

Surah At-Taubah adalah salah satu surat dalam Al-Quran yang secara tegas menyinggung perilaku orang-orang munafik dan memberikan peringatan keras terhadap mereka. Dalam surat ini, Allah mengungkap ciri-ciri orang munafik agar umat Islam dapat mengenali mereka. Berikut adalah beberapa tanda-tanda orang munafik yang disebutkan dalam Surah At-Taubah: Allah SWT berfirman:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang munafik, laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah sama; mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar, dan melarang (berbuat) yang makruf, dan mereka menggenggamkan tangannya (pelit). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.”
(QS. At-Taubah: 67)
Ayat ini menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan munafik saling mendukung satu sama lain dalam keburukan. Mereka memiliki sifat, tujuan, dan tindakan yang sama, yaitu menyerukan kemungkaran dan mencegah kebaikan.
Orang munafik mengajak kepada dosa, pelanggaran, dan segala sesuatu yang melanggar ajaran Allah. Mereka mempromosikan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Orang munafik melarang kebaikan seperti amar makruf (menyuruh kepada kebaikan), shalat, sedekah, atau kegiatan yang mendekatkan manusia kepada Allah. Mereka digambarkan sebagai orang yang enggan menginfakkan hartanya di jalan Allah, bahkan untuk hal-hal yang baik sekalipun.
Orang munafik tidak memiliki rasa takut atau cinta kepada Allah. Mereka lalai dari mengingat-Nya, sehingga Allah “melupakan” mereka, yaitu mencabut rahmat dan petunjuk-Nya dari mereka. Kemunafikan mereka membuat mereka tergolong sebagai orang-orang fasik, yaitu orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk menjauhi sifat munafik. Amar makruf nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) adalah kewajiban setiap Muslim, bukan sebaliknya. Kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam sifat-sifat yang membawa kita kepada kemunafikan dan fasik.
Allah juga menyebutkan bahwa orang munafik sering berjanji kepada Allah atau manusia tetapi tidak menepati janji tersebut. Mereka berjanji dengan mulut mereka, tetapi hati mereka tidak tulus. Hal ini tercantum dalam ayat berikut:
۞ وَمِنْهُم مَّنْ عَٰهَدَ ٱللَّهَ لَئِنْ ءَاتَىٰنَا مِن فَضْلِهِۦ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ. فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضْلِهِۦ بَخِلُوا۟ بِهِۦ وَتَوَلَّوا۟ وَّهُم مُّعْرِضُونَ
“Dan di antara mereka ada orang yang berjanji kepada Allah: ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Tetapi setelah Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada mereka, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).”
(QS. At-Taubah: 75-76)
Orang munafik melakukan amal atau kebaikan semata-mata agar mendapat pujian dari manusia, bukan karena keikhlasan kepada Allah. Mereka tidak memiliki ketulusan dalam ibadahnya. Hal ini disebutkan dalam ayat:
وَمَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَٰتُهُمْ إِلَّآ أَنَّهُمْ كَفَرُوا۟ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ وَلَا يَأْتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَىٰ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَٰرِهُونَ
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS. At-Taubah: 54)
Orang munafik sering mengejek orang-orang beriman yang bersungguh-sungguh dalam ibadah dan amalnya. Mereka juga memperolok mereka yang berinfak, baik dalam jumlah kecil maupun besar. Hal ini disebutkan dalam ayat:
ٱلَّذِينَ يَلْمِزُونَ ٱلْمُطَّوِّعِينَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ فِى ٱلصَّدَقَٰتِ وَٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ ٱللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (QS. At-Taubah: 79)
Orang munafik menampakkan ketaatan ketika berada di hadapan orang-orang beriman, tetapi sejatinya mereka menyimpan kebencian terhadap agama Allah. Mereka mencari alasan untuk tidak ikut serta dalam perjuangan agama.
“…Jika mereka berangkat bersamamu, mereka hanya akan menambah kerusakan di antaramu, dan mereka akan bergegas maju ke depan untuk menyebarkan fitnah di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.”
(QS. At-Taubah: 47)
Orang munafik bersikap malas dalam melaksanakan kewajiban ibadah, seperti shalat atau jihad. Bahkan, ketika mereka melaksanakannya, mereka melakukannya tanpa semangat dan hanya untuk formalitas.
“…Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.”
(QS. An-Nisa: 142) (ayat ini relevan dalam konteks munafik secara umum).
Surah At-Taubah memberikan gambaran jelas tentang sifat-sifat orang munafik agar umat Islam waspada. Allah sangat membenci kemunafikan karena orang munafik merusak agama dari dalam, menipu, dan memperdaya umat Islam dengan kedok kebaikan. Oleh karena itu, setiap Muslim diingatkan untuk senantiasa menjaga keikhlasan, menjauhi sifat riya, menepati janji, dan bersikap tulus dalam beribadah serta bermuamalah.
Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat munafik dan senantiasa diberikan hidayah untuk menjadi hamba yang benar-benar beriman. Aamiin.
—000—
*Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jatim



Tinggalkan Balasan