
Tel Aviv/Gaza (Trigger.id) — Militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah memulai pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara ke Jalur Gaza, di tengah tekanan internasional yang meningkat dan krisis kelaparan yang kian memburuk di wilayah tersebut.
Dalam pernyataan yang dirilis pada Minggu pagi, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebutkan bahwa mereka telah melakukan airdrop yang berisi tujuh paket bantuan, termasuk tepung, gula, dan makanan kaleng. Operasi ini diklaim dilakukan bekerja sama dengan organisasi internasional dan dipimpin oleh COGAT, lembaga militer Israel yang mengawasi masuknya bantuan ke Gaza.
IDF juga merilis video yang menunjukkan pesawat menjatuhkan bantuan tersebut, meski keaslian rekaman belum dapat diverifikasi secara independen. Pihak berwenang Palestina belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan ini.
Langkah ini diambil setelah desakan internasional agar Israel membuka akses bantuan yang lebih luas ke Gaza, menyusul kekhawatiran terhadap kelaparan massal yang melanda lebih dari dua juta penduduk di wilayah itu. Sebelumnya, Israel sempat menyangkal tuduhan bahwa mereka sengaja menciptakan kelaparan di Gaza.
Selain bantuan udara, IDF mengklaim telah memulai sejumlah upaya untuk memperbaiki respons kemanusiaan di wilayah tersebut, termasuk kesiapan memberlakukan jeda kemanusiaan di area padat penduduk dan mengaktifkan kembali pasokan listrik untuk fasilitas desalinasi air yang disebut mampu melayani sekitar 900.000 penduduk Gaza.
Israel sempat menghentikan semua pasokan ke Gaza sejak awal Maret, dan mulai melonggarkan kembali dengan berbagai pembatasan pada Mei. Bersama Amerika Serikat, Israel mendukung pendirian Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang diizinkan beroperasi di wilayah itu.
Namun sejak GHF mulai beroperasi pada akhir Mei, laporan kematian warga Palestina saat mencoba memperoleh bantuan terus berdatangan. Banyak saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa sebagian besar korban ditembak oleh pasukan Israel. Militer Israel mengklaim hanya melepaskan tembakan peringatan dan membantah jumlah korban seperti yang dilaporkan.
PBB, sejumlah negara sekutu Israel, dan organisasi bantuan internasional menyalahkan Israel atas krisis pangan yang semakin parah dan menyerukan agar pengiriman bantuan dilakukan secara bebas dan aman. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza menyebutkan bahwa puluhan orang telah meninggal karena kekurangan gizi, termasuk 85 anak-anak dalam beberapa hari terakhir. Total korban disebut mencapai 125 jiwa.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut situasi ini sebagai “kelaparan massal buatan manusia”.
IDF menegaskan bahwa tanggung jawab distribusi makanan di Gaza berada di tangan PBB dan organisasi kemanusiaan internasional. Namun, mereka juga memperingatkan agar bantuan tersebut tidak jatuh ke tangan Hamas.
Israel menyetujui rencana kerja sama dengan Yordania dan Uni Emirat Arab, yang didukung oleh Inggris, untuk menjatuhkan bantuan melalui udara ke Gaza. Meski demikian, sejumlah lembaga bantuan menilai langkah ini tidak cukup untuk mengatasi kelaparan yang melanda.
Kepala UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, Philippe Lazzarini, mengkritik pengiriman bantuan lewat udara karena dinilai mahal, tidak efisien, dan berisiko membahayakan warga sipil yang kelaparan. Ia menyebutkan ada sekitar 6.000 truk bantuan yang saat ini tertahan di Yordania dan Mesir dan mendesak Israel untuk membuka akses masuk dan menjamin pergerakan bantuan yang aman serta bermartabat.
Warga Gaza sendiri menyuarakan kekhawatiran terhadap bantuan udara. Seorang pria di Gaza utara kepada BBC Arabic menyebutkan bahwa metode ini tidak aman dan pernah menyebabkan tragedi tahun lalu. Ia menyampaikan bahwa paket bantuan berisiko jatuh menimpa tenda-tenda dan dapat menyebabkan luka serius bahkan kematian.
Kondisi di Gaza kian memburuk dengan warga yang tak hanya kelaparan tetapi juga mengalami dehidrasi. Seorang ibu mengatakan kepada BBC bahwa mereka “hidup tanpa makanan maupun air, tidak ada roti, bahkan air pun tidak tersedia”.
Perang di Gaza dimulai sejak serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Sejak itu, lebih dari 59.000 orang dilaporkan tewas di Gaza menurut data Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. (bin)
Tinggalkan Balasan