• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Perundungan Berujung Kematian, Mengapa Mentradisi di Lembaga Pendidikan Tinggi

16 Agustus 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi mahasiswa. Foto: AI
Oleh: Isa Anshori*

Perundungan yang berujung pada kematian di lembaga pendidikan tinggi adalah fenomena tragis yang mengungkap adanya masalah mendasar dalam budaya dan struktur institusi tersebut. Banyak kasus yang sempat terekspose di media, satu diantaranya kasus kematian seorang peserta PPDS Fakultas Kedokteran Undip Semarang yang diduga bunuh diri akibat bulliying atau perundungan.

Menarik mencermari investigasi yang dilakukan wartawan bbc.com, yang mengungkap macam ragam kasus perundungan di lembaga pendidikan tinggi, khususnya di fakultas kedokteran. Kesaksian korban dugaan bullying di pendidikan dokter spesialis: Mulai ‘jam kerja panjang, sediakan tiket pesawat, hingga menjadi babu para senior.

Kepada wartawan bbc.com, Pada masa awal memulai pendidikan, David (bukan nama sebenarnya) dan teman-teman seangkatannya harus patungan mengumpulkan uang belasan juta untuk “mentraktir seluruh senior”.

“Kami harus patungan Rp1 juta per orang. Itu ibaratnya jadi ‘selamat datangnya’ kami,” kata David, sambil mengeluhkan bahwa selama menempuh pendidikan spesialis, mereka tidak digaji.

Tak berhenti di situ, David dan teman-teman seangkatannya juga harus mengeluarkan uang untuk membelikan kebutuhan-kebutuhan pribadi para seniornya. Mulai dari membelikan makanan, tiket pesawat, hingga yang menurutnya paling aneh adalah membelikan timbangan kopi.

Ada beberapa alasan mengapa bulliying atau perundungan dapat menjadi semacam “tradisi” atau terus berlanjut di lingkungan pendidikan tinggi:

1. Budaya Senioritas dan Hierarki yang Kuat

  • Di banyak lembaga pendidikan tinggi, terutama dalam program-program yang sangat kompetitif seperti PPDS, terdapat budaya senioritas yang sangat kuat. Senior sering kali merasa memiliki otoritas yang lebih besar dan cenderung memaksakan kekuasaan mereka kepada junior. Hierarki ini bisa menciptakan lingkungan di mana perundungan dianggap sebagai bagian dari “proses” untuk membentuk karakter atau menguji ketahanan mental. Ini bisa menyebabkan normalisasi kekerasan dan intimidasi.

2. Tekanan Akademik yang Ekstrem

  • Tekanan akademik yang besar, termasuk ekspektasi untuk mencapai prestasi tinggi dan bersaing dengan rekan-rekan sejawat, dapat memicu perilaku perundungan. Dalam beberapa kasus, perundungan dianggap sebagai cara untuk “mengurangi persaingan” atau menjaga dominasi. Tekanan ini sering kali diperparah oleh kurangnya dukungan mental dan emosional, membuat perundungan tampak sebagai cara yang dapat diterima untuk mengatasi stres.

3. Kurangnya Pengawasan dan Tindakan dari Pihak Institusi

  • Lembaga pendidikan tinggi mungkin tidak memiliki sistem pengawasan yang efektif atau kebijakan yang tegas dalam menangani kasus perundungan. Ketika perundungan tidak ditangani dengan serius, pelaku merasa bahwa tindakan mereka tidak akan mendapat konsekuensi, sehingga mereka terus melakukan perundungan. Kurangnya intervensi dari pihak institusi juga dapat memperkuat persepsi bahwa perundungan adalah sesuatu yang “biasa” dan “dapat diterima.”

4. Normalisasi dan Legitimasi Perundungan

  • Dalam beberapa budaya akademik, perundungan telah menjadi begitu terintegrasi sehingga dianggap sebagai bagian dari tradisi. Alumni yang pernah menjadi korban perundungan mungkin kemudian menjadi pelaku ketika mereka berada di posisi senior, menciptakan siklus kekerasan yang berulang. Ini sering kali didorong oleh keyakinan bahwa perundungan adalah cara untuk menguji ketangguhan atau mempercepat proses “adaptasi” di lingkungan yang penuh tekanan.

5. Ketakutan dan Diamnya Korban

  • Banyak korban perundungan di pendidikan tinggi memilih untuk diam karena takut akan pembalasan atau stigma. Mereka mungkin merasa bahwa melaporkan perundungan tidak akan menghasilkan perubahan atau, lebih buruk lagi, akan merusak karir akademis mereka. Ketakutan ini membuat korban cenderung menahan diri, yang pada gilirannya memungkinkan perundungan terus berlanjut tanpa terdeteksi atau dihentikan.

6. Kurangnya Pendidikan tentang Etika dan Kesehatan Mental

  • Dalam beberapa lembaga, pendidikan tentang pentingnya etika, empati, dan kesehatan mental belum menjadi prioritas. Ketika nilai-nilai ini tidak ditanamkan dengan kuat, perundungan dapat berkembang sebagai akibat dari kurangnya kesadaran tentang dampak negatifnya terhadap individu dan komunitas.

7. Pengaruh Lingkungan dan Tradisi Sosial

  • Beberapa tradisi sosial atau budaya di dalam dan di luar kampus juga bisa mendukung perilaku perundungan. Misalnya, dalam beberapa komunitas, tindakan kekerasan atau intimidasi mungkin dilihat sebagai tanda kekuatan atau dominasi, dan ini tercermin dalam perilaku di lembaga pendidikan tinggi.

Solusi dan Rekomendasi

  • Reformasi Budaya Institusi: Lembaga pendidikan harus mengupayakan reformasi budaya yang mendorong rasa hormat dan inklusi, dan menolak segala bentuk kekerasan atau intimidasi.
  • Penguatan Kebijakan dan Pengawasan: Perundungan harus dihadapi dengan kebijakan yang tegas dan pengawasan yang konsisten, termasuk pelatihan untuk staf dan mahasiswa mengenai dampak negatif perundungan.
  • Dukungan Psikologis: Lembaga harus menyediakan akses mudah ke layanan kesehatan mental dan dukungan psikologis untuk semua mahasiswa, terutama mereka yang mungkin menjadi korban perundungan.
  • Pendidikan tentang Empati dan Etika: Mengintegrasikan pendidikan tentang empati, etika, dan kesehatan mental ke dalam kurikulum dapat membantu mencegah perundungan dan membangun lingkungan yang lebih suportif.

Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, perundungan yang berujung pada kematian dapat dicegah, dan lingkungan pendidikan tinggi dapat menjadi tempat yang lebih aman dan mendukung bagi semua mahasiswa. (zam)

*Pemimpin redaksi Trigger.id

Share This :

Ditempatkan di bawah: nusantara, Tips, update, wawasan Ditag dengan:Bulliying, Kasus Perundungan, perguruan tinggi, PPDS

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Indonesia Harus Siapkan Regulasi AI Demi Wujudkan Kedaulatan Digital

30 Juni 2025 By admin

Maratua Jazz & Dive Fiesta 2025 Dimulai, Kolaborasi Irama dan Alam Tarik Ribuan Wisatawan

30 Juni 2025 By admin

Dua Gol Harry Kane Antar Bayern Muenchen Lolos ke Perempat Final Piala Dunia Antarklub 2025

30 Juni 2025 By admin

Jeff Bezos dan Lauren Sanchez Akhiri Pesta Pernikahan Megah Selama Tiga Hari di Venesia

30 Juni 2025 By admin

Membuka Pintu Keberkahan Rezeki, Belajar Dari Kisah Abdurrahman bin Auf RA

30 Juni 2025 By admin

Yoan Bonny Segera Bergabung dengan Inter Milan dari Parma

30 Juni 2025 By admin

Marc Marquez Juarai MotoGP Belanda 2025, Samai Rekor Giacomo Agostini

30 Juni 2025 By admin

Waspada Empat Hal yang Meracuni Hati

29 Juni 2025 By admin

Katy Perry Absen dari Pernikahan Jeff Bezos dan Lauren Sánchez

29 Juni 2025 By admin

Riuhnya Festival Kuda Tradisional Cibogo, Warisan Budaya Rakyat Sumedang

29 Juni 2025 By admin

Berjalan Lebih dari 100 Menit Sehari Bisa Kurangi Risiko Sakit Punggung Bawah Kronis

29 Juni 2025 By admin

Israel Keluarkan Perintah Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Tengah

29 Juni 2025 By admin

Tragedi Rinjani, Kemenparekraf Tegaskan Pentingnya Kepatuhan SOP Pendakian

29 Juni 2025 By admin

Makan Mangga Setiap Hari, Apa Dampaknya terhadap Kadar Gula Darah Anda?

29 Juni 2025 By admin

Wali Kota Surabaya Ajak Pelajar Teladani Bung Karno Lewat Tur Literasi

29 Juni 2025 By admin

Trump Sebut Gencatan Senjata di Gaza Mungkin Terjadi dalam Sepekan

29 Juni 2025 By admin

Remaja Suriah Didakwa Terkait Rencana Teror di Konser Taylor Swift di Wina

28 Juni 2025 By admin

BPH Kaji Masa Tinggal Jamaah Haji Jadi 30 Hari pada Musim Haji 1447 H

28 Juni 2025 By admin

Trump Kecam Khamenei, Ancam Akan Bombardir Iran Jika Lanjutkan Program Nuklir

28 Juni 2025 By admin

Ini Jadwal Lengkap 16 Besar Piala Dunia Antarklub 2025

28 Juni 2025 By admin

Jatim Siapkan 19 Lokasi Sekolah Rakyat, Salah Satunya di Jombang

28 Juni 2025 By admin

PBB: Israel Lakukan Genosida Lewat Kekerasan Reproduksi

28 Juni 2025 By admin

Kemendikti Saintek Bentuk Satgas Akselerasi Tambah Dokter

28 Juni 2025 By admin

Keutamaan dan Bacaan Niat Puasa Muharram, Tasu’a, dan Asyura

27 Juni 2025 By admin

Khamenei Bantah Klaim Trump: Kerusakan Fasilitas Nuklir Iran Dibesar-besarkan

27 Juni 2025 By isa

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Juli 2025
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
« Jun    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Robot K9 Tunjukkan Aksi Deteksi di HUT Ke-79 Bhayangkara
  • Prabowo: Polri Miliki Peran Vital Kawal Agenda Pembangunan Bangsa
  • Anafilaksis, Derajat Alergi Terberat Pemicu Kematian Tragis
  • Minum Kopi Dapat Menurunkan Risiko Kematian, Asalkan….
  • KPK Jadwal Ulang Pemeriksaan Gubernur Jatim Khofifah Terkait Kasus Dana Hibah

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.