

Surabaya (Trigger.id) – Budaya membaca di Indonesia memang merupakan isu penting, dan meskipun ada peningkatan, tingkat membaca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain.
Meskipun telah ada peningkatan dalam akses ke buku dan materi bacaan, banyak daerah di Indonesia, terutama di pedesaan, yang masih kekurangan perpustakaan dan fasilitas membaca yang memadai.
Kurikulum pendidikan yang tidak selalu menekankan pada kebiasaan membaca dapat menyebabkan minat baca yang rendah. Seringkali, siswa lebih fokus pada ujian dan tugas daripada membaca untuk pemahaman yang lebih dalam.
Masyarakat semakin terpapar pada konten digital yang lebih singkat dan cepat, seperti video dan media sosial, yang dapat mengalihkan perhatian dari buku dan bacaan yang lebih mendalam.
Data Tingkat Membaca di Indonesia
Menurut survei yang dilakukan oleh World Culture Score Index 2021, Indonesia berada di urutan ke-60 dalam daftar negara dengan tingkat membaca tertinggi, di mana rata-rata waktu membaca per orang per minggu adalah sekitar 4 jam. Sebagai perbandingan, berikut adalah data dari beberapa negara lain:
Jerman: Rata-rata 6,12 jam per minggu.
India: Rata-rata 10,42 jam per minggu.
Thailand: Rata-rata 8,85 jam per minggu.
China: Rata-rata 7,65 jam per minggu.
Filipina: Rata-rata 6,25 jam per minggu.
Paparan video pendek dan pesan singkat di media sosial memang berpengaruh signifikan terhadap budaya baca di Indonesia. Beberapa dampaknya antara lain:
- Mengalihkan Perhatian: Konten yang cepat dan menarik, seperti video TikTok atau Instagram Stories, sering kali lebih mudah menarik perhatian dibandingkan bacaan panjang, sehingga membuat orang cenderung memilih konsumsi konten visual.
- Meningkatkan Kecenderungan untuk Membaca Singkat: Banyak pengguna lebih suka membaca informasi yang disajikan dalam format singkat dan langsung, seperti infografis atau kutipan, yang mungkin tidak memberikan kedalaman pemahaman.
- Keterbatasan Waktu: Dengan kesibukan sehari-hari, orang mungkin lebih memilih konten yang bisa dikonsumsi dengan cepat, mengabaikan bacaan yang lebih substansial seperti buku atau artikel panjang.
- Keterhubungan dan Diskusi: Di sisi positif, media sosial juga dapat menjadi platform untuk berbagi rekomendasi buku dan membahas topik yang memicu minat baca, jika digunakan secara bijak.
Gol A Gong, sebagai Duta Baca Indonesia, sering berbicara tentang pentingnya literasi dan budaya baca di era digital. Berikut adalah beberapa poin yang mungkin menjadi pendapatnya terkait paparan video pendek dan pesan singkat di media sosial serta dampaknya pada budaya baca di Indonesia:
- Kesadaran akan Pentingnya Membaca: Gol A Gong menekankan bahwa meskipun media sosial menawarkan konten yang cepat dan menarik, penting untuk menjaga kesadaran akan nilai membaca buku dan literasi. Ia dapat mengajak masyarakat untuk tidak melupakan kebiasaan membaca yang mendalam.
- Pemanfaatan Media Sosial: Gol A Gong mendorong penggunaan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan membaca. Misalnya, dengan membuat konten yang menarik yang mengajak orang untuk membaca buku atau mengadakan tantangan membaca di platform media sosial.
- Kreativitas dalam Penyampaian: Gol A Gong mengajak penulis dan pembaca untuk beradaptasi dengan tren digital, seperti membuat video ringkasan buku atau konten visual yang dapat memicu minat baca di kalangan anak muda.
- Membangun Komunitas Pembaca: Ia menyoroti pentingnya membangun komunitas pembaca di media sosial, di mana orang dapat berdiskusi tentang buku, berbagi rekomendasi, dan saling menginspirasi untuk membaca lebih banyak.
- Keseimbangan antara Konsumsi Konten: Gol A Gong bisa saja menekankan pentingnya keseimbangan antara konsumsi konten singkat di media sosial dan membaca buku. Ia mungkin berpendapat bahwa keduanya bisa saling melengkapi jika digunakan dengan bijak.
Melalui pandangannya, Gol A Gong berusaha untuk menunjukkan bahwa media sosial bisa menjadi alat yang positif untuk meningkatkan budaya baca, asalkan masyarakat menyadari pentingnya membaca dan menggunakan teknologi secara bijak.
—000—
*Pemred Trigger.id dan Kolumnis Iqra Semesta, Tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan