Pasuruan (Trigger.id) – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak mengimbau dan menginstruksikan pembatasan mobilisasi hewan ternak apabila tidak mau divaksin. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
“Kita mendengar informasi ada peternak sapi perah menolak vaksin untuk hewan ternaknya. Setelah kami cek ternyata ada di Kecamatan Lekok, Pasuruan. Kalau tidak mau divaksin maka mobilitas hewan ternak akan dibatasi. Sebab kita ingin memastikan secara keseluruhan, kondisi penyebaran bisa kita kurangi,” ungkap Emil dikonfirmasi, Rabu (6/7/2022).
Baca juga : Ini Strategi dan Kebijakan Pemerintah Tangani PMK Ternak di Tanah Air
Menurut Plt Gubernur Emil, ketakutan peternak yang belum mau melakukan vaksin kepada hewan ternaknya tidak dapat dijadikan alasan kuat. Sebab, hal itu sangat membahayakan peternak-peternak sapi lainnya. Maka, kata Emil, konsekuensinya, kalau tidak divaksin, maka membatasi ruang gerak menjadi salah satu konsekuensi yang sangat logis. “Saya ingin memakai bahasa konsekuensi. Konsekuensi dari tidak mau divaksin adalah membatasi mobilitas karena ke depan akan menjadi resiko. Memang sapi perah jarang bergerak, tapi anaknya biasanya bergerak,” tuturnya.
Meski demikian, Emil mengaku akan mematangkan kembali konsekuensi bagi peternak yang menolak hewan ternaknya divaksin. Selanjutnya, akan dilakukan metode komunikasi. Mungkin ada informasi yang belum mereka dapat akan diberi kesempatan. “Makanya kami sudah meminta disegerakan kebijakan apa yang harus dilakukan apabila peternak tidak ingin hewannya divaksin. Sebab, vaksin yang diberikan bukan sembarang vaksin karena sudah mendapat persetujuan dari para pakar dan kementerian,” jelasnya.
Baca juga : Khofifah: Di Tengah Wabah PMK, Ketersediaan Hewan Kurban di Jatim Aman
Beberapa hari terakhir, angka penyebaran atau penularan menunjukkan trend positif yang mana sebelumnya angka mencapai 6 ribu per hari, kini berada di kisaran 2 ribu. Artinya, ada perlambatan penyebaran yang dapat dikaitkan dengan peningkatan upaya prevenif untuk mobilitas dari hewan ternak hidup maupun potensi petugas ternak yang mengunjungi kandang per kandang. “Ini yang biasa disebut by security baik itu pemakaian pakaian pelindung maupun disinfektan,” ujarnya.
Bahkan, sebelum idul adha, target vaksinasi bagi sapi perah di Jatim sudah dituntaskan. Untuk mencapai target tersebut, Emil optimis karena sejauh ini sudah tervaksin sebanyak 180 sapi atau sekitar 51 persen dari target 364 ribu vaksin. Artinya sudah ada 180 ribu lebih sapi yang divaksin. Untuk mengejar sisanya, Jatim memiliki total 950 dokter hewan dan 1.500 paramedic hewan. “Semuanya memiliki ketrampilan untuk melakukan vaksinasi pada hewan,” ucap Emil.
“Jadi, targetnya per hari per vaksinator rata-rata berada di kisaran 50-75 karena sapi perah memiliki tendensi lokasinya berkumpul. Jadi lebih bisa maksimalkan kita melakukan cakupan vaksinasi,”tambahnya.
Dari hasil mapping tersebut, Emil sangat berharap peternak mendukung dan berpartisipasi tercapainya herd imunity, namun jika sebaliknya, akan sangat berisiko dan membahayakan lainnya. “Biasanya orang berbondong-bondong ingin divaksin supaya bisa terlindungi. Kalau tidak mau apakah hak peternak atau tidak. Hasil diskusi dengan Dinas Peternakan ini manakala ada kebijakan universal atau membangun herd imunity dari sapi perah dan tidak dilakukan akan sangat membahayakan bagi yang lain,”katanya.
Terkait faktor peternak takut sehingga hewan ternaknya tidak divaksin. Alasan takut ketika divaksin berujung sakit bahkan sampai meninggal. Maka, lanjut Emil, Pemprov Jatim bergerak bersama Pemerintah Kabupaten dan Kota, melakukan pendekatan persuasive. “Akan tetapi juga tidak bisa terlalu lama, apalagi kalau anak sapi mobilitasnya tidak dibatasi,”pungkas Emil yang juga mantan Bupati Trenggalek ini (ian)
Tinggalkan Balasan