
Surabaya (Trigger.id) – Ketika kita menginjak usia 40 tahun seringkali orang bilang usia puber kedua. Karena disaat usia tersebut, idealnya secara ekonomi kita telah mapan, keluarga terjaga dengan baik, anak-anak ada yang sukses dalam belajarnya dan seterusnya. Kadang-kadang, tanpa sadar sebagian dari kita mulai “berulah” dengan mencari tantangan-tantangan baru, atau coba-coba mencari pasangan hidup baru.
Namun berbeda ukurannya ketika kita melihat, membaca dan memahami tuntunan Al Quran. Allah SWT berfirman:
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ
“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS Fatir: 37).
Sejumlah ahli tafsir menafsirkan peringatan dalam ayat tersebut adalah uban. Dan ada pula yang menyebut bahwa apa yang dimaksud peringatan adalah Rasulullah SAW. Dan diketahui bahwa Allah SWT tidak pernah mengirim Nabi kecuali setelah 40 tahun.
وقال الإمام النووي: نقلوا أن أهل المدينة كانوا إذا بلغ أحدهم أربعين سنة تفرغ للعبادة
Atas itulah, Imam Nawawi berpendapat, “Dinukilkan dari para warga Madinah, jika salah satu dari mereka sudah mencapai usia 40 tahun, maka itulah saatnya untuk meningkatkan dirinya dalam beribadah kepada Allah SWT.”
Kemudian secara gamblang Allah SWT memberi panduan kepada manusia yang usianya menginjak 40 tahun di surat Al Ahqaf ayat 6. Allah SWT berfirman:
رَبِّ اَوۡزِعۡنِىۡۤ اَنۡ اَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ الَّتِىۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَاَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًا تَرۡضٰٮهُ وَاَصۡلِحۡ لِىۡ فِىۡ ذُرِّيَّتِىۡ ؕۚ اِنِّىۡ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاِنِّىۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡ
Robbi auzi’niii an asykura ni’matakal latiii an’amta ‘alayya wa ‘ala waalidayya wa an a’mala sholihan tardhohu wa ashlih lii fii dzurrtatii, inni tubtu ilaika wa innii minal Muslimiin.
Artinya: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim).” (QS Al-Ahqaf Ayat 15).
Menurut Ibnu Katsir, ayat di atas memberikan petunjuk bahwa manusia apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh.
Dari ayat tersebut di atas, Allah SWT mengajarkan dan menuntun umatNya dengan untaian doa, yang bisa ditafsirkan sebagai berikut:
Pertama, Robbi auzi’niii an asykura ni’matakal latiii an’amta ‘alayya, ketika manusia berusia 40 tahun, dia minta petunjuk kepada Allah tentang bagaimana cara terbaik untuk mensyukuri nikmat-nikmatNya.
Kedua, wa ‘ala waalidayya, ia juga tidak pernah lupa berterima kasih kepada kedua orang tuanya dan sekaligus selalu mendoakannya.
Ketiga, an a’mala sholihan tardhohu, ketika ia berusia 40 tahun, ia hanya mengerjakan amal-amal sholeh yang dirindoi Allah SWT.
Keempat, wa ashlih lii fii dzurrtatii, mendesain dan membentuk keluarga dan keturunannya dengan sukses. Jadi kesuksesan itu ukurannya bukan pada dirinya sendiri tetapi juga keluarganya.
Kelima, inni tubtu ilaika, ketika manusia sudah menginjak usia 40 tahun, maka ia sudah mulai mengurangi kesenangan duniawi, ia mulai banyak bersujud untuk memperbanyak ibadahnya.
Keenam, wa innii minal Muslimiin, ia menghadap Allah SWT dengan happy ending atau husnul khatimah. Wallahu A’lam Bishawab. (ian)
Tinggalkan Balasan