
Tel Aviv (Trigger.id) – Sekitar 600 mantan pejabat keamanan Israel, termasuk sejumlah eks kepala lembaga intelijen seperti Mossad dan Shin Bet, mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump, meminta bantuannya untuk mendesak pemerintah Israel segera menghentikan perang di Gaza.
Dalam surat tersebut, para mantan pejabat menyatakan bahwa Hamas tidak lagi menjadi ancaman strategis bagi Israel. Mereka menilai, dengan pengaruh besar yang dimiliki Trump di mata masyarakat Israel, ia dapat mendorong Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengambil langkah penghentian perang, mengembalikan para sandera, dan menghentikan penderitaan warga sipil.
“Reputasi Anda di mata mayoritas warga Israel memperkuat kemampuan Anda untuk mengarahkan Netanyahu dan pemerintahannya ke arah yang benar,” tulis mereka.
Seruan ini datang di tengah rencana Netanyahu yang justru disebut ingin memperluas operasi militer di Gaza, sementara perundingan gencatan senjata dengan Hamas melalui jalur tidak langsung masih menemui jalan buntu.
Israel memulai serangan besar-besaran ke Jalur Gaza setelah Hamas melancarkan serangan ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.
Sejak saat itu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 60.000 warga Palestina tewas akibat serangan militer Israel. Laporan terbaru menyebutkan sedikitnya 94 orang tewas dalam 24 jam terakhir, termasuk 24 orang yang sedang mengantre bantuan kemanusiaan.
Situasi kemanusiaan di Gaza pun memburuk, dengan ratusan warga—termasuk puluhan anak-anak—dilaporkan meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi. Lembaga-lembaga internasional yang didukung PBB menyatakan bahwa skenario terburuk kelaparan kini sedang berlangsung di Gaza.
Video yang dirilis Hamas dan kelompok Jihad Islamis beberapa waktu lalu menunjukkan dua sandera Israel dalam kondisi kurus dan memprihatinkan. Video tersebut memicu kecaman dari berbagai pemimpin Israel dan dunia Barat. Netanyahu menyatakan bahwa upaya pembebasan para sandera akan terus dilakukan secara intensif.
Namun, pernyataan pejabat Israel yang dikutip oleh media lokal mengindikasikan bahwa Netanyahu lebih mengandalkan kemenangan militer total atas Hamas ketimbang jalur diplomatik untuk membebaskan para sandera.
Langkah ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk kelompok keluarga para sandera yang menilai rencana ofensif baru akan semakin membahayakan keselamatan sandera dan memperpanjang penderitaan.
Surat kepada Trump tersebut ditandatangani oleh tokoh-tokoh penting seperti mantan kepala Mossad Tamir Pardo, mantan kepala Shin Bet Ami Ayalon, mantan Perdana Menteri Ehud Barak, dan mantan Menteri Pertahanan Moshe Yaalon, yang kini tergabung dalam kelompok Commanders for Israel’s Security (CIS).
“Pada awalnya, perang ini adalah perang yang sah, perang defensif. Namun setelah semua tujuan militer tercapai, perang ini kehilangan legitimasi moralnya,” ujar Ayalon.
Dalam suratnya, para mantan petinggi Israel menyampaikan pesan tegas kepada Trump:
“Akhiri Perang Gaza! Anda pernah melakukannya di Lebanon. Kini saatnya melakukannya di Gaza.” (bin)
Tinggalkan Balasan