
Surabaya (Trigger.id) – Selama bertahun-tahun, telur kerap dituding sebagai penyebab utama kolesterol tinggi. Namun, penelitian terbaru yang dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition pada Juli lalu justru menemukan bahwa biang keladi sebenarnya bukanlah kolesterol dari makanan seperti telur, melainkan lemak jenuh.
Telur Justru Bisa Menurunkan Kolesterol LDL
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di University of South Australia ini membagi 61 orang dewasa sehat ke dalam tiga kelompok diet berbeda selama lima minggu. Hasilnya cukup mengejutkan: peserta yang mengonsumsi dua butir telur setiap hari justru mengalami penurunan kolesterol LDL (kolesterol “jahat”) rata-rata sebesar 5,7 mg/dL, dibandingkan dengan diet kontrol yang tinggi lemak jenuh dan hanya memperbolehkan satu butir telur per minggu. Sementara itu, diet tanpa telur namun tinggi lemak jenuh tidak menunjukkan manfaat serupa.
“Jika Anda suka sarapan dengan telur, bukan telur yang perlu Anda khawatirkan—tetapi bacon atau sosis sebagai pendampingnya yang lebih berisiko untuk kesehatan jantung,” ujar Prof. Jon Buckley, peneliti utama studi ini.
Lemak Jenuh vs. Kolesterol Makanan
Selama ini, kolesterol makanan—seperti yang ditemukan dalam telur—dipercaya dapat menaikkan kadar kolesterol darah. Namun, studi-studi modern menunjukkan bahwa lemak jenuh dalam makananlah yang lebih dominan menaikkan kolesterol LDL dalam darah. Sebagian besar makanan tinggi kolesterol seperti daging berlemak dan makanan olahan, juga tinggi lemak jenuh—itulah yang membingungkan penilaian selama ini.
Sebaliknya, telur hanya mengandung sekitar 1,6 gram lemak jenuh per butir, jumlah yang tergolong rendah. Tubuh pun memiliki mekanisme kompensasi: saat asupan kolesterol dari makanan meningkat, hati akan mengurangi produksi kolesterol sendiri, menjaga keseimbangan.
“Kolesterol makanan sebenarnya bukan ‘penjahat’ seperti yang kita pikirkan selama ini,” kata Dr. Melissa Mroz-Planells, ahli gizi dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics.
Telur Aman Dikonsumsi—Dengan Catatan
Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi satu butir telur per hari umumnya aman untuk jantung, terutama bagi mereka yang sehat. Namun, bagi individu dengan kondisi tertentu seperti hiperkolesterolemia familial (kondisi genetik yang menyebabkan kolesterol tinggi), konsumsi telur bisa tetap berdampak buruk.
Menurut Dr. Michael Miller dari Penn Medicine, dalam kondisi seperti ini, hati tidak mampu mengatur kolesterol secara efektif sehingga kolesterol dari makanan bisa langsung menaikkan kadar LDL. Hal serupa bisa terjadi pada penderita hipotiroidisme, gangguan ginjal, atau mereka yang mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Bagi orang dengan kadar kolesterol tinggi, para ahli menyarankan untuk membatasi konsumsi telur hingga 4–5 butir per minggu, atau hanya mengonsumsi bagian putih telur saja, karena kolesterol dan lemak jenuh utama berada di kuning telur.
Kesimpulan: Fokuslah pada Lemak Jenuh, Bukan Telur
Para ahli sepakat bahwa telur bisa menjadi bagian dari pola makan sehat, asalkan tidak dikonsumsi berlebihan dan tidak dibarengi dengan makanan tinggi lemak jenuh seperti daging olahan atau gorengan.
American Heart Association merekomendasikan untuk membatasi asupan lemak jenuh hingga maksimal 13 gram per hari demi menjaga kesehatan jantung. Dengan kata lain, daripada menyalahkan telur, lebih baik perhatikan apa yang menemani telur di piring Anda.
Catatan Penting: Studi ini didanai oleh Egg Nutrition Center, cabang dari American Egg Board, meskipun hasilnya tetap diverifikasi secara ilmiah dan metodologinya transparan. (ian)
Tinggalkan Balasan