
“Untuk mengenali diri kita adalah ‘mematikan diri sebelum mati’. Artinya, matikanlah diri kita secara makna atau secara sifat”
Oleh: Dr. K.H. Arrazy Hasyim, Lc., S.Fil.I., MA.Hum (pendiri dan pengasuh Ribath Nouraniyah Hasyimiyah)

Banyak atau seringkali kita dengar kalimat “siapa diri kita”. Kalimat singkat ini menyiratkan kegalauan dari sebagian orang yang ingin mencari hakekat jadi dirinya.
Sebenarnya, ada tiga cara yang bisa kita lakukan untuk mencari atau atau mengenali diri kita.
Pertama, cari tahu dari mana kita berasal. Ada yang bilang kita manusia ini berasal dari tanah. Jawaban tersebut tidak salah dan dalil Quran menyatakan demikian.
Tetapi oleh Datuk Kalampayan atau Muhammad Arsyad al-Banjari seorang ulama besar yang ahli fiqh, beliau menjelaskan asal usul penciptaan manusia itu berasal dari Nur Muhammad. Nur itu cahaya yang didhohirkan Allah SWT menjadi empat hal (tanah, air, udara dan api). Sampai dengan jin dan iblispun tercipta dari Nur-nya Nabi Muhammad SAW.
Kedua, untuk mengenali diri kita adalah ‘mematikan diri sebelum mati’. Artinya, matikanlah diri kita secara makna atau secara sifat. Dalah gtubuh kita Allah tiupkan yang namanya ruh dan ruh itu membawa yang namanya sifat. Yang disebut mati maknawi adalah matikan sifat ma’nawi Allah. Ma’nawi adalah milik Allah dan tidak mungkin bisa kita matikan. Yang kita matikan adalah sifat ma’nawiyah nya. Contoh, kita punya mata dan telinga, sifat ma’nawi keduanya adalah untuk melihat dan mendengar. Nah sifat itulah yang kita matikan fungsinya. Dan itulah yang disebut mematikan diri sebelum mati.
Ketika kita ziarah ke makam Rasulullah SAW di Masjid Nabawi kita ucapkan salam kepada beliau, pertanyaannya apakah kita bisa mendengar Nabi menjawab salam kita. Jelas kita tidak bisa mendengarnya karena yang kita gunakan adalah pendengaran secara ma’nawi. Kenapa ziarah kubur terasa hambar, karena kita tidak mematikan pendengaran kita secara ma’nawi.
Ketiga, memahamkan diri bahwa semuanya termasuk diri kita akan musnah kecuali hanya Allah SWT. Ini sesuai firmanNya:
وَلَا تَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ ۘ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُۥ ۚ لَهُ ٱلْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Artinya: Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Al-qashash-ayat-88).
Oleh karena itu, hendaknya orang yang berakal beribadah kepada Allah saja, mengerjakan amal yang mendekatkan diri kepada-Nya, berhati-hati terhadap kemurkaan-Nya serta berhati-hati jangan sampai datang menemui Tuhannya dalam keadaan belum bertobat, dan belum mau berhenti dari dosa-dosa dan kesalahannya.
Tinggalkan Balasan