
Surabaya (Trigger.id) – Studi terbaru menunjukkan bahwa Gen Z menghadapi tingkat stres yang signifikan, terutama dalam menghadapi persaingan pasar kerja dan tantangan di tempat kerja. Faktor utama yang berkontribusi terhadap stres ini termasuk ketidakamanan finansial, masalah kesehatan mental, dan ketidakstabilan ekonomi masyarakat.
Banyak individu Gen Z memasuki dunia kerja selama pandemi COVID-19, yang meningkatkan kecemasan mereka terhadap keamanan kerja dan keseimbangan kehidupan kerja. Menurut survei yang dilakukan Deloitte, sekitar 60% responden Gen Z hidup dari gaji ke gaji, dan mayoritas khawatir dengan isu-isu seperti perubahan iklim dan kenaikan biaya hidup, yang berdampak langsung pada tingkat stres mereka (survei deloitte.com 2024).
Mengutip data dari American Psychological Association, Ketahanan dan kemampuan Generasi Z untuk menghadapi persaingan di tempat kerja sangat erat kaitannya dengan tuntutan mereka akan lingkungan kerja yang berorientasi pada tujuan. Mereka kurang mau mengkompromikan nilai-nilai dan kesejahteraan mental mereka demi keamanan kerja tradisional. Fleksibilitas dalam pengaturan kerja, dukungan kesehatan mental, dan keselarasan dengan etika pribadi (misalnya, keberagaman, kesetaraan, dan keberlanjutan) sangat penting untuk keterlibatan dan kepuasan mereka.
Meskipun mereka memiliki dorongan yang kuat terhadap dampak sosial dan pertumbuhan pribadi, penelitian menunjukkan bahwa Gen Z juga mengalami tingkat kelelahan yang lebih tinggi dibandingkan generasi yang lebih tua, dengan sekitar 68% melaporkan seringnya mengalami stres di tempat kerja. Pengusaha yang mengabaikan sumber daya kesehatan mental mungkin kesulitan mempertahankan talenta muda, karena banyak dari kelompok ini yang dengan cepat meninggalkan pekerjaan yang tidak memenuhi harapan mereka (blog.culturewise.com).
Seperti dikutip Tirto.id, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Rhenald Kasali berpendapat bahwa Generasi Z tidak “setangguh” generasi sebelumnya, terutama dalam menghadapi tekanan sosial yang cepat berubah. Dalam bukunya Strawberry Generation, ia menekankan bahwa orang tua perlu memiliki growth mindset dan cognitive flexibility untuk mendukung perkembangan mental anak-anak mereka.
Generasi Z, meskipun sering dianggap mudah cemas dan kesepian, juga dikenal melek teknologi dan peduli pada isu-isu sosial. Tantangan terbesar mereka adalah menemukan ketangguhan di tengah tuntutan dunia yang serba cepat.
Rhenald Kasali memberikan nasihat kepada Generasi Z untuk memperkuat mental dan ketangguhan mereka dalam menghadapi dunia yang serba cepat. Ia mendorong mereka untuk mengembangkan growth mindset—cara berpikir yang berkembang dan terbuka terhadap perubahan—dan cognitive flexibility, yaitu kemampuan berpikir fleksibel dalam menghadapi masalah.
Menurutnya, Generasi Z perlu belajar lebih banyak menghadapi tantangan dengan ketangguhan daripada menghindari kesulitan, agar dapat beradaptasi dengan tekanan hidup dan pekerjaan yang semakin kompleks. (zam)
Referensi: Berbagai sumber
Tinggalkan Balasan