
Giza, Mesir (Trigger.id) – Di balik megahnya peradaban Mesir Kuno, tersimpan kisah tentang keyakinan, kematian, dan perjalanan menuju keabadian. Salah satu kisah itu kini kembali dihidupkan melalui proses restorasi kapal kuno milik Firaun Khufu yang resmi dimulai pada Selasa (23/12) di Grand Egyptian Museum (GEM), Giza.
Kapal ini dikenal sebagai kapal kedua Firaun Khufu, penguasa Dinasti Keempat yang membangun Piramida Agung Giza. Selama ribuan tahun, kapal tersebut terpendam di dalam lubang batu tak jauh dari kompleks piramida, terkubur rapi sebagai bagian dari ritual pemakaman kerajaan. Bagi bangsa Mesir Kuno, kapal bukan sekadar alat transportasi, melainkan simbol perjalanan suci sang raja menuju alam baka bersama dewa matahari Ra.
Proses restorasi diproyeksikan berlangsung hingga empat tahun. Menariknya, seluruh tahapan pemugaran dilakukan secara terbuka dan dapat disaksikan langsung oleh pengunjung museum. Melalui dinding kaca transparan, publik dapat melihat para ahli konservasi bekerja dengan penuh ketelitian—membersihkan, mengidentifikasi, dan menyusun kembali potongan kayu cedar yang telah berusia lebih dari 4.500 tahun.
Setiap papan kayu kapal menyimpan cerita. Kayu cedar yang digunakan diketahui berasal dari wilayah Lebanon, menandakan kuatnya jaringan perdagangan Mesir Kuno pada masanya. Tantangan terbesar restorasi ini adalah menjaga keaslian struktur kapal, mengingat material organiknya sangat rapuh akibat usia dan perubahan lingkungan selama ribuan tahun.
Kapal kedua Khufu ini melengkapi kapal pertamanya yang telah direstorasi lebih dahulu dan kini menjadi salah satu koleksi paling ikonik Mesir. Namun berbeda dari pendekatan sebelumnya, restorasi kali ini mengusung konsep edukatif dan partisipatif. Museum ingin menjadikan proses konservasi sebagai bagian dari pengalaman belajar, bukan sekadar hasil akhir yang dipajang di balik kaca.
Grand Egyptian Museum sendiri dipersiapkan sebagai museum arkeologi terbesar di dunia, dan restorasi kapal Khufu menjadi simbol komitmen Mesir dalam merawat warisan sejarahnya dengan pendekatan modern dan transparan.
Di tengah dunia yang terus bergerak cepat, restorasi kapal Firaun Khufu mengingatkan kita bahwa peradaban besar dibangun dengan kesabaran, ketelitian, dan keyakinan akan makna perjalanan hidup—bahkan setelah kematian. Kapal ini bukan hanya artefak kayu tua, melainkan saksi bisu dialog antara manusia, waktu, dan keabadian. (bin)
Referensi: Berbagai sumber dan AI



Tinggalkan Balasan