Pertama-tama kita harus bersyukur kehadirat Allah Swt, karena kita sekali lagi masih diberikan kesempatan untuk bisa hidup di bulan yang penuh berkah di bukan yang luar biasa istimewa ini.
Bulan Ramadhan juga disebut sebagai Sahrul Muthohhir (bulan pembersih). Pembersih dari dosa-dosa dan kemaksiatan Maka berbahagialah bagi orang yang bisa melaksanakan ibadah dengan baik. Ibadah yang baik itu adalah ibadah yang sesuai tuntunan yang diajarkan Rasulullah Saw.
Karena itu, jangan salah niat dalam beribadah. Kalau niat kita berpuasa untuk bisa langsing atau sehat maka itu sayang sekali. Langsing dan sehat itu hanya efek dari puasa kita. Jadi niat ibadah itu harus murni karena Allah dan hanya berharap ridho-Nya. Agar kita tidak salah dalam niat maka kita harus menyontoh apa yang dilakukan Rasulullah Saw.
Dalam satu riwayat Rasulullah Saw pernah memegang tangan sahabatnya yang bernama Mu’adz Bin Jabal lalu beliau berkata,
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu.”
Rasulullah Saw selanjutnya bersabda,
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Aku memberikanmu nasehat, wahai Mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan saat di penghujung shalat (setelah shalat) bacaan doa: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.
Artinya:
“Ya Allah, tolonglah aku dalam dzikir, bersyukur dan beribadah yang baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud, Al-Nasai, dan Ahmad)
Ibadah yang baik itu bukan hanya barisan shaf-nya rapi dan sebagainya, tetapi ibadah yang baik harus memperhatikan tentang niat. Rasulullah Saw dan para sahabatnya serta para ulama sangat memperhatikan betul pentingnya niat. Niat ibadah hanya murni karena Allah Swt.
Karena sangat pentingnya soal niat, maka sampai ada ungkapan “bisnisnya para ulama itu niat”.
Ketika kita masuk masjid tanpa niat maka ibadah kita tidak memperoleh apa-apa. Para ulama ketika memasuki masjid untuk ber”itikaf, mereka mengangkat (bernadzar) ibadah sunnah tersebut menjadi ibadah wajib. Rasulullah Saw bersabda:
إنما الأ عمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى
Artinya: “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Marilah kita menjalankan ibadah puasa ini dengan niat yang benar. Ibadah puasa di bulan Ramadhan ini juga sebagai sarana kita untuk membersihkan diri kita hari perbuatan-perbuatan tidak baik, seperti menghabiskan waktu untuk kegiatan-kegitan yang tidak berguna, Puasa membberbohong, menggunjing dan sebagainya.
Ramadhan juga membantu kita untuk mengembangkan ketundukan dan pengendalian diri. Dengan menahan diri dari kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman, umat Muslim diharapkan dapat mengendalikan keinginan dan nafsu mereka yang mungkin berpotensi menyebabkan dosa.
Ramadhan juga sebagai kesempatan bagi kita untuk bertaubat dan memohon pengampunan dari Allah. Selama bulan ini, kita didorong untuk merenungkan perbuatan dosa yang kita lakukan, menyadari kesalahan, dan bersikap tawadhu’ dalam memohon ampunan.
Puasa Ramadhan bukan hanya tentang menahan diri dari kegiatan fisik, tetapi juga tentang pemurnian hati dan jiwa. Dengan meningkatkan ibadah, membaca Al-Qur’an, dan melakukan amal kebajikan, umat Muslim diharapkan dapat membersihkan diri dari dosa-dosa masa lalu.
—000—
*Ulama/Penceramah tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan