
Surabaya (Trigger.id) – Allah Ta’ala memuliakan Nabi Muhammad SAW melebihi nabi dan rasul lain. Ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam, apakah Dia ikut sujud? Tentu tidak.
Namun, ketika Allah memerintahkan para malaikat dan umat manusia untuk bershalawat, hal yang pertama disampaikan dalam ayat perintah itu adalah ‘Sesungguhnya Allah bershalawat kepada Nabi.
Perintah bershalawat di dalam Al-Qur’an: Allah subhanahu wa ta’ala menyeru hamba-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam seraya berfirman: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawat dan salamlah kalian untuk Nabi, dan ucapkanlah salam penghormatan untuknya.” (QS. Al-Ahzab/33: 56).
Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari al-Qurthubi Al-Maliki atau Imam Al-Qurthubi rahimahullah (wafat 29 April 1273 M, Mesir) dalam kitab Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menjelaskan, bahwa melalui ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan nabi-Nya, baik saat masih hidup maupun setelah wafat.
Shalawat dari Allah subhanahu wa ta’ala adalah rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dari para malaikat adalah doa dan istighfar. Shalawat dari umatnya adalah doa dan penghormatan atas kedudukannya. Shalawat wajib dibaca sekali seumur hidup, bahwkan wajib di setiap melakukan amalan wajib yang terdapat rukun shalawat di dalamnya.
Dalam Hadits Qudsi Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang artinya, “Demi Kemuliaan dan KeagunganKu, apabila mereka datang kepadaKu dari segala jalan dan masuk kepadaKu dari segala pintu, maka Aku tak akan menyambut mereka kecuali mereka berada di belakang mu wahai Muhammad”.
Diriwayatkan juga Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi.
Seperti tersebut dalam hadits, beliau bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amalamal kalian disampaikan kepadaku, jika saya tahu amal itu baik, aku memujii Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. Hadits riwayat al-Hafizh Ismail bin Ishaq al-Qadhi rahimahullah, dalam bab Shalawat ‘ala an-Nary. Ali bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Bakar bin Umar bin Shalih Nuruddin Abu al-Hasan al-Qahiry as-Syafi’i atau Imam Al-Haitsami rahimahullah (wafat 1404 M Mesir) menyebutkan dalam kitab Majma’ az-Zawaid wa Manba’ul Fawaid, ia menganggap shahih hadits di atas.
Hal ini jelas bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memintakan ampun umatnya di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa untuk umatnya pasti bermanfaat. Ada lagi hadits lain: Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa mennjawab salam itu. (HR. Imam Abu Dawud dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)
Syadad ibn Aush bin Tsabit Anshari al-Najjari al-Madani Radhiyallahu Anhu (wafat 678 M di Baitul Maqdis Palestina) meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabada, “Sesungguhnya shalawat kalian untukku akan sampai kepadaku. Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana shalawat kami untukmu bisa sampai kepadamu padahal kamu telah dikubur?” Beliau lalu menjawab, “Sesungguhnya Allah Swt telah mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi.” (HR. Imam An-Nasai, Imam Ibnu Majah, Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Al-Baihaqi rahimahumullah).
Shalawat yang merupakan penghubung antara seorang Muslim dengan nabinya, tentu memberi energi positif bagi sang pembacanya. Syaikh Dr. Ali Jum’ah berkata, “Salah satu upaya seorang hamba mencegah diri dari kemaksiatan adalah menjalin “hubungan” kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dengan senantiasa bershalawat.
Selain itu, shalawat juga merupakan bukti cinta seorang Muslim kepada Nabinya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang kalian, sehingga Aku lebih dicintainya daripada anak-anaknya, orangtuanya, bahkan seluruh manusia.” (HR. Imam Muslim). Maka, cinta yg dibuktikan dengan memperbanyak shalawat akan memberi energi yang dahsyat bagi seorang Muslim demi menjaga cintanya kepada Nabinya. (ian)
Tinggalkan Balasan