
Surabaya (Trigger.id) – Di Amerika Serikat, makanan ultra-proses atau ultra-processed foods (UPFs) sangat mudah ditemui di pasaran—mulai dari supermarket, restoran cepat saji, hingga toko kelontong. Diperkirakan sekitar 55% pola makan masyarakat sehari-hari terdiri dari makanan jenis ini.
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan pada 29 Juli di jurnal Thorax mengungkapkan bahwa konsumsi UPFs dalam jumlah tinggi berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker paru. Kasus kanker paru baru lebih banyak ditemukan pada orang yang dietnya kaya akan makanan ultra-proses, seperti minuman bersoda, sosis, atau sereal instan, dibandingkan dengan mereka yang jarang mengonsumsinya.
Apa Itu Makanan Ultra-Proses?
Makanan ultra-proses umumnya melalui banyak tahap pengolahan industri. Kandungannya seringkali hanya sebagian kecil bahan makanan utuh, ditambah dengan berbagai zat aditif, pemanis, garam, lemak, serta bahan kimia yang tidak biasa digunakan dalam dapur rumah tangga.
Meski tidak semuanya berbahaya—sebab yogurt, hummus, atau roti gandum utuh juga tergolong UPFs—namun secara umum makanan ini cenderung tinggi kalori, rendah serat, dan miskin nutrisi alami. Contoh paling umum antara lain hot dog, pizza, hamburger instan, mi instan, kue kering, permen, es krim, minuman manis, hingga margarin.
Hubungan dengan Kanker Paru
Kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Sebagian besar kasus memang disebabkan oleh kebiasaan merokok. Namun, faktor lain seperti polusi udara, asap rokok pasif, radon, dan paparan asbes juga telah dikaitkan dengan penyakit ini. Kini, diet—khususnya konsumsi UPFs—diduga turut berperan.
Penelitian ini menggunakan data dari Prostate, Lung, Colorectal and Ovarian (PLCO) Cancer Screening Trial, yang melibatkan hampir 102.000 partisipan berusia 55–74 tahun. Para peserta mengisi kuesioner makanan untuk mengukur konsumsi UPFs mereka. Rata-rata konsumsi adalah tiga porsi per hari, dengan batas terendah 0,5 porsi dan tertinggi enam porsi per hari.
Selama 12 tahun masa tindak lanjut, tercatat 1.706 kasus kanker paru. Mayoritas adalah non-small cell lung cancer (NSCLC), sementara 14% merupakan small cell lung cancer (SCLC) yang pertumbuhannya lebih agresif.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok dengan konsumsi UPFs tertinggi memiliki risiko 41% lebih besar terkena kanker paru dibanding kelompok dengan konsumsi terendah. Secara spesifik, risiko NSCLC meningkat hingga 37%, sedangkan risiko SCLC naik 44%. Fakta menarik lainnya, peningkatan risiko ini terlihat baik pada perokok maupun non-perokok.
Mengapa Berisiko?
Peneliti menjelaskan, konsumsi tinggi UPFs dapat membuat seseorang kehilangan manfaat protektif dari makanan sehat yang kaya serat, vitamin, dan antioksidan. Dengan kata lain, pola makan yang didominasi makanan ultra-proses bukan hanya menambah asupan zat aditif berlebih, tetapi juga mengurangi kesempatan tubuh mendapat nutrisi penting yang berperan melawan kanker.
Kesimpulan
Penelitian ini menambah bukti kuat bahwa makanan ultra-proses memiliki dampak serius terhadap kesehatan. Bukan hanya berhubungan dengan obesitas, penyakit jantung, dan gangguan mental, tetapi juga berpotensi meningkatkan risiko kanker paru—bahkan bagi mereka yang tidak pernah merokok.
Mengurangi konsumsi UPFs dan menggantinya dengan makanan segar, utuh, serta bergizi seimbang bisa menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan jangka panjang. (bin)
Tinggalkan Balasan