

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُم مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, dan sangat sedikit dari mereka yang melampaui itu.”
(HR. Tirmidzi no. 2331; hasan)
Hadis ini bukan hanya memberikan gambaran mengenai rata-rata usia umat Islam, tetapi juga menjadi peringatan lembut bahwa hidup di dunia itu singkat. Usia bukan hanya hitungan angka, tetapi amanah yang akan dipertanggungjawabkan. Maka sungguh rugi orang yang menua tanpa makna—menua tanpa kontribusi, tanpa ibadah, tanpa amal, dan tanpa kesiapan untuk akhirat.
Usia: Modal Menuju Akhirat
Setiap detik yang berlalu adalah kesempatan emas yang tidak akan pernah kembali. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan:
مَا خَلَقْنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ إِلَّا بِٱلْحَقِّ وَأَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ عَمَّآ أُنذِرُوا۟ مُعْرِضُونَ
“Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan haq dan untuk waktu yang ditentukan…”
(QS. Al-Ahqaf: 3)
Artinya, semua yang diciptakan Allah memiliki tujuan, termasuk manusia dan usianya. Hidup di dunia adalah perjalanan singkat yang harus diarahkan menuju tujuan akhir: keselamatan di akhirat.
Usia adalah Ladang Amal
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, serta tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan.” (HR. Tirmidzi no. 2417; shahih)
Hadits ini menggambarkan betapa pentingnya setiap aspek kehidupan manusia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ﷻ.
Hadis ini dengan tegas menempatkan usia sebagai perkara pertama yang akan ditanyakan kelak. Maka, masa tua bukanlah waktu untuk menyerah atau berhenti, tetapi justru masa untuk menuai hasil dari benih amal yang ditanam sejak muda.
Hidup yang Bermakna: Seimbang Dunia dan Akhirat
Allah ﷻ juga mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan melalui doa yang sangat indah:
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. Al-Baqarah: 201)
Ayat ini menegaskan bahwa hidup yang bermakna bukan hanya yang sukses duniawi, tapi juga membawa keselamatan ukhrawi.
Jangan Menunda Kebaikan
Al-Qur’an mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu sebelum penyesalan datang:
وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku walau sebentar saja, agar aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?’”
(QS. Al-Munafiqun: 10)
Ayat ini menggambarkan penyesalan yang datang terlambat. Maka dari itu, setiap waktu adalah kesempatan untuk mengukir makna.
Penutup: Menua dengan Makna, Menuju Husnul Khatimah
Usia adalah anugerah, tetapi juga ujian. Rasulullah ﷺ telah memberi gambaran tentang terbatasnya umur manusia agar kita tidak tertipu oleh waktu. Jangan sampai kita menua hanya secara fisik, tetapi tidak secara spiritual. Jadikan usia yang tersisa sebagai kesempatan memperbanyak amal, menebar manfaat, dan memperdalam iman.
Sebagaimana pesan Rasulullah ﷺ:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)
Mari kita berdoa dan berusaha agar setiap tahun yang bertambah bukan hanya mendekatkan kita pada kematian, tetapi juga mendekatkan kita pada ridha Allah dan surga-Nya. Jangan menua tanpa makna. Menualah dengan amal dan keberkahan.
—000—
*Pengasuh Pesantren Al Quran Nurul Falah Surabaya
Tinggalkan Balasan