

Setiap manusia mendambakan kebahagiaan dan kemuliaan. Namun, tidak semua orang memahami bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kekayaan, jabatan, atau popularitas dunia, melainkan pada hubungan yang harmonis dengan Allah SWT. Kemuliaan pun bukan ditentukan oleh status sosial, melainkan oleh tingkat ketakwaan seseorang. Maka, siapapun yang ingin hidup bahagia dan mulia, hendaknya menempuh jalan yang diridhai Allah.
1. Iman dan Taqwa: Fondasi Utama Kebahagiaan
Iman kepada Allah adalah pondasi utama kebahagiaan. Tanpa iman, hati akan kosong meski dunia digenggam. Sedangkan takwa adalah puncak keimanan yang memelihara seseorang dari maksiat dan mendorongnya pada kebaikan.
Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Arab-Latin: Man ‘amila ṣāliḥam min żakarin au unṡā wa huwa muminun fa lanuḥyiyannahụ ḥayātan ṭayyibah, wa lanajziyannahum ajrahum bi
aḥsani mā kānụ ya’malụn
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97)
Amal saleh yang berakar dari iman akan membawa ketenangan hati dan keberkahan hidup. Orang yang bertakwa pun dijamin oleh Allah akan jalan keluar dari kesulitan dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ
Artinya: Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. (QS. At-Talaq: 2-3)
2. Hati yang Lapang dan Qana’ah (Rasa Cukup)
Kebahagiaan tidak selalu identik dengan banyaknya harta, tapi dengan hati yang merasa cukup. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan (yang sebenarnya) adalah kaya hati (qana’ah).”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang qana’ah selalu merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Ia bersyukur atas nikmat yang sedikit, sehingga Allah tambahkan nikmatnya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Arab-Latin: Wa iż taażżana rabbukum la
in syakartum laazīdannakum wa la
ing kafartum inna ‘ażābī lasyadīd
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)
3. Akhlak Mulia: Cermin Kemuliaan Hakiki
Di hadapan manusia, seseorang bisa terlihat mulia karena pencapaiannya. Namun di sisi Allah, yang termulia adalah yang paling bertakwa dan berakhlak mulia.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Arab-Latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ụbaw wa qabā`ila lita’ārafụ, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.. (QS. Al-Hujurat: 13)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi)
Akhlak yang luhur mencerminkan ketinggian iman dan menjadikan seseorang mulia di dunia dan akhirat.
4. Rasa Syukur dan Sabar: Dua Sayap Menuju Ridha Allah
Syukur di saat lapang dan sabar di saat sempit adalah kunci untuk tetap bahagia dalam segala kondisi. Kedua sikap ini menjadikan seorang hamba dicintai Allah.
“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah kebaikan baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)
5. Ikhlas dan Tawakal: Menyerahkan Hati Kepada Allah
Ikhlas menjadikan setiap amal bernilai ibadah, walau terlihat kecil di mata manusia. Tawakal menentramkan hati karena yakin Allah sebaik-baik pengatur.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ
“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS. At-Talaq: 3)
Penutup: Jalan Menuju Bahagia dan Mulia
Bahagia dan mulia di sisi Allah bukanlah hal yang utopis. Ia bisa diraih oleh siapa pun yang bersungguh-sungguh menempuh jalan iman, takwa, syukur, sabar, ikhlas, dan akhlak mulia. Dunia mungkin memberi pujian, tetapi hanya ridha Allah yang menjamin bahagia hingga ke akhirat.
Sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ:
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebahagiaan yang tidak pernah hilang dan kenikmatan yang tidak pernah putus.”
(HR. Muslim)
Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bahagia dan mulia, bukan hanya di dunia, tetapi juga di sisi Allah kelak.
—000—
*Penceramah, tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan