
Ternate (Trigger.id) – Lailatul Qadar merupakan malam yang dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia, karena diyakini lebih baik dari seribu bulan. Di Ternate, Maluku Utara, tradisi menyambut malam istimewa ini telah berlangsung secara turun-temurun sejak abad ke-15 Masehi. Tradisi ini mencerminkan kekayaan budaya Islam di wilayah tersebut serta memperlihatkan bagaimana masyarakat Ternate menjaga warisan leluhur dalam menjalankan ibadah dan kebersamaan sosial.
Ritual Khas Masyarakat Ternate dalam Menyambut Lailatul Qadar
- Malam Qiyamul Lail dan Itikaf di Masjid
Pada sepuluh malam terakhir Ramadan, masyarakat Ternate memenuhi masjid-masjid untuk melaksanakan ibadah qiyamul lail dan itikaf. Masjid Sultan Ternate menjadi salah satu pusat utama pelaksanaan ibadah ini, mengingat nilai sejarahnya yang erat dengan perkembangan Islam di Maluku. - Tradisi Keliling Masjid (Liliuran Masjid)
Salah satu tradisi unik adalah “Liliuran Masjid,” yaitu berkeliling dari satu masjid ke masjid lain untuk menunaikan salat malam. Ritual ini mencerminkan semangat persaudaraan dan kebersamaan dalam beribadah. - Tadarusan dan Dzikir Bersama
Selain qiyamul lail, masyarakat juga mengadakan tadarusan Al-Qur’an secara berjamaah yang berlangsung sepanjang malam. Dzikir bersama dilakukan untuk memperbanyak amalan dan mendekatkan diri kepada Allah. - Pelepasan Lampu Damar ke Laut (Lampo-lampo)
Salah satu tradisi khas yang masih dilakukan di beberapa daerah di Ternate adalah pelepasan lampu damar atau “lampo-lampo” ke laut. Lampu ini melambangkan harapan dan doa agar mendapatkan berkah Lailatul Qadar. Cahaya lampu yang terapung di lautan memberikan pemandangan indah yang penuh makna spiritual. - Doa dan Zikir di Kedaton Kesultanan Ternate
Sebagai pusat kebudayaan Islam di Ternate, Kedaton Kesultanan Ternate juga menjadi tempat berlangsungnya doa bersama yang dipimpin oleh para ulama dan tokoh adat. Acara ini menjadi ajang refleksi spiritual sekaligus memperkuat hubungan antara agama dan budaya lokal. - Sungkeman kepada Orang Tua dan Sesepuh
Pada malam-malam terakhir Ramadan, masyarakat Ternate juga memiliki kebiasaan sungkeman kepada orang tua dan sesepuh sebagai bentuk penghormatan dan memohon restu sebelum Idulfitri tiba. Tradisi ini menunjukkan kuatnya nilai kekeluargaan dan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. - Budaya Ela-ela: Tradisi Cahaya di Malam Lailatul Qadar
Selain “Lampo-lampo,” masyarakat Ternate juga menyambut Lailatul Qadar dengan budaya “Ela-ela.” Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Ternate dan berakar dari upaya dakwah Islam yang dilakukan oleh para ulama. Dalam budaya Ela-ela, masyarakat menyalakan obor atau lampion di sekitar rumah, jalan, hingga masjid untuk melambangkan cahaya keberkahan dan penerangan hati di malam yang mulia ini. Selain itu, anak-anak sering memainkan obor sambil melantunkan doa dan shalawat, menambah suasana syahdu dan religius di malam Lailatul Qadar.
Tradisi menyambut Lailatul Qadar di Ternate bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga warisan budaya yang telah berlangsung sejak abad ke-15. Melalui berbagai kegiatan ibadah dan tradisi lokal seperti “Liliuran Masjid,” “Lampo-lampo,” dan “Ela-ela,” masyarakat Ternate terus menjaga nilai-nilai spiritual dan kebersamaan. Tradisi ini menjadi cerminan bagaimana Islam berakulturasi dengan budaya setempat tanpa menghilangkan esensi dari ibadah yang dilakukan.
Dengan terus dilestarikan, tradisi ini tidak hanya memperkaya khasanah budaya Islam di Indonesia tetapi juga memperkuat identitas keislaman masyarakat Ternate hingga generasi mendatang. (ian)
Tinggalkan Balasan