

Islam sangat memperhatikan sifat marah sebagai salah satu aspek penting dalam perilaku manusia. Marah merupakan emosi yang alami, namun dalam Islam, penting untuk bisa mengendalikan dan menahan amarah agar tidak menyebabkan tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Beberapa dalil dari Al-Quran dan Hadits yang berbicara tentang marah tercantum dalam Surah Ali Imran (3:134):
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Ayat ini menunjukkan keutamaan orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Semengtara dalam Surah Al-A’raf (7:199) Allah SWT berfirman:
خُذِ ٱلْعَفْوَ وَأْمُرْ بِٱلْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْجَٰهِلِينَ
Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
Ayat ini mengajarkan sikap pemaaf dan bagaimana menghadapi orang yang bodoh dengan berpaling dari perbuatan mereka tanpa terjebak dalam kemarahan.
Sedangkan hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah.”
Hadits ini menekankan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada fisik, tetapi pada kemampuan mengendalikan diri saat marah.
Kemudian dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada tegukan yang lebih dicintai oleh Allah daripada menahan amarah. Menahan amarah adalah perbuatan yang sangat dicintai oleh Allah.”
Hadits ini menekankan betapa besar pahalanya bagi orang yang mampu menahan amarahnya.
Melalui ayat-ayat dan hadits tersebut diatas, Islam mengajarkan bahwa menahan amarah merupakan tanda kekuatan iman dan akhlak mulia. Kemampuan untuk mengendalikan emosi ini sangat dihargai dan mendapatkan ganjaran besar dari Allah SWT.
Mengendalikan amarah dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kasih sayang. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan amarah dalam keluarga menurut ajaran Islam:
1. Mengingat Allah dan Beristighfar
- Dzikir dan Istighfar: Mengingat Allah SWT ketika marah, dan membaca istighfar dapat membantu menenangkan hati. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya, jika salah seorang di antara kalian marah, maka hendaklah dia berwudhu karena sesungguhnya marah itu berasal dari setan dan setan itu diciptakan dari api, maka air akan memadamkan api tersebut.” (HR. Abu Dawud).
2. Mengubah Posisi Tubuh
- Duduk atau Berbaring: Seperti disebutkan dalam hadits, jika sedang marah saat berdiri, dianjurkan untuk duduk, dan jika masih marah, dianjurkan untuk berbaring. Mengubah posisi tubuh dapat membantu meredakan amarah.
3. Berdiam Diri (Sabar)
- Menunda Tindakan: Saat marah, lebih baik berdiam diri sejenak sebelum berbicara atau bertindak. Rasulullah SAW bersabda: “Jika engkau marah, maka diamlah.” (HR. Ahmad). Dengan menahan diri dari berkata-kata atau bertindak saat marah, kita bisa mencegah kata-kata atau tindakan yang bisa melukai anggota keluarga.
4. Memahami dan Memaafkan
- Empati: Cobalah untuk memahami perspektif anggota keluarga lainnya. Dengan memahami penyebab atau alasan di balik tindakan atau perkataan mereka, kita bisa lebih mudah memaafkan dan mengurangi kemarahan.
- Pemaafan: Al-Quran mengajarkan kita untuk memaafkan, seperti yang disebutkan dalam Surah Ali Imran (3:134). Memaafkan adalah cara efektif untuk menghilangkan amarah dan memperbaiki hubungan dalam keluarga.
5. Komunikasi yang Baik
- Berbicara dengan Lembut: Usahakan untuk berbicara dengan lembut dan memilih kata-kata yang baik. Al-Quran menyuruh kita untuk berkata-kata dengan baik: “Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (QS. Al-Baqarah: 83).
- Diskusi Terbuka: Berbicaralah secara terbuka tentang masalah yang dihadapi tanpa menyalahkan atau menuduh. Hal ini membantu untuk menyelesaikan masalah tanpa emosi yang berlebihan.
6. Menjaga Keseimbangan Emosi
- Latihan Kesabaran: Islam sangat menekankan pentingnya kesabaran. Latihan untuk bersabar dalam menghadapi situasi sulit adalah kunci untuk mengendalikan amarah. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah (2:153), “Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
7. Menetapkan Batasan dan Aturan Keluarga
- Aturan Keluarga: Buatlah aturan yang jelas dalam keluarga tentang bagaimana menangani konflik dan perbedaan pendapat. Dengan adanya aturan yang disepakati bersama, semua anggota keluarga dapat berkomitmen untuk menghindari kemarahan yang berlebihan.
8. Mencari Waktu untuk Menenangkan Diri
- Waktu Sendiri: Kadang-kadang, keluar dari situasi yang membuat marah dan mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri adalah cara yang efektif untuk mengendalikan emosi.
9. Mendoakan Keluarga
- Doa: Berdoalah agar keluarga senantiasa diberikan ketenangan, kesabaran, dan kemampuan untuk mengendalikan amarah. Rasulullah SAW selalu mendoakan kebaikan untuk keluarganya.
Dengan menerapkan upaya-upaya ini, kita dapat mengendalikan amarah dan menciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, pengertian, dan kedamaian.
—000—
*Akademisi UIN Sunan Ampel Surabaya
Tinggalkan Balasan