
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Oleh : Ustadzah Halimah Alaydrus (Pendakwah dan penulis buku)

Seringkali kita salah menilai orang. Tidak jarang kita menilai orang lain karena harta dan kedudukannya. Ternyata kaya dan kedudukan sama sekali tidak mencerminkan kondisi kedudukan mereka di hadapan Allah. Allah SWT sudah menegaskan dalam firmannya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Karena itu jangan takut dianggap rendah gara-gara tidak kaya, jangan takut dinilai remeh karena tidak memiliki kedudukan. Sehingga salah besar ketika kita menilai seseorang tersebut dari harta dan kedudukannya. Dan juga salah besar kita rendah diri dan minder hanya gara-gara tidak memiliki cukup harta dan kedudukan.
Urusan pemberian harta (rezeki) dan pangkat atau kedudukan tersebut urusan Allah SWT. Banyak orang pandai tetapi sulit untuk kaya, dan sebaliknya banyak orang pendidikannya rendah tetapi Allah memberinya berkecukupan harta. Juga banyak orang lulusan sarjana tetapi akhirnya sulit mencari kerja dan akhirnya hanya menjadi pegawai biasa. Tetapi banyak bos atau pimpinan perusahaan muncul dari orang-orang yang pendidikannya biasa-biasa saja.
Karena itu, yakinlah bahwa Allah SWT yang mengatur rezeki kita, Allah juga yang menentukan kita pantasnya menjadi apa. Bahkan sebelum kita lahir (janin), Allah telah menetapkan rezeki kita, menetapkan pasangan kita, serta menetapkan jatah usia kita di dunia.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menjelaskan, sejak bayi atau janin usia empat bulan, maka datang malaikat yang mendatanginya tentang empat hal. Salah satu takdir yang ditetapkan adalah tentang rezekinya.
Maka makna bekerja dan berusaha dalam Islam adalah bagaimana seseorang menggerakkan tangannya, berjalan di muka bumi ini untuk menjemput rezekinya. Jatah rezeki masing-masing orang sudah ditetapkan, tetapi bagaimana kita mendapatkannya, itu melalui proses ikhtiar dan kerja. Dan inilah makna menyandarkan diri kepada Allah SWT.
Tidak hanya manusia yang sudah dijamin rezekinya oleh Allah. Semua mahluk yang hidup di dunia ini sudah dijamin juga jatah masing-masing rezekinya oleh Allah SWT. Bahkan seekor semut yang hidup di bawah sebongkah batu besar dan ada dalam lautan, semut tersebut nyatanya tetap hidup karena Allah sudah menjamin rezekinya. Perhatikan juga bagaimana cecak yang menempel di dinding mendapatkan makanannya.
Jika ada mahluk yang boleh protes bagaimana cara mendapatkan rezeki atau makanannya, mungkin cecak bakal protes duluan. Karena semua makanan cecak itu adalah hewan bersayap, salah satunya nyamuk. Sementara cecak hanya bisa menempel di dinding dan tak mungkin cecak melompat untuk mengejar nyamuk. Namun Allah-lah yang mengatur, mengajari dan menjamin cecak bisa mendapatkan buruan makanannya.
Jika kita yakin Allah yang mengatur dan menjamin rezeki setiap mahluknya, lalu sekarang kenapa banyak orang stres memikirkan rezeki, termasuk kita. Aneh khan?.
Jika ada orang yang sangat khawatir tidak bisa makan, tidak mendapat rezeki jika tidak bekerja, tidak bisa kaya jika tidak mencuri atau korupsi, hal tersebut karena mereka tidak yakin akan janji Allah dan bahkan mereka jangan-jangan tidak mengenal Allah.
Tinggalkan Balasan