
Surabaya (Trigger.id) – Ada beberapa catatan menarik dalam pidato para guru besar yang dikukuhkan Unesa di Auditorium, Lantai 11, Gedung Rektorat, Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Kamis, (27/7/2023).
Guru Besar Kritik Sastra Indonesia, Prof. Dr. Anas Ahmadi, M.Pd mengungkapkan bahwa kritik sastra di Indonesia sudah tidak hanya membahas masa lalu dan masa kini. Namun, juga membahas masa depan.
Terkait itu, dia membahasnya dalam judul khusus “Kritik Sastra Indonesia dalam Histori, Interpretasi, dan Prediksi” saat pengukuhan guru besarnya. dosen yang juga menjadi Koordinator Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia itu menjelaskan bahwa secara historis, kritik sastra Indonesia lebih banyak terpengaruh oleh sastrawan dan pujangga dari luar negeri.
Kemudian dalam hal interpretasi, dia menyebutkan jika kritik sastra Indonesia kini jauh lebih modern, sehingga dengan ponsel kapanpun bisa mengaksesnya. Sedangkan dalam konteks prediksi dia mendorong agar SDM akademisi dalam bidang kritik sastra Indonesia harus terus bermunculan.
Pria yang digadang-gadang sebagai the next Budi Darma itu juga menyinggung soal biaya riset dari pemerintah di bidang sastra Indonesia tidak lebih dari 6%, sehingga dari 6.000 lebih penelitian sastra Indonesia hanya 10 hasil riset yang mendapat pendanaan.
“Saya berharap agar pemerintah pusat tidak membanding-bandingkan keberadaan sastra Indonesia dengan bidang ilmu lain dalam hal pendanaan penelitian. Semua disiplin ilmu memiliki urgensinya masing-masing bagi masyarakat dan bangsa kita,” ungkapnya.
Sementara itu, Guru Besar IImu Teknologi Pembelajaran Kontrol Mesin Listrik, Prof. Dr. Joko, M.Pd., M.T., menyampaikan pengembangan media pembelajaran berbasis human machines interface dan project based learning guna meningkatkan kemampuan, perilaku inovatif dan keterampilan siswa di jenjang SMA/SMK di era industri 4.0 dan era society 5.0.
Dalam penelitiannya, nanti akan hadir sebuah trend yang berpotensi menggoyahkan dunia pendidikan yang memiliki jenjang industri. Sebagaimana penggunaan robot yang menggantikan tenaga manusia.
Prof. Joko juga mengkhawatirkan kualitas atau kompetensi lulusan sekolah menengah kejuruan atau SMK. Saat ini banyak mesin-mesin industri yang mahal, tetapi dikelola lulusan SMK yang kurang mumpuni, sehingga luaran dan masukan benar-benar sangat berat sebelah.
“Jika SDM kita bagus di ranah SMK maupun Vokasi, maka bukan tidak mungkin sebuah perusahaan atau industri akan kembali merekrut para lulusan dengan angka yang tinggi” ucapnya. (zam/ian)
Tinggalkan Balasan