

Istilah “umat Islam seperti buih di lautan” merujuk kepada sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan keadaan umat Islam di akhir zaman.
Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa meskipun jumlah umat Islam sangat banyak, mereka akan menjadi lemah dan tidak memiliki kekuatan yang signifikan seperti buih di permukaan lautan yang banyak tetapi ringan dan mudah dihanyutkan.
Kita menyaksikan bagaimana saat ini umat Islam mengalami kemunduran yang sangat. Seakan tak berdaya di hadapan musuh-musuhnya.
Membuat sebagian saudara-saudara kita sesama kaum muslimin, dikucilkan, ditindas, dihinakan bahkan disiksa oleh orang-orang kafir. Darah dan jiwa seorang muslim bagai tak ada harganya.
Mengapa bisa seperti ini? Bukankah jumlah kaum muslimin saat ini banyak?
Jika kita perhatikan hadits-hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata keadaan ini telah disebutkan oleh beliau sebelumnya. Dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Dari Tsauban, dia berkata,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir-hampir bangsa-bangsa (kafir) saling mengajak untuk memerangi kalian, sebagaimana orang-orang yang akan makan saling mengajak menuju piring besar mereka”
Seorang sahabat bertanya: “Apakah disebabkan dari sedikitnya kita pada hari itu?”
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan pada hari itu kalian banyak, tetapi kalian buih, seperti buih di lautan. Dan Allah akan menghilangkan rasa gentar dari dada musuh terhadap kalian. Dan Allah akan menimpakan wahn (kelemahan) di dalam hati kalian”
Seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Cinta dunia dan takut menghadapi kematian.” (HR. Abu Dawud no. 4297)
Dikatakan bahwa musuh-musuh Islam tak lagi merasa takut terhadap kaum muslimin. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نُصِرْتُ بالرعب مسيرة شهر
“Aku diberi kemenangan dengan kegentaran (musuh) sejauh perjalanan satu bulan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Allah telah menolong umat ini melawan musuhnya, dengan menanamkan ketakutan di hati-hati mereka, dari jauh-jauh hari, menyebabkan kelemahan dan cerai berai di barisan mereka.
Kini keadaan seolah berbalik. Umat ini ibarat buih di hadapan orang-orang kafir. Banyak, namun tak berharga. Lemah. Mudah sekali terbawa arus.
Fenomena “umat Islam banyak tapi tidak berkualitas” yang disebut dalam hadis tentang “buih di lautan” dapat diuraikan dengan beberapa alasan yang sering dikemukakan oleh para ulama dan cendekiawan Muslim. Berikut adalah beberapa penyebab utama mengapa umat Islam banyak tapi tidak berkualitas:
- Cinta Dunia dan Takut Mati (Wahn):
- Cinta Dunia: Banyak orang yang terlalu fokus pada kehidupan duniawi, mengejar kekayaan, jabatan, dan kemewahan tanpa memperhatikan nilai-nilai spiritual dan etika Islam. Akibatnya, kualitas spiritual dan moral menjadi rendah.
- Takut Mati: Ketakutan yang berlebihan terhadap kematian menyebabkan umat Islam enggan berjuang dan berkorban untuk agama. Ini melemahkan semangat jihad dan pengorbanan yang menjadi ciri utama umat Islam pada masa lalu.
- Kurangnya Pemahaman Agama:
- Pendidikan Agama yang Lemah: Pendidikan agama yang tidak memadai atau kurang mendalam menyebabkan banyak orang Islam yang memiliki pengetahuan agama yang terbatas. Tanpa pemahaman yang baik, sulit bagi mereka untuk mengamalkan Islam dengan benar dan sepenuhnya.
- Kurangnya Penerapan: Meskipun ada yang memiliki pengetahuan agama, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seringkali kurang konsisten. Ada kesenjangan antara teori dan praktik.
- Perpecahan di Kalangan Umat Islam:
- Perbedaan Mazhab dan Golongan: Umat Islam sering terpecah-pecah karena perbedaan pandangan, mazhab, atau golongan. Perpecahan ini melemahkan persatuan dan kekuatan kolektif umat Islam.
- Konflik Internal: Konflik internal di berbagai negara Muslim seringkali menguras sumber daya dan energi yang seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan dan penguatan umat.
- Pengaruh Budaya Asing dan Sekularisme:
- Budaya Asing: Pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dapat melemahkan identitas dan moral umat Islam. Globalisasi sering membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam.
- Sekularisme: Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan publik dan politik membuat agama menjadi kurang relevan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang mempengaruhi umat.
- Ketergantungan Ekonomi dan Teknologi:
- Ketergantungan pada Negara Lain: Ketergantungan ekonomi dan teknologi pada negara-negara non-Muslim membuat banyak negara Muslim berada dalam posisi lemah dan tidak mandiri.
- Kurangnya Inovasi: Kurangnya inovasi dan pengembangan teknologi di dunia Muslim menyebabkan ketertinggalan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
- Kurangnya Kepemimpinan yang Visioner:
- Kepemimpinan yang Lemah: Ketiadaan pemimpin yang visioner dan berintegritas di banyak negara Muslim mengakibatkan kebijakan yang tidak efektif dan korupsi yang merajalela.
- Tidak Ada Teladan yang Kuat: Umat memerlukan teladan yang dapat menginspirasi dan memotivasi mereka untuk meningkatkan kualitas diri dan umat secara keseluruhan.
Kesimpulannya, untuk mengatasi masalah ini, umat Islam perlu kembali kepada ajaran Islam yang murni, meningkatkan pendidikan agama dan moral, memperkuat persatuan, mengurangi ketergantungan pada negara lain, dan memilih pemimpin yang berintegritas serta visioner. Dengan upaya bersama, umat Islam dapat menjadi lebih berkualitas dan berpengaruh di dunia.
—000—
*Akademisi Universitas Surabaya (Ubaya) dan Penceramah
Tinggalkan Balasan