

Dalam Islam, konsep hidup bahagia melibatkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Dalam kita Ihya’ Ulumudin, Imam Ghoza,li membagi konsep bahagia di dunia dan akhirat tersebut menjadi empat. Pertama orang bahagia di dunia dan akhirat, kedua bahagia di dunia tetapi sengsara di akhirat, ketiga sengsara di dunia tetapi bahagia di akhirat dan yang keempat sengsara di dunia dan sengsara di akhirat
Kebahagiaan dunia dan akhirat
Dunia yang tampak indah dan mempesonakan. Namun sesungguhnya kesenangan atau kebagiaan dunia itu semua hanyalah menipu, sementara atau fana. Maka sungguh bijak bila kenikmatan dunia yang fana ini kita gunakan untuk meraih kenikmatan hakiki di akhirat nanti.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw, perbandingan nikmat dunia dengan nikmat akhirat itu ibarat tetesan air pada jari yang dicelupkan ke lautan, tak sebanding dengan akhirat yang nikmatnya seluruh air di lautan. Rasulullah juga menyebutkan bahwa nikmat dunia itu tak lebih berharga dari sayap nyamuk.
Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir.” (HR: Tirmidzi).
Nikmat dunia apa yang tidak sementara? Kenikmatan tamasya di hari weekend misalnya, menikmati indahnya alam sembari berkumpul bersama keluarga tercinta tentu mengasyikan.
Tapi kalau hari weekend sudah habis, maka kembali sibuk dengan aktivitas biasanya, dan nikmat tamasya itu juga sudah habis. Bukan berarti weekend itu tidak boleh, cuma menunjukkan kalau nikmatnya itu sementara saja.
Dan sudah semestinya liburan weekend itu tidak membuat kita lupa mengingat Allah, seperti tidak melalaikan sholat, senantiasa berdzikir, dan seterusnya.
Empat konsep utama hidup bahagia menurut Islam adalah sebagai berikut:
1. Iman (Keimanan)
Keimanan yang kuat kepada Allah SWT adalah fondasi utama untuk hidup bahagia. Seorang Muslim yang beriman akan selalu merasa tenteram dan yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah bagian dari takdir Allah yang terbaik. Keimanan ini meliputi:
- Tauhid: Mengakui keesaan Allah.
- Beriman kepada rukun iman: Termasuk percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan qada’ dan qadar.
2. Ibadah (Pengabdian)
Menjalankan ibadah dengan baik adalah kunci untuk meraih kebahagiaan. Ibadah tidak hanya meliputi ritual seperti sholat, puasa, zakat, dan haji, tetapi juga melibatkan seluruh aspek kehidupan yang dilakukan dengan niat mencari ridha Allah. Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dapat mendekatkan seorang Muslim kepada Allah dan menenangkan hati.
- Sholat: Menjalankan sholat lima waktu sebagai kewajiban utama.
- Puasa: Berpuasa di bulan Ramadan dan puasa sunnah lainnya.
- Zakat dan sedekah: Memberikan sebagian harta kepada yang berhak.
3. Akhlaq (Etika dan Moral)
Memiliki akhlak yang baik dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam adalah penting untuk hidup bahagia. Akhlak yang mulia mencakup kebaikan hati, kejujuran, kesabaran, dan rasa kasih sayang terhadap sesama. Dalam Islam, Rasulullah SAW dijadikan teladan terbaik dalam hal akhlak.
- Sikap jujur: Selalu berkata dan bertindak jujur.
- Kasih sayang dan empati: Menunjukkan rasa sayang dan peduli terhadap orang lain.
- Sabar dan syukur: Bersabar dalam menghadapi cobaan dan selalu bersyukur atas nikmat Allah.
4. Muamalah (Hubungan Sosial)
Hubungan sosial yang baik dengan sesama manusia juga sangat penting. Islam mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat secara umum. Prinsip-prinsip muamalah dalam Islam mencakup:
- Keadilan: Bertindak adil dalam semua aspek kehidupan.
- Kerjasama dan tolong-menolong: Saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan.
- Silaturahim: Memelihara hubungan baik dengan keluarga dan kerabat.
Dengan menjalankan keempat konsep ini, seorang Muslim dapat meraih kebahagiaan sejati yang meliputi kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan hanya tentang kesenangan fisik atau materi, tetapi juga tentang ketenangan jiwa dan kedekatan dengan Allah SWT.
—000—
*Sekretaris LDNU Jawa Timur
Tinggalkan Balasan