
Oleh: Nur Cholis Huda – Salah Satu Ketua MUI Jawa Timur)

Madinah dilanda panas yang sangat. Kemarau itu menyebabkan sumur-sumur kering tidak berair. Hanya satu sumur yang ada airnya. Milik orang Yahudi. Nama sumur itu Raumah, dekat masjid Qiblatain sekarang . Orang antre membeli air di sumur Yahudi itu. Harganya dimahalkan karena dia tahu banyak yang membutuhkan
Rasulullah tidak tega melihat keadaan itu. Maka beliau besabda: Siapa yang bisa membeli sumur lalu diwakafkan untuk kepentingan orang banyak, maka Allah akan memberinya balasan sorga”
Mendengar sabda Nabi Ustman bergegas memenumi Yahudi itu. Dia menyatakan akan memberli sumurnya. Yahudi menolak. Yahudi tidak bermaksud menjualnya. “Kalau ku jual sumur ini maka hilang penghasilan rutin saya yang baik ini”, kata Yahudi.
Ustman tidak putus asa. “Bagaimana kalau ku beli separuhnya?” kata Ustman.
“Separuh? Apa maksudmu?”
“Sumur itu sehari untuk mu dan kamu bisa menjual airnya seperti biasa. Dan sehari milikku. Aku bisa menggunakan sumur pada hari itu”. Kata Ustman.
Yahudi itu tertarik dengan tawaran Ustman. Dia berpikir tidak kehilangan sumurnya, tetap bisa menjual airnya dan dapat uang penjualan sumur dari Ustman. Jumlahnya tidak sedikit. 12. 000 dirham.
Sejak saat itu penjualan air sehari untuk Yahudi dan sehari untuk Ustman. Ketika giliran hari untuk Ustman, air itu digratiskan. Semua orang boleh mengambil air sebanyak mungkin dengan gratis.
Maka penduduk mengambil air untuk dua hari. Besok waktu giliran Yahudi menjual air, orang tidak ada yang beli. Mereka masih punya air. Besoknya ketika giliran milik Ustman penduduk mengambil untuk kebutuhan dua hari. Besok tidak perlu ambil air lagi.
Demikian terus berlanjut. Akhirnya Yahudi itu kehilangan penghasilnnya. Tidak ada yang beli air pada waktu sumur giliran punya Yahudi. Yahudi bingung. Akhirnya dia minta Ustman membeli sekalian sumur yang seperuhnya. Maka sejak itu sumur sepenuhnya milik Ustman. Dan tetap digratiskan. Diwakafkan untuk umat. Semua orang bisa mengambil airnya, termasuk Yahudi mantan pemilik sumur.
Di sekitar sumur itu tumbuh korma. Makin lama makin banyak. Hingga saat ini berjumlah tidak kurang 1. 550 pohon. Buah korma itu dijual. Sebagian hasilnya untuk anak yatim dan fakir miskin. Sebagian lagi disimpan dengan rekening atas nama Ustman bin Affan. Dari penguasa satu generasi ke generasi berikutnya menjaga dengan baik wakaf Ustman bin Affan itu sampai sekarang di bawah pemerintah Arab Saudi.
Rekenig atas nama Ustman itu terus bertambah. Maka supaya lebih produktif uang dari rekening Ustman itu sebagian digunakan untuk membeli tanah di Markaziyah, wilayah elit dekat masjid Nabawi. Lalu di tanah itu dibangun hotel bintang lima, hotel Ustman bin Affan. Pengelolaannya diserahkan ke Sheraton. Semua penghasilan dari wakaf produktif itu sebagian tetap dibagikan untuk fakir miskin dan anak yatim sedangkan sebagian tetap disimpan atas nama rekening Ustman.
Hotel Ustman bertaraf internasional itu terdiri atas 15 lantai. Juga dilengkapi restoran besar dan pusat perbelanjaan. Uang rekening Ustman bin Affan akan terus bertambah. Hampir satu setengah abad Ustman memberikan wakaf sebuah sumur dan sampai sekarang masih terus mengalirkan manfaat. Wakaf yang lagendaris. Hasilnya terus mengalir tiada henti . Contoh nyata dan indah bagi kita.
Pemilik Dua Cahaya
Ustman dari keluarga bangsawan terpandang, kaya raya dan dermawan. Orang sangat hormat kepadaUstman. Dia termasuk rombongan hijrah pertama. Ketika Rasulullah menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habasyah untuk menghindari tekanan kafir Quraisy , Ustman bersama istrinya Ruqayah, putri Rasulullah, termasuk dalam rombongan hijrah ini. Kaum muslimin kemudian pulang dari Habasyah karena keadaan di Makkah dianggap kondusif. Ternyata tidak seperti diberitakan itu. Maka sebagian kaum muslimin hijrah lagi ke Habasyah. Termasuk Ustman dan istrinya. Dalam hijrah ke Habasyah ini, yang pertama maupun kedua Rasulullah tidak ikut serta.
Ruqayyah tidak bisa mendamipingi Ustman seterusnya karena Ruqyyah meninggal. Kemudian Rasulullah menjodohkan Ustman dengan putrinya yang lain lagi yaitu Ummu Kulsum, adik dari almarhumah Ruqayyah. Maka Ustman adalah menantu Rasulullah yang mengawini dua putri beliau. Maka Ustman disebut Dzu an Nurain, pemilik dua cahaya. Empat sahabat Rasulullah yaitu para Khulafaur Rasyidin memang terikat pernikahan dengan Rasulullah. Abu Bakar adalah mertua Rasulullah karena beliau menikahi Aisyah. Umar Bin Khattab jug mertua Rasulullah karena beliau menikahi anak Umar yaitu Hafshah. Ali bin Abu Thalib adalah menantu Rasulullah karena Ali menikah dengan Fatimah, putri Rasulullah. Sedangkan Ustman menikah dengan dua putri Rasulullah. Ruqayyah dan Ummu Kulsum.
Rasulullah sangt menyayangi Ustman sebagai menantunya. Karena itu Ketika Ruaqyah meninggal segera dikawinkan dengan putrinya yang lain yaitu Ummu Kulsum. Tetapi Ummu Kulsum juga tidak berumur panjang. Dia meninggal. Rasulullah sangat sedih. Beliau berkata “Sayang saya tidak punya anak perempuan lagi yang belum menikah. Kalau masih ada pasti aku nikahkan lagi dengan Ustman”. Memang Rasulullah punya putri satu lagi yaitu Fatimah. Tetapi Fatimah sudah menjadi istri Ali bin Abu Thalib.
Ustman selain sangat dermawan dan dari keluarga terpandang, dia memiliki perasaan yang lembut. Dia orangnya sangat perasa bahkan sedikit pemalu. Suatu hari Rasulullah tiduran di kamar Aisyah. Jubahnya sedikit tersingkap sehingga betisnya kelihatan. Abu Bakar minta izin menemui Rasulullah. Lalu diberi izin. Setelah berbincang dan pergi, kemudian menyusul Umar minta izin menemui beliau. Umar dizinkan. Setelah Umar selesai urusannya dia pergi. Kemudian Ustman minta bertemu Rasulullah. Sebelum Rasulullah menerima Ustman, beliau duduk lalu membetulkan dan merapikan pakaiannya. Baru kemudian beliau menerima Ustman.
Setelah Ustman pergi, Aisyah bertanya: Ya Rasulullah, ketika Abu Bakar dan Umar datang Rasulullah biasa saja. Namun ketika Ustman yang akan datang Rasulullah duduk dan merapikan pakaian. Mengapa itu Rasulullah lakukan? Nabi menjawab: Ustman itu punya perasaan amat peka. Kalau aku menerima Ustman dengan keadaan seperti sebelumnya pasti dia kembali dan mengurungkan menemui aku. Berarti apa yang akan dikemukakan kepadaku tidak tersampaikan.
Demikianlah Ustman. Perasaannya peka. Dia tidak ingin orang lain terganggu dengan kehadirannya. Dia tidak mau mempermalukan orang lain. Dan rasa malunya itu terutama ditujukan kepada Allah. Dia malu kalau sampai melanggar larangan Allah. Suatu hari Rasul bersabda: “Yang paling pengasih diantara umatku adalah Abu Bakar. Yang paling tegas dan keras dalam agama Allah adalah Umar dan yang paling perasa adalah Ustman.”
Penghuni Sorga
Ada beberapa sahabat yang menurut Rasulullah menjadi calon penghuni sorga. Salah seorang yang masuk dalam kelompok calon penghuni sorga adalah Ustman bin Affan. Suatu hari Rasuullah bersabda: “Setiap Nabi mempunyai teman karib di dalm sorga. Dan teman karib saya di dalam sorga adalah Ustman bin Affan”.
Bukan hanya sekali Rasulullah menyatakan Ustman sebagai calon penghuni sorga. Dalam beberapa kesempatan hal itu sering disampaikan. Ustman selain sangat dermawan juga sangat tekun dalam beribadah. Siang harinya sering dihabiskan dengan berpusa. Malam harinya digunakan untuk ibadah salat malam. Maka pantas jika dia calon penghuni sorga.
Bukan hanya sekali Ustman mengatasi masalah dengan sifat dermawannya seperti membeli sumur Yahudi. Pada kali lain ketika Rasulullah membutuhkan bekal untuk pasukan dalam Jaisul Usra, perang melawan kisar Romawi, Rasulullah menyerukan untuk memberi sumbangan. Para Wanita menyerahkan perhiasan. Orang lain juga menyumbangkan sesuai kemampuannya. Tetapi sumbangan itu jauh dari mencukupi. Maka Ustman menanggung seluruh keperluan pasukan itu. Ustman menyerahkan 940 ekor unta. Ditambah 60 ekor kuda supaya genap 1000. Masih ditambah lagi 10.000 dinar. Bahkan hal yang kecil-kecil seperti tali kekang kuda juga disiapkan sehingga orang tidak perlu mencari lagi.
Empat Balasan.
Orang gemar bersedekah akan mendapat empat macam balasan dari Allah. Dalam al quran dinyatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang menginfakkan hartanya di waktu malam atau siang, dengan diam-diam atau terang-terangan maka baginya pahala disisi Tuhannya dan tidak ada rasa cemas dan tidak ada rasa sedih bagi mereka” (Al Baqarah 274)
Pada surat Saba ayat 39 Allah berfirman: “Katakanlah (Muhammad) Sesungguhnya Tuhanku mampu melapangkan rizki bagi orang yang dikehendaki dari hambanya dan mampu menyempitkannya. Dan apapun yang kamu infakkan dari hartamu, maka Allah pasti menggntinya. Dan Dia sebaik-baik zat yang memberi rizki” (Saba’ 39)
Berdasarkan pada dua ayat diatas maka ada empat jaminan orang yang gemar berinfak
- Mendapat pahala di sisi Tuhannya.
- Dihilangkan rasa cemasnya dalam kehidupan ini
- Dihilangkan rasa sedihnya
- Harta yang diinfakkan pasti diganti oleh Allah
Orang yang berinfak akan mendapat pahala di sisi Allah. Bahkan dilipat gandakan. Minimal 10 kali balasan pahala sampai 700 kali, bahkan bisa tidak terbatas.
Orang gemar berinfak juga dihilangkan kecemasan hidupnya. Kita sering dibayangi kecemasan dalam kehidupan kita. Mungkin bisnis kita, pekerjaan kita di kantor, cemas dengan anak-anak kita dan macam-macam kecemasan lainnya. Semua kegelisahan itu dihilangkan Allah karena kita gemar bersedekah. Atau jika kita sedang gelisah, kadang gelisah tanpa sebab maka hapuslah kegelisah itu dengan banyak sedekah.
Demikian juga rasa sedih. Allah mencabut rasa sedih bagi orang-orang yang gemar berinfak. Tiap orang pasti pernah merasa sedih. Tapi bagi orang yang gemar berinfak, maka Allah akan menguatkan hatinya sehingga mudah bangkit setelah bersedih. Tidak sedih keterusan. Apalagi putus asa. Allah menjaga jiwa orang-orang yang gemar berinfak.
Apa beda cemas dengan sedih? Cemas itu ketakutan pada sesuatu yang belum terjadi. Misalnya di kantor ada berita akan ada pengurangan tenaga kerja. Kita cemas jangan-jangan kita ikut terkena PHK. Memang PHK belum terjadi. Ketakutan itu yang disebut kecemasan. Sedangkan kesedihan itu sesuatu yang sudah terjadi. Kita sudah kena PHK. Maka kita sedih atas nasib yang sudah menimpa kita. Baik kecemasan atau kesedihan maka Allah menjaga hati orang-orang yang gemar berinfak. Banyak hal yang membuat kita sedih. Tetapi Allah tidak membiarkan orang gemar infak itu sedih berkepanjangan.
Janji Allah ke empat pada orang yang gemar infak adalah harta yang diinfakkan itu akan diganti oleh Allah, bahkan gantinya sering lebih banyak daripada yang dikelaurkan. Karena itu tidak pernah terjadi orang menjadi miskin atau melarat karena gemar infak. Yang sering terjadi orang rizkinya bertambah karena hobi infak. Apalagi jika jika kita berikan harta itu kepada orang tua. Allah akan membalas dengan segera. Maka jangan ada yang pelit kepada orang tua sendiri. Allah akan membuka rizki bagi orang-orang yang sayang kepada orang tua.(zam)
Tinggalkan Balasan