
Oleh: Drs. Ali Fauzi Shahib Msi. – Akademisi Ubaya

Sya’ban RA adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. yang pasti terjamin baginya surga. Akan tetapi saat sakaratul maut Sya’ban menyesal dengan apa yang telah ia perbuat.
Sya’ban RA merupakan salah satu sahabat nabi yang kisahnya jarang terdengar tapi terkenal oleh seluruh penduduk langit. Ia memiliki kebiasaan yang sangat unik dibanding dengan para sahabat pada umumnya.
Saat berada di masjid untuk itikaf dan melaksanakan shalat, Syaban selalu mengambil posisi di pojok masjid karena ia tidak mau mengganggu bahkan menghalangi jamaah lainnya.
Pada saat shalat subuh hendak berlangsung, Nabi Muhammad yang selalu memahami dan mengenal para sahabatnya merasa ada kejanggalan. Beliau tidak melihat Syaban RA, maka Rasulullah pun mengulur sedikit shalat subuh.
Sembari menunggu Rasulullah bertanya pada jamaah, “Di manakah Sya’ban?”. Hening tidak ada jawaban, akhirnya Rasulullah melaksanakan shalat khawatir akan hilangnya waktu shalat subuh.
Selepas shalat, Rasulullah bersama para sahabat lainnya berjalan mendatangi rumah Sya’ban. Setelah sampai di rumah Sya’ban, nabi mengucapkan salam, maka keluarlah istri Syaban dan mempersilahkan nabi.
“Apa benar ini rumah Sya’ban?” tanya nabi.
“Benar wahai baginda rasul. Saya adalah istrinya,” jawab istri Syaban.
“Bolehkah aku menemui Syaban, saat shubuh hendak shalat tadi aku tidak melihatnya di barisan shaf pojok,” jelas nabi.
Dengan meneteskan air mata, istri syaban menjawab, “Ia telah meninggal tadi pagi Rasulullah”.
“Innalillahi wa innaa ilaihi rajiun,” sahut nabi.
“Wahai Rasulullah, ada sesuatu yang mengganjal saat suami saya meninggal. Ia berucap tiga hal,” ucap istri Syaban.
“Apa saja kalimatnya?” tanya Rasulullah.
“Suami saya berucap “kenapa tidak lebih jauh, kenapa tidak yang baru, kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.
Kemudian Rasulullah pun membacakan ayat al-Qur’an:
لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Q.S. Qaf : 22).
“Saat Syaban berada pada kondisi sakaratul maut, Allah singkapkan dan Allah perlihatkan semua apa yang telah ia perbuat yang tidak dapat orang lain lihat selain syaban sendiri.” Ucap nabi.
Saat sakaratul maut itulah Allah perlihatkan padanya juga surga yang telah Ia janjikan untuknya. Di situ Syaban mengatakan ‘kenapa tidak lebih jauh’ timbul penyesalan pada Syaban kenapa rumahnya tidak lebih jauh dari masjid, sehingga ganjaran dari jauhnya jarak rumah Syaban dan masjid lebih besar.
Saat membuka pintu surga, Allah perlihatkan ganjaran untuk Syaban dari apa yang ia berikan bajunya kepada orang yang kedinginan saat hendak ke masjid. Syaban pun berteriak sambil mengatakan ‘kenapa tidak yang baru’ karena pada saat itu Syaban hendak pergi ke masjid. Akan tetapi karena cuaca yang dingin Syaban melapisi bajunya.
Baju pertama adalah baju terbaiknya, baju kedua sebagai pelapisnya baju yang sedikit lusuh. Pada saat perjalanan Sya’ban bertemu dengan seseorang yang kedinginan. Maka ia berikanlah yang lusuh itu kepadanya sehingga ia pun mengikuti Syaban untuk sama sama shalat berjamaah. Itulah yang membuat Sya’ban menyesal kenapa tidak baju yang terbaiknya yg ia berikan, agar ganjarannya lebih besar.
Selanjutnya Allah persilahkan Syaban melihat lebih dalam indahnya surga yang terjanjikan untuk Sya’ban. Maka semakin menjadilah teriakan Sya’ban, ia teringat saat di mana ia membeli roti yang utuh untuk ia santap akan tetapi di tengah perjalanan hendak pulang ia melihat orang kelaparan.
Akhirnya Syaban berikan separuh untuknya separuh lagi untuk orang kelaparan. Dalam teriakannya itu syaban mengucapkan ‘aduh, kenapa tidak semua’ karena ia tau bahwa ganjaran dari apa yang ia berikan jauh lebih besar.
Dari sini kita melihat bahwa apa yang Sya’ban sesalkan bukan karena perbuatannya. Akan tetapi kurang maksimal dan optimalnya ia dalam beramal shalih.
Tinggalkan Balasan