• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Program Makan Bergizi Gratis: Niat Mulia yang Tersandung Tata Kelola

25 September 2025 by admin Tinggalkan Komentar

Salahsatu siswa korban kasus keracunan MBG di Kupang NTT. Foto: BBC
Oleh: Wachid Mukaidori*

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto adalah salah satu kebijakan populis sekaligus strategis. Tujuannya jelas: memastikan kebutuhan gizi pelajar terpenuhi, menurunkan angka stunting, serta menggerakkan ekonomi masyarakat melalui rantai pasok pangan lokal. Secara konsep, program ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat karena menyentuh dua isu besar sekaligus: gizi anak bangsa dan kesejahteraan ekonomi.

Namun, perjalanan implementasi program ini jauh dari mulus. Beberapa kasus keracunan massal yang menimpa siswa penerima MBG mencoreng wajah kebijakan ini. Alih-alih menenangkan, insiden tersebut memicu kekhawatiran publik dan trauma di kalangan pelajar. Orang tua mulai cemas, sebagian siswa enggan menyantap makanan dari program ini, bahkan muncul desakan dari sejumlah pihak agar program MBG dihentikan dan anggarannya dialihkan dalam bentuk bantuan tunai langsung (BLT).

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah MBG lebih baik dihentikan, direvisi, atau tetap dilanjutkan dengan tata kelola baru?


Antara Data dan Kekhawatiran Publik

Sejak digulirkan, kasus keracunan memang muncul di sejumlah daerah. Data resmi pemerintah menyebut jumlah kasus relatif kecil dan terkendali. Namun, catatan lembaga swadaya masyarakat dan pemantauan independen menunjukkan angka yang jauh lebih besar, bahkan hingga ribuan pelajar di berbagai wilayah. Perbedaan data ini memperlebar jurang ketidakpercayaan publik.

Selain itu, rancangan anggaran program juga mengundang kritik. Biaya per porsi yang disebut berada di kisaran Rp15.000–Rp20.000 dinilai tidak sebanding dengan kebutuhan penyediaan makanan bergizi yang aman, mulai dari bahan segar, dapur higienis, hingga rantai dingin untuk produk hewani. Tekanan biaya inilah yang dikhawatirkan mendorong terjadinya praktik penghematan di titik-titik kritis, yang akhirnya merembet ke aspek keselamatan pangan.

Kita tidak bisa menutup mata: pelajar adalah kelompok rentan. Sedikit saja kelalaian dalam pengolahan makanan dapat menimbulkan dampak kesehatan serius. Jika kepercayaan publik terhadap program MBG runtuh, maka tujuan mulianya tidak akan pernah tercapai.


Dua Arah Wacana Publik

Dari kegaduhan ini, lahirlah dua arus besar gagasan.

Pertama, kelompok yang mendesak agar program dihentikan. Alasannya sederhana: risiko keracunan terlalu tinggi, sementara transfer tunai atau BLT bisa lebih cepat dan fleksibel membantu keluarga menyediakan makanan bergizi sesuai pilihan masing-masing.

Kedua, kelompok yang menginginkan program tetap berjalan, tetapi dengan perbaikan tata kelola. Mereka berargumen, BLT tidak menjamin konsumsi gizi anak karena uang tunai bisa saja dipakai untuk kebutuhan lain. Dengan mekanisme penyediaan makanan terstandar di sekolah, kualitas gizi dan pola makan anak dapat lebih terkontrol.

Kedua pandangan ini sama-sama valid. Namun, jika hanya memilih salah satunya tanpa solusi tengah, maka kita berisiko kehilangan tujuan besar yang ingin dicapai: perbaikan gizi dan penguatan ekonomi lokal.


Mengapa Masalah Ini Terjadi?

Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa insiden keracunan terjadi.

  1. Skala program yang sangat besar membuat pemerintah harus melibatkan ribuan penyedia lokal dalam waktu singkat. Tidak semua penyedia memiliki standar dapur, peralatan, dan pengetahuan sanitasi yang memadai.
  2. Rantai pasok dan pengawasan lemah. Banyak bahan makanan tidak ditangani dengan sistem rantai dingin, terutama daging, telur, dan susu.
  3. Insentif anggaran yang terbatas. Biaya per porsi yang kecil membuat penyedia menekan ongkos produksi, sehingga kualitas bahan dan proses sering dikorbankan.
  4. Minimnya akuntabilitas. Belum ada sistem pelaporan cepat, audit independen, atau jejak digital yang jelas dari mana makanan berasal, siapa yang mengolah, dan bagaimana distribusinya.

Kombinasi faktor-faktor tersebut adalah “resep” sempurna bagi munculnya insiden keracunan.


Alternatif Solusi: Hybrid dan Bertahap

Menghentikan program sepenuhnya adalah langkah tergesa-gesa, tetapi melanjutkan tanpa perubahan justru berbahaya. Yang diperlukan adalah solusi tengah, berupa pendekatan hybrid dan bertahap.

1. Moratorium Selektif dan Audit Independen

Alih-alih menghentikan program nasional, pemerintah bisa melakukan moratorium terbatas di daerah yang bermasalah. Sementara itu, audit independen harus dilakukan untuk melacak penyebab keracunan: apakah dari bahan, dapur, atau distribusi. Hasilnya wajib diumumkan ke publik. Transparansi adalah kunci untuk memulihkan kepercayaan.

2. Skema Sementara: BLT atau Voucher Gizi

Di daerah yang infrastrukturnya belum siap, BLT bersyarat atau voucher gizi bisa menjadi solusi sementara. Uang tunai diarahkan khusus untuk membeli bahan makanan bergizi, sehingga tetap ada kendali penggunaan. Skema ini juga bisa mengurangi risiko keracunan massal.

3. Standarisasi Dapur dan Sertifikasi Penyedia

Setiap penyedia harus memenuhi syarat minimal: izin produksi pangan, pelatihan sanitasi, hingga sertifikasi dasar keamanan pangan. Pemerintah pusat perlu menyiapkan anggaran tambahan untuk mendanai proses sertifikasi ini. Jika tidak, kita hanya akan mengulang masalah yang sama.

4. Perbaikan Rantai Pasok

Cold chain harus diwajibkan untuk bahan hewani. Jika di daerah tertentu infrastruktur belum ada, maka menu harus disesuaikan: misalnya memperbanyak sumber protein nabati hingga infrastruktur memadai.

5. Pelibatan Sekolah dan Edukasi Gizi

Guru dan pihak sekolah perlu dilatih mendeteksi dini gejala keracunan serta mendidik siswa tentang pola makan sehat. Dengan begitu, program tidak hanya memberi makanan gratis, tetapi juga menumbuhkan budaya makan sehat sejak dini.

6. Mekanisme Pengaduan Cepat

Harus ada hotline nasional dan sistem pelaporan digital. Orang tua maupun sekolah bisa langsung melaporkan keluhan, dan pemerintah wajib merespons dalam waktu 24 jam. Selain itu, dana kompensasi darurat perlu disiapkan bagi korban keracunan.

7. Pilot Project Sebelum Perluasan

Program perbaikan sebaiknya diuji coba di beberapa kabupaten selama enam bulan. Jika indikator keberhasilan tercapai — misalnya insiden keracunan nol, kepatuhan sertifikasi tinggi, dan kepuasan masyarakat positif — barulah program diperluas lagi.


Realitas Anggaran: Mutu Harus Jadi Prioritas

Satu catatan penting adalah soal anggaran. Jika biaya per porsi tetap ditekan di kisaran Rp15.000–Rp20.000, sulit membayangkan standar mutu dan pengawasan bisa terpenuhi. Pemerintah harus berani menambah alokasi atau mempersempit cakupan sementara, agar kualitas tidak dikorbankan. Lebih baik menjangkau sebagian pelajar dengan kualitas baik, daripada menjangkau semuanya dengan kualitas seadanya.


Penutup

Program MBG adalah kebijakan strategis dengan niat mulia: memastikan generasi muda Indonesia sehat dan cerdas. Namun, niat baik saja tidak cukup. Insiden keracunan telah menjadi alarm keras bahwa tata kelola dan standar keamanan pangan adalah hal mutlak yang tidak bisa ditawar.

Kita tidak boleh melihat persoalan ini sekadar hitam-putih: dihentikan atau dilanjutkan. Jalan tengah yang rasional adalah memperbaiki program melalui moratorium selektif, skema hybrid BLT-voucher, sertifikasi penyedia, dan sistem pengawasan yang transparan.

Jika langkah-langkah ini dijalankan, MBG masih bisa menjadi kebijakan transformatif yang bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga menyehatkan dan menenangkan hati orang tua. Keselamatan anak bangsa harus tetap menjadi prioritas utama. Sebab pada akhirnya, kualitas gizi dan kesehatan generasi muda adalah investasi paling berharga bagi masa depan Indonesia.

—000—

*Jurnalis senior, tinggal di Surabaya

Share This :

Ditempatkan di bawah: nusantara, update, wawasan Ditag dengan:Keracunan MBG, Makan Bergizi Gratis, MBG, Niat Mulia, Program Makan Bergizi Gratis, Tata Kelola, Tersandung, Wachid Mukaidori

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Program Makan Bergizi Gratis: Niat Mulia yang Tersandung Tata Kelola

25 September 2025 By admin

Palestina Rayakan Pengakuan Negara oleh Sejumlah Kekuatan Barat

24 September 2025 By admin

Mentan: Hilirisasi Perkebunan Ciptakan 1,6 Juta Lapangan Kerja Baru

24 September 2025 By admin

Hari Tani: Menjaga Keberlanjutan Pertanian, Menjaga Masa Depan Kehidupan

24 September 2025 By admin

Prabowo: Dunia Harus Tolak Doktrin “Yang Kuat Berbuat Semaunya”

24 September 2025 By admin

Kontingen Surabaya Sabet Juara Umum Jumbara PMR Jawa Timur 2025

23 September 2025 By admin

Prabowo Beri ‘Standing Ovation’ Saat Prancis Akui Palestina di PBB

23 September 2025 By admin

Pikun, Tidak Harus Karena Lansia

23 September 2025 By admin

Prabowo Kecam Genosida Gaza, Tegaskan Dukungan Solusi Dua Negara

23 September 2025 By admin

Studi Ungkap Risiko Kanker Usus Besar pada Pelari Maraton, Tapi Pakar Minta Jangan Panik

23 September 2025 By admin

Fakultas Psikologi Unesa Angkat Isu Kecanduan Gadget dalam Sharing Session

20 September 2025 By admin

Studi Terbaru: Pemanis Buatan Bisa Mempercepat Penuaan Otak

20 September 2025 By admin

Amorim Tegaskan Masih Didukung Penuh Pemilik MU, Bantah Isu Pemecatan

20 September 2025 By admin

Jose Mourinho Kembali ke Benfica, Awali Babak Baru dalam Karier Panjangnya

20 September 2025 By isa

Pemenang Grammy Brett James Meninggal dalam Kecelakaan Pesawat di Carolina Utara

20 September 2025 By admin

Kondisi Gaza Memburuk: Israel Kepung Gaza City dari Dua Arah, Warga Panik Mengungsi

19 September 2025 By admin

Klasemen Liga Champions: Frankfurt Puncaki Grup, PSG Ikuti di Posisi Kedua

19 September 2025 By admin

KPK Sebut 13 Asosiasi dan 400 Biro Perjalanan Diduga Terlibat Kasus Kuota Haji

19 September 2025 By admin

Wali Kota Surabaya Berharap Erick Thohir Bawa Perubahan Besar Olahraga Nasional

18 September 2025 By admin

Brace Marcus Thuram Angkat Inter Milan, Liga Champions Dibuka dengan Kejutan

18 September 2025 By admin

Kontroversi Pembatalan Konser Munich Philharmonic karena Konduktor Israel

18 September 2025 By admin

EU Usulkan Sanksi dan Hambatan Perdagangan terhadap Israel

18 September 2025 By admin

Pakar Kebijakan Publik Respons Peringatan Muhadjir soal Kementerian Haji

17 September 2025 By admin

Agar Doa Lebih Mudah Terkabul Perhatikan 10 Adab Berdoa Ini

17 September 2025 By admin

Robot Zamenix, Era Baru Operasi Batu Ginjal

17 September 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

September 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  
« Agu    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Barcelona Kehilangan Raphinha dan Kiper Joan García Akibat Cedera
  • Kementerian BUMN Berubah Jadi Badan Pengaturan BUMN
  • Sepertiga Anak di Gaza Sehari Penuh Tanpa Makanan, UNRWA Desak Gencatan Senjata
  • Narkoba Terdeteksi dalam Vape, Guru Besar UGM Desak Pemerintah Perketat Pengawasan
  • UEFA Akan Voting Larangan Israel dari Kompetisi Eropa, Meski AS Lakukan Tekanan

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.