

Dalam pandangan Islam, FOMO (Fear of Missing Out), atau ketakutan akan kehilangan kesempatan atau momen penting, dapat dianggap sebagai kondisi yang membahayakan spiritualitas dan kesehatan mental seseorang.
Islam melihat FOMO (Fear of Missing Out) sebagai sebuah fenomena yang berpotensi membahayakan keseimbangan spiritual dan emosional seseorang. Mereka menekankan pentingnya menjaga kesadaran diri, syukur, dan tawakkal dalam menghadapi godaan duniawi yang sering kali dipicu oleh FOMO.
FOMO mendorong kecenderungan mengejar hal-hal duniawi yang sementara, dan ini dapat mengalihkan perhatian dari fokus utama seorang Muslim, yaitu mempersiapkan diri untuk akhirat. FOMO membuat seseorang selalu merasa kurang dan sibuk mengejar hal-hal yang dianggap “penting” di dunia ini, meskipun sering kali hal itu tidak relevan dengan tujuan spiritual.
Syukur adalah obat terbaik untuk melawan FOMO. FOMO sering muncul karena seseorang merasa bahwa hidupnya tidak sebaik orang lain. Para ulama mengajarkan bahwa bersyukur atas apa yang telah Allah berikan dan menyadari bahwa setiap orang memiliki ujian dan nikmatnya masing-masing adalah cara efektif untuk menghindari kecemasan dan rasa kurang. Dalam Quran, surat Ibrahim (14:7) disebutkan:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7).
Beberapa poin yang menjelaskan bahaya FOMO dalam perspektif Islam meliputi:
- Ketidakpuasan dan Ketidaksyukuran: FOMO sering kali membuat seseorang merasa kurang puas dengan apa yang dimiliki. Dalam Islam, syukur (rasa terima kasih kepada Allah) adalah salah satu sikap yang sangat dianjurkan. FOMO bisa mengarahkan seseorang pada sikap tidak bersyukur dan selalu merasa kurang, padahal Islam mengajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Quran menekankan hal ini dalam surat Ibrahim (14:7):”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”
- Terlalu Terfokus pada Dunia: Islam mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat, sedangkan FOMO cenderung membuat seseorang terjebak dalam mengejar hal-hal duniawi. Seseorang yang terlalu khawatir kehilangan hal-hal duniawi dapat teralihkan dari tujuan spiritual dan ibadah kepada Allah SWT. Rasa cemas berlebihan ini dapat mengganggu ketenangan hati yang semestinya fokus pada ketaatan dan persiapan untuk kehidupan akhirat.
- Membandingkan Diri dengan Orang Lain: FOMO sering muncul karena kita melihat pencapaian atau kesenangan orang lain melalui media sosial, lalu membandingkan diri. Dalam Islam, membandingkan diri secara negatif dengan orang lain bisa menimbulkan iri hati, yang merupakan sikap tercela. Nabi Muhammad SAW bersabda:”Janganlah kamu saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Mengurangi Ketenangan Jiwa (Tawakkal): Dalam Islam, tawakkal, atau berserah diri kepada Allah, merupakan sifat yang mulia. FOMO, yang sering kali didorong oleh kecemasan akan hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, bertentangan dengan konsep tawakkal. Seorang Muslim yang tawakkal yakin bahwa apa yang ditetapkan Allah baginya adalah yang terbaik, dan merasa tenang dengan keputusan-Nya.
- Meningkatkan Stres dan Kecemasan: Dari perspektif kesehatan mental, FOMO dapat menambah stres dan kecemasan yang merugikan. Islam mengajarkan ketenangan hati dengan sering berzikir dan berdoa. Dengan menghindari rasa cemas yang berlebihan, seseorang dapat menjalani hidup dengan damai dan penuh keyakinan bahwa setiap kejadian ada hikmahnya.
Islam menekankan pentingnya tawakkal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha. FOMO dapat membuat seseorang terjebak dalam kecemasan berlebih mengenai hal-hal yang tidak bisa dikendalikan. Tawakkal mengajarkan untuk percaya bahwa segala sesuatu yang ditentukan Allah adalah yang terbaik bagi kita, sehingga kita tidak perlu khawatir atau merasa cemas akan kehilangan kesempatan atau pengalaman duniawi.
FOMO seringkali disebabkan oleh membandingkan diri dengan orang lain, terutama melalui media sosial. Para ulama memperingatkan bahwa perbandingan sosial ini bisa menimbulkan sifat iri hati, yang merupakan salah satu penyakit hati yang harus dihindari dalam Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda:
لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا
Artinya: “Janganlah kalian saling mendengki dan saling membenci.” (HR. Muslim)
Islam juga berbicara tentang pentingnya menjaga sakinah atau ketenangan jiwa. FOMO, yang sering kali membawa kecemasan dan ketidakpuasan, mengganggu ketenangan hati. Dalam Islam, berzikir, berdoa, dan tetap dalam jalan yang diridhai Allah membantu seseorang menemukan kedamaian dalam hatinya, tanpa terganggu oleh keinginan untuk memiliki atau mengalami apa yang dimiliki orang lain.
Secara keseluruhan, para ahli agama Islam menganggap FOMO sebagai tantangan spiritual dan emosional yang perlu diatasi dengan bersyukur, tawakkal, dan menjaga fokus pada kehidupan yang bermakna sesuai dengan tuntunan agama.
—000—
*Islam Influencer, tinggal di Sidoarjo
Tinggalkan Balasan