
Surabaya (Trigger.id) – Mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, meninggal dunia pada usia 100 tahun di rumahnya di Plains, Georgia, pada Minggu (29/12) sore waktu setempat. Kabar duka ini disampaikan oleh Carter Center, yang mengumumkan melalui pernyataan resmi dikutip dari CNN pada Senin (30/12).
Jimmy Carter adalah Presiden AS ke-39 yang menjabat selama satu periode dari tahun 1977 hingga 1981. Ia dikenal sebagai sosok yang sederhana, humanis, dan tetap aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan setelah masa jabatannya berakhir. Carter meninggalkan jejak sebagai salah satu presiden yang tetap berpengaruh dalam isu global, termasuk hak asasi manusia, diplomasi internasional, dan perdamaian dunia.
Kepergian Carter menandai akhir dari perjalanan panjang seorang tokoh yang dihormati secara global karena dedikasinya terhadap perdamaian dan keadilan.
Jimmy Carter, mantan Presiden Amerika Serikat yang baru saja merayakan ulang tahun ke-100 pada 2 Oktober di Plains, Georgia, adalah figur yang dikenang tidak hanya karena masa jabatannya sebagai presiden tetapi juga karena warisan pasca-kepemimpinannya yang penuh kritik dan kontroversi.
Sebagai presiden tertua yang masih hidup, dan yang memegang rekor masa jabatan pasca-presidensi terlama dalam sejarah AS, Carter aktif menyuarakan pandangannya mengenai berbagai isu global. Salah satu isu yang paling menonjol adalah posisinya terhadap konflik Israel-Palestina. Pada 2006, Carter mengecam kebijakan Israel di wilayah pendudukan Palestina, menyebut sistem kontrolnya sebagai bentuk “apartheid.” Pernyataannya ini menuai kontroversi luas, baik dari pihak pendukung maupun yang menentangnya.
Pada 2009, Carter kembali mengkritik perlakuan terhadap warga Palestina di Gaza, menggambarkan bahwa mereka diperlakukan lebih seperti binatang daripada manusia. Pernyataannya ini mencerminkan pandangannya yang tegas terhadap kebijakan Israel dan dampaknya pada masyarakat Palestina.
Lebih jauh lagi, pandangan Carter selama menjabat sebagai presiden disebut “meletakkan dasar” bagi langkah-langkah parlemen AS yang mendesak pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menghentikan transfer senjata ke Israel di tengah agresi ke Gaza. Sikapnya dalam isu ini mencerminkan keyakinannya pada prinsip keadilan dan hak asasi manusia, meskipun sering kali bertentangan dengan kebijakan arus utama AS.
Warisan Carter ini terus memicu diskusi hangat, mencerminkan kompleksitas dan pengaruh pandangannya terhadap politik internasional, khususnya di Timur Tengah.
Carter juga membantu membangun hubungan diplomatik dengan Tiongkok, menengahi menyebarkan senjata nuklir dengan pemimpin Soviet saat itu Leonid Brezhnev, dan membuat perjanjian Terusan Panama di bawah kendali lokal.
Dia juga menengahi pembicaraan antara Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin, yang membuat kedua negara menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi penuh.
Carter kini didiagnosis menderita kanker pada tahun 2015. Keluarganya mengatakan dia berharap bisa hidup hingga pemilu 5 November mendatang, dan bertaruh pada calon dari Partai Demokrat Kamala Harris. (ian)
Tinggalkan Balasan