
“Kita mungkin lawan, tapi kita bukan musuh, kita adalah warga Amerika. Mari buang kemarahan. Saatnya bersatu sebagai bangsa dan pulih.”
Oleh: Isa Anshori (Pemred Trigger.id)

Kita ingat, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 masih meninggalkan “luka lama”. Diakui atau tidak dukung-mendukung antar calon dan antar parpol yang berlebihan meluluhlantakkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan yang selama ini berusaha keras kita jaga.
Pertempuran di jagat media sosial menjadi perang terbuka yang tak ada habisnya hingga kini. Berkali-kali timbul perseteruan antar individu dan antar kelompok muncul tanpa ada penyelesaian secara tuntas.
Kita harus ingat, betapa besar kerugian yang kita alami bersama akibat sentimen politik berlebihan tersebut. Kerugian materiil dan non materiil tak terhitung jumlahnya.
Amerika Serikat saja yang katanya ‘bapak moyangnya’ demokrasi, sempat luluh lantak akibat pertarungan antara Joe Biden vs Donald Trump. Persaingan sengit antar keduanya dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 berdampak pada terpecahnya masyarakat di negara tersebut.
Dalam pidatonya di Delaware, Jumat (06/11/2020) lalu, Joe Biden menegaskan tujuan pemilu ini “bukanlah menciptakan permusuhan tanpa berhenti, tapi menyelesaikan masalah”. Ia kemudian mengajak seluruh masyarakat AS bersatu.
“Kita mungkin lawan, tapi kita bukan musuh, kita adalah warga Amerika. Mari buang kemarahan. Saatnya bersatu sebagai bangsa dan pulih,” tegasnya.
Di tengah pesta demokrasi tersebut, seorang demonstran duduk di sebelah sebuah papan besar bertuliskan: “Stop Membenci Satu Sama Lain Karena Anda tidak Sependapat”.
Demonstran itu bernama Don Folden. Menurutnya, AS kini terbelah dan mengalami disfungsi.
“Ada sejumlah keluarga yang tidak mau bicara satu sama lain. Saya ingin Biden menyatukan kami. Dan dia tidak lagi perlu pelatihan kerja. Kini Amerika menjadi bahan tertawaan dunia dan kami ingin seseorang membersihkannya,” papar Folden kepada wartawan BBC di AS, Laura Trevelyan saat itu.
Insiden penyerbuan Gedung Capitol di Washington DC oleh segerombolan pendukung Donald Trump mencoreng citra Amerika Serikat sebagai negara kampiun demokrasi di dunia, menurut pakar politik internasional.
Imbasnya, Amerika takkan lagi menjadi rujukan nilai-nilai demokrasi oleh negara lain.
Peristiwa tersebut harus dijadikan pelajaran bagi semua negara terutama Indonesia agar menghentikan narasi-narasi yang memecah belah.
Pembelahan politik di tengah masyarakat sebagai dari dampak Pilpres 2019 lalu, tampaknya tidak akan selesai dan akan berlanjut di Pemilu 2024. Hal ini tentu saja dapat mengganggu program pemerintah dalam pembangunan Indonesia ke depan.
Mengutip ANTARA, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta masyarakat untuk mewaspadai berbagai ancaman intoleransi menjelang Pemilu 2024 yang nantinya bisa mengarah pada politik identitas.
“Itu bisa menjadi salah satu kekhawatiran. Kalau intoleran nantinya, akhirnya yang ada adalah politik identitas tertentu yang bisa menyeret pola berpikir masyarakat,” kata Kepala BNPT Komisaris Jemderal Polisi Boy Rafli Amar.
Boy Rafli juga mengatakan, masyarakat yang terpengaruh dengan politik identitas nantinya bisa menjadi masyarakat yang penuh dengan konflik.
Ia tidak ingin ada konflik terjadi pada masyarakat, terlebih lagi terpengaruh dengan intoleran ataupun politik identitas.
“Kami tidak ingin suasana seperti itu sebab bisa didomplengi oleh orang yang punya niatan dalam melakukan aksi teror,” katanya.
Untuk itu, kata Boy Rafli, lembaganya terus memperkuat literasi digital dengan melakukan kerja sama ke berbagai manajemen platform dan provider sebagai upaya menjaga agar ruang publik di media sosial tidak ada narasi yang mengarah pada intoleransi dan radikalisme.
BNPT berupaya keras melakukan berbagai ikhtiar agar intoleransi tidak mengakar. Terlebih lagi, berkaitan dengan tahun politik yang bisa saja diwarnai dengan praktik-praktik intoleransi.
Menurut Rafli, peran ulama juga penting dalam membentengi umat dari berbagai macam pengaruh intoleransi dengan prinsip hubbul wathon minal iman, yakni cinta Tanah Air atau nasionalisme bagian dari iman, sebagai bekal untuk memperkokoh nilai-nilai kebangsaan.
Tinggalkan Balasan