
Texas (Trigger.id) – Texas tengah menjadi pusat perhatian dalam panggung politik Amerika Serikat setelah puluhan anggota parlemen dari Partai Demokrat secara diam-diam meninggalkan negara bagian tersebut dalam upaya dramatis untuk menggagalkan pemungutan suara yang berpotensi mengubah peta kekuasaan di Kongres AS.
Langkah ini diambil untuk menghentikan upaya Partai Republik mengesahkan rancangan ulang batas wilayah pemilihan (redistricting) yang dapat menambah lima kursi untuk Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS. Gubernur Texas dari Partai Republik, Greg Abbott, merespons dengan tegas: ia memerintahkan agar para legislator Demokrat itu ditangkap dan dikenai denda $500 per hari, bahkan mengancam untuk mengeluarkan mereka dari jabatan.
Langkah tersebut sangat penting karena dalam aturan legislatif Texas, dua pertiga dari total 150 anggota parlemen harus hadir agar pemungutan suara bisa dilaksanakan. Ketidakhadiran Demokrat menggagalkan kuorum dan menghambat proses redistricting.
Mengapa Trump Terlibat?
Presiden Donald Trump sangat berkepentingan terhadap redistricting ini. Dengan komposisi DPR saat ini yang sangat tipis—219 kursi untuk Republik dan 212 untuk Demokrat—perubahan kecil pada batas wilayah bisa menentukan siapa yang menguasai DPR setelah pemilu sela tahun depan.
Kepemimpinan DPR tidak hanya menentukan arah kebijakan, tetapi juga memiliki wewenang besar, termasuk menyelidiki tindakan presiden dan bahkan memicu pemakzulan, seperti yang terjadi pada Trump tahun 2019 dan sempat direncanakan terhadap Presiden Joe Biden.
Trump dilaporkan mendorong legislator Texas agar menyusun ulang peta distrik untuk meningkatkan peluang Partai Republik menambah kursi di DPR. Ini bagian dari upaya lebih luas untuk mengamankan kembali kendali politik di Kongres.
Bagaimana Proses Redistricting Bekerja?
Peta distrik biasanya disusun ulang setiap 10 tahun berdasarkan sensus nasional. Di beberapa negara bagian, proses ini dilakukan oleh komisi independen, namun di banyak negara bagian lainnya, legislatur negara bagian yang mengendalikannya, memungkinkan partai penguasa menggambar peta yang menguntungkan mereka—a praktik yang dikenal sebagai gerrymandering.
Contohnya, di North Carolina, Partai Republik menguasai 10 dari 14 kursi DPR meskipun margin kemenangan Trump di negara bagian itu tipis. Sementara di Illinois, Partai Demokrat memegang 14 dari 17 kursi dengan kemenangan Kamala Harris sekitar 54% dalam Pilpres 2020.
Jika rencana Trump di Texas berhasil dan Partai Republik mendapatkan tambahan lima kursi, mereka bisa menguasai 30 dari total 38 kursi DPR dari negara bagian tersebut. Pada Pilpres 2020, Trump menang di Texas dengan 56% suara.
Efek Domino ke Negara Bagian Lain
Ketegangan politik di Texas juga memicu reaksi dari negara bagian yang dikuasai Demokrat. Gubernur California Gavin Newsom, Gubernur New York Kathy Hochul, dan Gubernur Illinois JB Pritzker telah menyerukan agar negara bagian mereka juga mengevaluasi peta distrik untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan Demokrat.
“Segalanya ada di meja perundingan,” kata Pritzker dalam unggahan media sosial. “Kita tidak akan diam dan mengeluh ketika kita punya kekuatan untuk melawan.”
Namun, sejumlah negara bagian seperti California dan New York telah memiliki undang-undang yang menyerahkan proses redistricting pada komisi bipartisan demi mencegah manipulasi politik. Kini, beberapa tokoh Demokrat menyesalkan pendekatan ini karena dinilai memberi keuntungan sepihak pada Partai Republik.
“Saya lelah berjuang dengan tangan terikat,” ujar Hochul. “Politik adalah proses politik. Kita harus menyesuaikan diri.”
Potensi Dampak Nasional
Langkah Texas bukan tanpa preseden. Pada tahun 2003, Partai Republik di Texas juga menggambar ulang peta distrik demi keuntungan politik, dan Partai Demokrat pun saat itu sempat meninggalkan negara bagian untuk menggagalkan pemungutan suara.
Meski demikian, strategi ini menyimpan risiko. Peta yang tampaknya aman bisa berubah akibat gelombang pemilih yang tak terduga. Namun di tengah pertarungan politik yang makin ketat, setiap kursi sangat menentukan.
Jika tren pemilu tetap ketat seperti sebelumnya, keputusan soal redistricting yang terjadi dalam beberapa bulan ke depan di berbagai negara bagian bisa berdampak besar bagi komposisi Kongres di Washington DC—dan pada akhirnya, terhadap masa depan politik Donald Trump dan arah pemerintahan AS ke depan. (bin)
Tinggalkan Balasan