
“Hal itu melahirkan kompetisi model baru, yakni Liga Indonesia. Itu menjadi pondasi awal kompetisi profesional Tanah Air ….”
Oleh: Isa Anshori (Pemred Trigger.id)

Jabatan Ketua Umum PSSI memang jabatan “seksi” karena berbagai kepentingan ada dalam tubuh cabang olahraga terpopuler tersebut. Mulai kompetisi sepak bolanya itu sendiri, popularitas, ekonomi, bahkan kepentingan politik tak jarang ikut mewarnai.
Kiranya tak ada cabang olah raga lain “sekeras” sepak bola. PSSI sebagai wadah atau federasi resmi yang diakui negara dan Federasi sepak bola dunia, FIFA, kerap kali gagal mengangkat prestasi sepak bola tanah air. Berpuluh tahun dan berkali-kali ganti Ketua Umum, namun tetap saja belum ada prestasi luar biasa yang ditorehkan Timnas sepak bola kita.
Jika menoleh ke belakang, kurang berkelas apa para petinggi dan para ketua umum PSSI sebelumnya. Mulai para pengusaha kakap, pejabat struktural pemerintah (Menteri), pejabat tinggi TNI dan juga petinggi Polri, semuanya berakhir tanpa mampu membawa iklim dan prestasi sepak bola lebih baik dari sebelumnya. Prestasi level Asean hanya satu-dua kali tim kita juara AFC dan AFF. Selebihnya kita seringkali gagal dengan macan Asean, seperti Thailand, Vietnam dan juga Malaysia.
Jika dicari akar masalahnya, tentu tak mudah diurai dan diseminarkan satu-dua hari. Barangkali hanya kulit luarnya saja yang mampu dibahas dan dicarikan alternatif solusinya. Selebihnya seperti ada tembok beton yang menghadang.
Dalam Kompasiana, penggemar bola Erfransdo menulis, tidak maju-majunya (atau belum) persepakbolaan di negeri ini disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor dan penyebab di bawah ini sepertinya menjadi masalah utama yang harus segera dibenahi.
Sarana dan prasarana yang kurang memadai, jumlah diklat sepak bola yang belum mencapai target, indisipliner pemain, pemain enggan keluar dari zona nyaman, perangkat pertandingan dan regulasi kompetisi yang bobrok.
Erfransdo dan juga penggemar sepak bola tanah air lainnya mungkin enggan menyoroti persoalan federasi sepak bola Indonesia (PSSI) dan juga faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kendala belum atau tidak majunya sepak bola tanah air.
Dalam salah satu sarasehan olah raga (sepak bola) yang digelar Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Ketua Pengprov PSSI Jawa Timur, Ahmad Riyadh mengungkapkan kegelisahannya. Ia tidak mengelak bahwa dalam dunia sepak bola tanah air ada banyak kepentingan di dalamnya. Dari mulai kompetisinya itu sendiri, kepentingan politik, perjudian, mafia pengaturan skor pertandingan, ekonomi, budaya dan sebagainya.
Sehingga jika memulai perbaikan iklim dan prestasi sepak bola Indonesia, harusnya dilakukan paralel dan harus melibatkan orang-orang “kuat” yang minim dari resiko kepentingan, yang mau ikhlas berjuang demi prestasi sepak bola tanah air. Azwar Anas Ketua – Umum PSSI pada periode 1991-1998 pernah menggaungkan tagline “Sepak Bola Indonesia Menuju Pentas Dunia”.
Berbagai upaya dilakukan, termasuk keputusan menggabungkan kompetisi Galatama dan Perserikatan pada tahun 1995. Hal itu melahirkan kompetisi model baru, yakni Liga Indonesia. Itu menjadi pondasi awal kompetisi profesional Tanah Air yang bernama Indonesia Super League. Kini, kompetisi tersebut telah berganti nama menjadi Liga 1.
Meskipun beberapa langkah mewujudkan “Sepak Bola Indonesia Menuju Pentas Dunia” telah dilakukan, namun ia dianggap kurang tegas memimpin PSSI. Azwar Anas pun dengan berjiwa besar mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PSSI. Posisinya lalu digantikan oleh Agum Gumelar.
Kini, Mochamad Iriawan alias Iwan Bule diharapkan publik berbesar hati untuk mundur dari jabatan Ketum PSSI karena tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menelan 127 korban jiwa. PSSI memutuskan mempercepat penyelenggaraan Kongres PSSI menjadi Kongres Luar Biasa (KLB) dan Iwan Bule memutuskan tidak mencalonkan diri menjadi Ketua UMum PSSI mendatang.
Sesuai arahan FIFA, KLB PSSI akan digelar 16 Pebruari 2023 mendatang. Sejumlah kandidat Ketua dan Wakil Ketua Umum sudah mendaftar, begitu juga untuk calon anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI.
Siapapun yang terpilih dalam Kongres tersebut adalah pilihan terbaik yang bisa dihasilkan. Di pundak mereka terdapat harapan besar sepak bola tanah air. Sudahi persoalan yang ada, berantas mafia bola, dan bawa “Sepak Bola Indonesia Menuju Pentas Dunia”. Semoga!!.
Tinggalkan Balasan