• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Waspada Leptospirosis, Penyakit Zoonosis di Kala Banjir

8 Maret 2023 by admin Tinggalkan Komentar

“Sebanyak 133 kasus, dinyatakan positif terpapar Leptospirosis yang disebut-sebut ditularkan melalui binatang pengerat itu…….”

Ilustrasi munculnya penyakit leptospirosis saat banjir

Oleh: dr. Ari Baskoro SpPD.K-AI (Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo-Surabaya)

Di tengah-tengah fluktuasinya harga beras, terdengar kabar yang merisaukan. Petani sebagai ujung tombak ketersediaan pangan nasional, harus berhadapan dengan masalah lain. Pacitan sebagai salah satu daerah lumbung padi Jawa Timur, tertimpa musibah dengan merebaknya penyakit “kencing tikus”.

Sebanyak 133 kasus, dinyatakan positif terpapar Leptospirosis yang disebut-sebut ditularkan melalui binatang pengerat itu. Kabar terakhir bahkan sudah merenggut enam korban jiwa. Jumlah kasus yang dilaporkan,meningkat cukup signifikan akhir-akhir ini. Diduga erat kaitannya dengan terjadinya banjir saat musim hujan.

Rupanya Pacitan tidak sendiri. Beberapa wilayah di Jawa Timur juga melaporkan kasus serupa. Misalnya Probolinggo, Gresik, Lumajang, Tulungagung dan Sampang.

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis. Artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.Penyakit yang terutama menyasar petani ataupun peternak tersebut, disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bila tidak segera dilakukan antisipasi, penyakit ini berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Wabah bisa terjadi, terutama di daerah tropis dan subtropis. Termasuk di Indonesia. Setiap tahunnya, Leptospirosis bertanggung jawab atas 1,03 juta kasus dan 58.900 kematian di seluruh dunia.

Mengutip data International Leptospirosis Society(ILS), Indonesia merupakan negara dengan insiden Leptospirosis yang tinggi. Morbiditas tahunan diperkirakan mencapai 39,2 per 100 ribu penduduk. Negara kita berada di peringkat tiga, setelah Tiongkok dan India dalam hal fatalitasnya. Angka mortalitasnya mencapai 2,5 hingga 16,45 persen (rata-rata tujuh persen).

Pola penularan

Sebenarnya bukan hanya pekerja pertanian saja yang berisiko tinggi terpapar.Ada pula pekerja perkebunan, peternakan, pekerja tambang, dan pekerja rumah potong hewan. Petugas kebersihan kota atau “pasukan kuning”, terutama yang bertanggung jawab atas kebersihan selokan, juga berisiko.

Khususnya di daerah perkotaan, penularan dapat terjadi akibat tercemarnya sumber air, buruknya sanitasi, serta kondisi lingkungan tempat tinggal yang belum memenuhi standar kesehatan.

Manusia bisa terinfeksi melalui kontak denganair yang tergenang, tanah, lumpur yang  terkontaminasi dengan air kencing dari hewan pembawa bakteri Leptospira.Mikroba tersebut dapat menginfeksi melalui luka, bahkan erosi kecil pada kulit ataupun selaput lendir (mulut, hidung, mata, anus).

Tikus merupakan sumber utama penularan. Tetapi ada hewan lainnya yang juga dapat bertindak sebagai pembawa bakteri. Misalnya tupai, kambing, sapi, kucing, anjing, kuda, burung, serta landak dan kelelawar. Bakteri Leptospira dapat bertahan lama dalam ginjal hewan tersebut, tanpa menimbulkan penyakit. Dampaknya,bakteri tersebut terkonsentrasi dalam jumlah besar dan dikeluarkan melalui air kencingnya.

Manusia merupakan host yang terakhir, sehingga penularan antar manusia hampir tidak mungkin terjadi.

Gejala

Sebelum timbulnya gejala klinis, diawali dengan waktu inkubasi yang bisa berlangsung antara tujuh hingga 13 hari. Rata-rata sepuluh hari. Demam sering mendahului gejala-gejala lainnya. Kemudian diikuti keluhan menggigil, sakit kepala, kaku pada leher, dan linu-linu pada seluruh bagian tubuh. Terutama area paha, betis, dan pinggang. Pada saluran cerna sering menimbulkan keluhan mual, muntah-muntah, diare, dan nyeri perut.Keseluruhan fase ini bisa berlangsung hingga tujuh hari. Bila mendapatkan penanganan yang tepat dansegera, pada umumnya akan mengalami penyembuhan.

Setelah memasuki minggu kedua, justru memicu peluang semakin parahnya penyakit. Demam bisa semakin tinggi hingga mencapai 40 derajat Celsius, atau bahkan lebih. Kondisi fisik semakin melemah. Mata tampak kuning (icterus) dan kemerahan. Tanda-tanda terjadinya perdarahan semakin tampak. Misalnya dalam bentuk mimisan, perdarahan gusi, perdarahan di bawah kulit, hingga perdarahan saluran cerna.

Komplikasi fatal bisa terjadi. Termasuk di antaranya timbulnya radang paru (pneumonia),gangguan fungsi jantung dan radang selaput otak. Akhirnya bila terjadi gagal multi organ, khususnya pada ginjal dan lever, prognosisnya akan semakin memburuk. Tindakan hemodialisis/cuci darah, kadang-kadang sangat diperlukan. Terutama dalam kondisi darurat.

Keterlambatan diagnosis pada awal penyakit, bisa berakibat fatal. Pasalnya penyakit ini bisa menyerupai penyakit-penyakit lainnya yang dianggap sebagai “demam biasa”, atau tidak khas. Konfirmasi  diagnosis, hanya bisa dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium yang memadai. Tidak semua daerah di Indonesia mempunyai fasilitas peralatan dan tenaga terlatih untuk keperluan tersebut. 

Pencegahan

Seperti konsep penyakit pada umumnya, pencegahan merupakan cara yang terbaik, daripada harus mengobati. Namun demikian, banyak kendala yang bisa terjadi di lapangan. Hal itu terkait dengan banyaknya hewan yang bisa bertindak sebagai host perantara.

Pendekatan terpenting adalah memutus mata rantai infeksi dan mencegah penyebaran Leptospirosis.

Kondisi lingkungan hidup manusia yang kurang ideal, juga sangat berperan. Situasi banjir, keberadaan sampah yang berserakan, kondisi selokan yang tidak mengalir sempurna, merupakan tempat-tempat berisiko terjadinya penularan. Tidak jarang, kandang ternak atau binatang peliharaan tertentu, saling berdekatan dengan aktivitas kehidupan manusia sehari-hari.

Persoalan pencegahan menjadi semakin sulit, manakala tingkat pemahaman masyarakat tentang “demam kencing tikus” bisa dibilang minim. Edukasi warga masyarakat,  merupakan cara penting yang perlu digalakkan.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), tetap merupakan tulang punggung pencegahan penularan yang terbaik. Luka kecil pada tangan dan kaki, sering kali diabaikan. Karena itu penggunaan alat pelindung diri, seperti sarung tangan, alas kaki, dan pakaian khusus, sangat diperlukan. Terutama bagi orang-orang yang sifat pekerjaannya berpotensi terpapar oleh mikroba Leptospira, melalui perantaraan hewan-hewan tertentu.

Khususnya di daerah pedesaan, kebiasaan mandi, cuci, kakus (MCK) di sungai, masih merupakan masalah yang tidak mudah untuk mendapatkan solusinya. Banyak faktor yang terkait. Faktor sosial, ekonomi, dan tingkat pendidikan masyarakat, bisa saling memengaruhi. Tidak hanya Leptospirosis, pola penularan penyakit-penyakit infeksi lainnya melalui jalur semacam itu, merupakan lingkaran setan yang tidak mudah untuk ditanggulangi.

Personal hygiene dalam bentuk kebiasaan mencuci tangan dan kaki, membersihkan diri, serta merawat luka, perlu “diajarkan” secara berkesinambungan. Tenaga kesehatan pada  fasilitas kesehatan terdekat, harusnya menjadi ujung tombak peran edukatif semacam itu.

Hingga kini modalitas pencegahan infeksi secara spesifik pada manusia berupa vaksinasi, masih belum bisa diterapkan. Riset terkait hal tersebut oleh para ahli, masih berlangsung terus. Semoga kasus meningkatnya Leptospirosis di Pacitan segera dapat teratasi dan tidak merembet ke daerah-daerah lain.

Share This :

Ditempatkan di bawah: jatim, Kesehatan, nusantara, Tips, wawasan Ditag dengan:Ari Baskoro Sppd, banjir, Hewan Pengerat, Kencing Tikus, Leptospirosis

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Jazz dan Blues: Dua Saudara dalam Dunia Musik

10 Oktober 2025 By admin

Axl Rose Kibarkan Bendera Palestina Saat Konser Guns N’ Roses di Bogota

9 Oktober 2025 By admin

Trump Umumkan Israel dan Hamas Setujui Tahap Pertama Rencana Gencatan Senjata di Gaza

9 Oktober 2025 By admin

Kualifikasi Piala Dunia 2026, Arab Saudi Taklukkan Indonesia 3-2

9 Oktober 2025 By admin

KPK Temukan Fakta Baru: Biro Travel Tak Berizin Bisa Dapat Kuota Haji Khusus

8 Oktober 2025 By admin

Timnas Indonesia Asah Eksekusi Bola Mati Jelang Hadapi Arab Saudi

8 Oktober 2025 By admin

Pertamina Imbau Masyarakat Tak Terpengaruh Isu Negatif Soal Etanol pada BBM

8 Oktober 2025 By admin

Kluivert: Timnas Indonesia Siap Tarung Habis-habisan Demi Tiket Piala Dunia 2026

7 Oktober 2025 By admin

Kementerian PUPR Siap Bangun Ulang Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo

7 Oktober 2025 By admin

Arsenal Geser Liverpool dari Puncak Klasemen Liga Inggris

6 Oktober 2025 By admin

Delegasi Hamas Tiba di Mesir untuk Bahas Rencana Gencatan Senjata Gaza

6 Oktober 2025 By admin

Menjaga Harmoni Laut: Kisah Nelayan Bajo Berburu Gurita dengan Panah Tradisional di Wakatobi

6 Oktober 2025 By admin

Negosiator Menuju Kairo Bahas Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera di Gaza

5 Oktober 2025 By admin

Basarnas Temukan Lagi 13 Jenazah Korban Reruntuhan Mushalla Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo

5 Oktober 2025 By admin

Titi Kamal: Teror Santet Getih Ireng, Film Horor Terbaru yang Siap Guncang Bioskop

5 Oktober 2025 By admin

BMKG Prediksi Hujan Ringan Warnai Balapan Utama MotoGP Mandalika 2025

5 Oktober 2025 By admin

5 Makanan dengan Kandungan Magnesium Lebih Tinggi dari Almond

4 Oktober 2025 By admin

Ruben Amorim Bantah Taktik Jadi Biang Keterpurukan Manchester United

4 Oktober 2025 By admin

TikTok Tanggapi Pembekuan Sementara Izin PSE oleh Kemkomdigi

4 Oktober 2025 By admin

Jeda BRI Super League, Eliano Reijnders Antusias Bela Timnas Indonesia

3 Oktober 2025 By admin

Emas untuk Kehidupan: Dari Perut Bumi Martabe, Tumbuh Harapan Anak Negeri

3 Oktober 2025 By admin

Kenapa Puasa Sunnah di Hari Jumat Makruh?

3 Oktober 2025 By admin

Mau Dibawa ke Mana Program Makan Bergizi Gratis?

3 Oktober 2025 By admin

Janet Jackson dan Paris Jackson Reuni dan Tampil Bersama di Paris Fashion Week

3 Oktober 2025 By admin

4 Kebiasaan di Dapur yang Dapat Membuat Anda Sakit

3 Oktober 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Oktober 2025
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Trump Tegaskan Tidak Akan Biarkan Israel Langgar Gencatan Senjata di Gaza
  • Dikalahkan Irak 0-1, Indonesia Gagal Lolos ke Piala Dunia 2026
  • Aktivis Serukan Larangan Israel di Dunia Sepak Bola Meski Gencatan Senjata Diberlakukan di Gaza
  • Jelang Laga Hidup Mati, Timnas Indonesia Siap Hadapi Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026
  • Jay Idzes Tegaskan Perjuangan Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia 2026 Belum Usai

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.