

Dalam ajaran Islam, orang cerdas adalah mereka yang mencari ilmu, menghargai pengetahuan, menggunakan kecerdasan mereka untuk tujuan yang baik, dan berkontribusi pada kebaikan umat manusia dan alam lingkungannya.
Hal tersebut benar adanya. Namun Rasulullah Muhammad SAW memiliki kriteria tersendiri ketika ada seorang sahabat menanyakan tentang siapa orang mukmin yang paling cerdas tersebut. Dalam sebuah hadits Nabi Muhamamad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: “أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا”، قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: “أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ” .
Dari Ibnu Umar berkata: dahulu aku sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu datanglah kepada beliau seorang lelaki dari kaum Anshar, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia bertanya:
Wahai Rasulullah, siapakah di antara orang-orang beriman yang paling utama? Beliau menjawab: Yang paling baik akhlaknya.
Lalu lelaki itu bertanya lagi : Siapakah di antara orang-orang beriman yang paling cerdas?
Beliau menjawab: yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik persiapannya menyambut kematian, mereka itulah orang-orang yang cerdas.
Syekh Majdi Muhammad Asy-Syahawi dalam bukunya yang berjudul Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah mengatakan, mengingat kematian bisa menghilangkan perasaaan nyaman terhadap dunia yang fana ini. Dan, mendorong jiwa untuk setiap saat fokus menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal.
Dalam surat al-Hasyr Ayat 18 Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Orang yang sering mengingat mati maka akan semakin indah tingkah lakunya. Ia tahu bahwa tersenyum kepada istrinya itu berpahala maka ia tersenyum. Ia tahu bahwa berbakti kepada suaminya itu mendatangkan pahala maka ia pun berbakti. Ia tahu bahwa berbuat baik kepada tetangga itu berpahala maka ia berbuat baik.
Hidup di dunia dia manfaatkan hanya untuk mencari ridhoNya. Ia bekerja yang memiliki orientasi akhirat. Karena itu, ia meninggalkan hal-hal yang haram. Subhat saja ia tinggalkan apalagi haram.
Orang seperti ini bukan melupakan sama sekali urusan dunianya. Justru di dunia ini ia manfaatkan sebaik-baiknya memperbanyak bekal untuk kehidupan di alam barzah dan juga alam akhirat kelak.
Orang yang cerdas paham sekali bahwa ketika ruh meninggalkan jasadnya, maka itulah tanda berakhirnya mengumpulkan bekal.
Sebaliknya bagi orang-orang yang suka menyakiti orang lain, memukul, menghina, dan memutuskan tali silaturahim, maka ia akan memperoleh balasannya di akhirat kelak.
Boleh jadi di dunia hidupnya masih bisa selamat, namun di alam kubur apalagi di akhirat kelak, ia akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Allah SWT berfirman:
. فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. ۥوَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
- Penulis: Pemimpin Redaksi Trigger.id
Tinggalkan Balasan