’an tentang Menolong dan Berbuat Baik
Prinsip ini sejalan dengan ajaran Al-Qur’an, yang berulang kali mendorong umat Islam untuk saling membantu dan memperkuat ikatan sosial:
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Ma’idah: 2)
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ ٱلْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”
(QS. Al-Bayyinah: 7)
وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.”
(QS. Al-Insan: 8)
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa memberi manfaat kepada orang lain bukanlah tugas sekunder dalam Islam, melainkan inti dari ketakwaan dan salah satu jalan menuju kecintaan Allah Ta’ala.
Kasih Sayang dan Perhatian Sosial dalam Islam
Islam mengajarkan bahwa menyebarkan kebahagiaan dan menghilangkan penderitaan adalah bagian dari ibadah. Bahkan senyuman kepada sesama pun termasuk sedekah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
(HR. Tirmidzi)
Begitu pula, membantu melunasi utang seseorang bisa menjadi jalan pembuka rahmat dan ampunan Allah.
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat.”
(HR. Muslim)
Penutup
Menjadi orang yang paling dicintai Allah bukan tentang popularitas atau kekayaan. Ia tentang keikhlasan dalam membantu, tentang cinta yang diwujudkan dalam aksi nyata kepada sesama. Setiap orang bisa menjadi pribadi yang paling dicintai oleh Allah — asalkan ia bersungguh-sungguh dalam menebar manfaat dan kebahagiaan di dunia ini.
Mari kita berlomba-lomba menjadi manusia yang bermanfaat, karena itulah jalan menuju cinta-Nya yang abadi.
—000—
*Akademisi Unusa Surabaya dan Ketua LDNU Jatim
Tinggalkan Balasan