
Oleh: Isa Anshori (Pemred Trigger.id)

Iman dan istiqamah dua hal yang harus dimiliki setiap pribadi muslim. Iman tanpa istiqamah menjadi hampa tak berbekas alias sia-sia.
Ibarat mendirikan bangunan, maka para pekerjanya harus istiqamah menjaga agar bangunan tersebut tegak lurus, kokoh dan tak mudah goyah. Bangunan akan mudah goyah dan bahkan ambruk jika kita kurang atau tak pernah merawatnya.
Tentang iman dan istiqamah ini ada hadist yang menarik untuk kita pelajari dan kita jadikan pedoman hidup.
عَنْ أَبِي عَمْرٍو وَقِيلَ: أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: “قُلْت: يَا رَسُولَ اللَّهِ! قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَك؛ قَالَ: قُلْ: آمَنْت بِاَللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
Hadits di atas adalah jawaban Rasulullah atas pertanyaan yang dikemukakan oleh Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi. Ketika itu Sufyan bertanya, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku satu ucapan dalam Islam yang tidak akan kutanyakan lagi kepada selainmu”. Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Ucapkanlah: ‘Aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah”.
Apa yang dimaksud dengan istiqamah? Secara bahasa istiqamah berarti tegak, lurus, persistensi, taat asas, atau kuat pendirian.
Ada banyak definisi tentang istiqamah ini, tapi kesemuanya merujuk pada makna-makna di atas. Raghib Al-Asfahanny menyatakan, “Seseorang disebut istiqamah apabila ia tetap berada di jalan yang lurus, sebagaimana yang Allah SWT firmankan:
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟
“Dan orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami adalah Allah’, lalu mereka meneguhkan diri.” (QS Al-Fushilat: 30)”.
Agar Selalu Istiqamah
Bagaimana caranya agar kita mampu istiqamah dalam ketaatan dan kebenaran tersebut? Setidaknya ada empat cara. Pertama, kita harus istiqamah berdasarkan ilmu. Kita jangan bertahan dalam kesalahan (jumud, takhaluf). Karenanya kita harus banyak membaca, banyak mendengar, dan harus banyak tahu, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan selalu diback-up dengan data yang akurat. Semakin tinggi ilmu, maka akan semakin mampu kita berbuat istiqamah.
Kedua, untuk istiqamah kita harus membuat jaringan kebenaran (sistem). Kita tidak bisa benar sendiri, kita membutuhkan banyak teman. Di sinilah arti penting kita bergaul dengan orang-orang yang mampu mendorong kita untuk taat asas. Sebagai contoh, kita akan sulit untuk tidak merokok bila kita berada di lingkungan para perokok. Tapi sebaliknya, kita akan berhenti merokok di lingkungan orang-orang yang tidak suka merokok.
Ketiga, memiliki pengetahun yang tentang konsekuensi, akibat, reward, yang akan kita dapatkan dari sikap istiqamah tersebut. Bila kita tahu resiko dan hasil, maka kita akan mampu bertahan dalam keistiqamahan tersebut. Contoh kenapa kita mau berlapar-lapar saat Ramadhan? Karena kita tahu bahwa Allah memberi ampunan dan jaminan surga kepada orang yang shaum di bulan tersebut.Jika kita tahu hasil dari apa yang kita lakukan, maka hal itu akan mempermudah kita untuk istiqamah. Menurut Stephen Cover, mulailah segala sesuatu yang akhirnya sudah berada di benak kita. Kegamangan akan timbul bila kita tidak tahu gambaran akhir dari apa yang kita lakukan.
Keempat, yaitu mampu mempertahankan prinsip atau komitmen dalam menghadapi resiko. Para sahabat sangat istiqamah dalam berjuang, walaupun sulit dan penuh bahaya, karena mereka tahu apa ujung dari cerita perjuangannya itu.Seorang sahabat pernah bertanya pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul, kalau saya beriman kepada Allah dan engkau, dan saya berjuang untuk Islam, apa keuntungan yang saya dapatkan?” Beliau menjawab, “Di dunia kamu akan bahagia, dan di akhirat kamu akan mendapat syurga”. Sahabat itu kemudian berkata, “Wahai Rasul, dua hal itu sudah cukup bagi saya”.
Tinggalkan Balasan