
Yogyakarta (Trigger.id) – Universitas Gadjah Mada (UGM) memperkuat peran akademiknya dalam percepatan penanggulangan bencana hidrometeorologis di Sumatra dengan membentuk tujuh kelompok kerja lintas disiplin. Inisiatif ini dirancang untuk mendukung penanganan bencana secara komprehensif, mulai dari fase tanggap darurat hingga pemulihan jangka panjang berbasis data dan kajian ilmiah.
Rektor UGM Prof. Ova Emilia menyampaikan bahwa pembentukan Emergency Response Unit dengan tujuh working group bertujuan memastikan ilmu pengetahuan berkontribusi langsung dalam pengambilan keputusan kebencanaan. Upaya tersebut diarahkan untuk mempercepat pemulihan serta memperkuat dukungan kesehatan dan sosial bagi para penyintas.
Kelompok Kerja 1 berfokus pada tanggap darurat dengan melakukan pendataan kebutuhan dasar sivitas akademika dan masyarakat terdampak. Bantuan difokuskan pada penyediaan logistik, hunian sementara, serta asesmen lanjutan bagi kelompok rentan agar perlindungan dapat segera diberikan sejak awal bencana.
Percepatan respons lapangan diperkuat Kelompok Kerja 2 melalui pengembangan Geoportal Informasi Dasar Kebencanaan. Sistem ini menyajikan peta dampak bencana, jalur evakuasi, lokasi pengungsian, dan prioritas distribusi bantuan dengan standar data terintegrasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan akurat.
Sementara itu, Kelompok Kerja 3 menitikberatkan pada kajian kebencanaan terintegrasi dengan pendekatan multibahaya. Tim ini menilai risiko bencana sebagai hasil interaksi faktor alam dan aktivitas manusia, sehingga peta risiko adaptif diharapkan dapat menjadi dasar mitigasi berkelanjutan dan peringatan dini.
Dari sisi kebijakan, Kelompok Kerja 4 melakukan pemetaan regulasi dan standar operasional penanggulangan bencana yang relevan dengan kondisi Sumatra. Koordinasi dengan kementerian dan BNPB dilakukan untuk mendorong pendekatan berbasis ekosistem yang selaras dengan tantangan perubahan iklim.
Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi ditangani Kelompok Kerja 5 dengan prinsip membangun lebih aman dan berkelanjutan. Tim ini mengembangkan konsep hunian sementara berbasis keluarga yang mudah dibangun secara gotong royong menggunakan material lokal, serta dapat dipindahkan saat lokasi hunian tetap ditetapkan.
Untuk aspek kesehatan, Kelompok Kerja 6 telah mengirim tim medis ke wilayah terdampak sejak awal Desember guna mengaktifkan kembali layanan kesehatan, menangani penyakit akibat sanitasi buruk, serta menyediakan dukungan air bersih. Selain itu, dukungan kesehatan mental dan psikososial juga diberikan melalui pendekatan terpadu guna membantu pemulihan sosial dan ekonomi penyintas.
Melalui pembentukan tujuh kelompok kerja tersebut, UGM menegaskan komitmennya untuk terlibat aktif dalam penanggulangan bencana berbasis ilmu pengetahuan, kolaborasi multipihak, dan keberlanjutan pemulihan masyarakat terdampak. (bin)



Tinggalkan Balasan